13% of New-Onset Asthma in Children is Related to Traffic Pollution
Achakulwisut P, Brauer M, Hystad P, Anenberg SC. Global, national, and urban burdens of paediatric asthma incidence attributable to ambient NO2 pollution: estimates from global datasets. The Lancet Planetary Health. 2019;3(4):e166-e78. PMID: 30981709
Abstrak
Latar belakang: Insidensi asthma pada anak-anak sering diasosiasikan dengan polusi udara terutama polusi lalu lintas. Namun, hal ini belum dibuktikan. Nitrogen Oksida (NO2) merupakan komponen utama yang terkait dengan polusi lalu lintas tersebut. Dalam studi ini, peneliti mengestimasikan angka asthma global per tahun yang terkait dengan polusi lalu lintas.
Metode: Peneliti mendapat angka insidensi asthma spesifik per negara dan insidensi spesifik per kelompok umur dari 194 negara berdasarkan data tahun 2015 dari Institute for Health Metrics and Evaluation. Peneliti juga mendapat angka populasi dari data populasi Global Human Settlement. Rerata konsentrasi NO2 tahun 2010-2012 diambil dari meta analisis multinasional. Kemudian peneliti mengestimasi insiden asthma yang terkait dengan NO2 pada anak berusia 1-18 tahun di 194 negara dan 125 kota besar dengan resolusi 250x250 meter
Hasil: Secara global, peneliti mengestimasikan bahwa 4 juta (95% indeks kepercayaan / CI: 1,8 – 5,2) insidensi asthma terkait dengan polusi NO2 per tahun dan 64% dari total insiden terjadi pada daerah padat penduduk.
Secara regional, insidensi asthma terkait dengan polusi NO2 per 100.000 anak per tahun terbesar terjadi pada daerah berikut ini:
- Andean Amerika Latin (negara di Amerika Latin yang terkait dengan pegunungan Andes): 340 kasus; 9%CI: 140-370 kasus
- Amerika Utara: 310 kasus, 95%CI: 140-370
- Asia Pasifik: 300 kasus, 95% CI: 140-370 kasus
Berdasarkan kota, insidensi asthma terkait polusi NO2 per 100.000 anak per tahun tertinggi adalah di kota berikut ini:
- Lima, Peru: 690 kasus; 95% CI: 330-870
- Shanghai, Tiongkok: 650, 95% CI: 340-770
- Bogota, Kolombia: 580; 95% CI: 270-730
Persentase NO2AA sangat bervariasi dari 5,6% (2,4-7,4%) di Orlu, Nigeria hingga 48% (25-57%) di Shanghai, China.
Interpretasi: Usaha untuk menurunkan paparan NO2 diperlukan untuk menurunkan prevalensi insiden asthma. Strategi untuk menurunkan polusi udara diperlukan.
Ulasan Alomedika
Jurnal ini berupaya mengukur secara kuantitatif pengaruh paparan polusi lalu lintas terhadap insidensi asthma pada anak secara global. Untuk mengukur pengaruh ini, peneliti menggunakan data sekunder dari Institute for Health Metric and Evaluation (IHME) dan Global Human Settlement (GHS). Penelitian ini dilakukan karena belum ada studi yang menganalisis pengaruh polusi lalu lintas terhadap insidensi asthma pada anak-anak secara detail dengan memasukkan gradasi paparan daerah padat penduduk dan paparan daerah dekat jalan raya.
Kelebihan Penelitian
Kelebihan penelitian ini adalah penggunaan data global untuk mengestimasi pengaruh polusi lalu lintas terhadap insiden asthma pada anak-anak. Untuk mengukur polusi udara secara kuantitatif, peneliti menggunakan kadar nitrogen oksida (NO2). Studi ini mengemukakan bahwa Andean Amerika Latin, Amerika Utara, dan Asia Pasifik merupakan area dengan angka insidensi asthma terkait dengan polusi NO2 per tahun tertinggi. Berdasarkan kota, Lima (Peru), Shanghai (China), dan Bogota (Kolombia) mempunyai insidensi asthma terkait polusi NO2 tertinggi.
Kelemahan Penelitian
Kelemahan studi ini adalah parameter NO2 diestimasi berdasarkan data rata-rata tahun 2010-2012 sehingga belum tentu merepresentasikan data NO2 pada tahun 2015. Data insidensi asthma yang digunakan juga merupakan data nasional yang belum tentu merepresentasikan variasi data subnasional, khususnya antara daerah perkotaan dan pedesaan. Selain itu, penelitian ini juga tidak memperhitungkan faktor perancu yang kemungkinan dapat mengganggu interpretasi hubungan antara polusi udara dan insidensi asthma pada anak-anak.
Aplikasi Penelitian di Indonesia
Penelitian ini belum menggunakan data penelitian dari Indonesia sehingga membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk dapat diterapkan di Indonesia. Penelitian lebih lanjut di Indonesia hendaknya juga memperhitungkan faktor perancu atau faktor lain yang dapat mencetuskan asthma seperti riwayat keluarga dan paparan alergen lainnya.
Secara empiris, kita mengetahui bahwa Indonesia, terutama pada kota besarnya, memiliki tingkat polusi lalu lintas yang tinggi. Studi ini menunjukkan bahwa salah satu dampak dari tingkat polusi yang tinggi ini adalah peningkatan insidensi asma pada anak. Walau masih memiliki keterbatasan yang perlu diatasi oleh studi selanjutnya, semoga penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pemerintah untuk meningkatkan strategi menurunkan emisi kendaraan bermotor dan polusi udara sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit terkait polusi udara, termasuk asthma.