Teknik Facial Fillers
Teknik facial fillers meliputi fanning, linear threading, cross-hatching, layering, dan injeksi depot. Tindakan aseptik dan pemahaman anatomi yang baik diperlukan untuk mengurangi risiko komplikasi. Sebelum tindakan, pasien perlu mendapatkan penjelasan mengenai informed consent.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien pada facial fillers diawali dengan pemeriksaan kondisi pasien guna memastikan tidak adanya kontraindikasi maupun riwayat medis yang dapat meningkatkan risiko komplikasi.
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, perlu diidentifikasi adanya infeksi seperti herpes simpleks, riwayat komplikasi saat prosedur facial fillers sebelumnya, kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut yang kurang terjaga, kondisi imunokompromais dan autoimun, serta penyakit metabolik seperti diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol.[7]
Prosedur facial fillers sebaiknya ditunda bila pasien sedang dalam kondisi tidak sehat, misalnya pasien yang sedang mengalami demam ataupun influenza. Riwayat konsumsi obat juga perlu ditanyakan, terutama obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen dan antikoagulan misalnya aspirin. Konsumsi obat–obatan golongan ini harus dihentikan 10–14 hari sebelum prosedur.[7]
Selain itu, dapat ditanyakan mengenai tujuan pasien melakukan facial fillers, apakah tujuannya untuk terlihat lebih muda, maupun menambah atau membuat proporsi wajah yang baru.[7]
Pasien juga harus diberikan edukasi sebelum menandatangani informed consent, yang meliputi penjelasan mengenai alur atau proses tindakan, risiko atau komplikasi yang dapat terjadi, hingga tata laksana setelah tindakan.
Pasien tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi obat yang dapat meningkatkan risiko perdarahan selama 10–14 hari sebelum tindakan, seperti antikoagulan (misalnya rivaroxaban) dan antiinflamasi.[5,7]
Pasien juga harus dijelaskan mengenai risiko komplikasi vaskular seperti kebutaan, tetapi hal ini jarang terjadi. Reaksi serta efek samping ringan dan sementara juga dapat timbul, seperti reaksi kemerahan dan edema di area suntikan atau memar pasca tindakan.[5,7]
Analisis Facial
Sebelum prosedur, perlu dilakukan analisis anatomi wajah pasien. Analisis wajah pasien dilakukan dengan cara sistematis menggunakan 8 parameter utama berikut:
- Superior ke inferior (dari garis rambut ke leher tengah, atau decollete yakni merupakan area dari pangkal leher ke bagian atas dada) seperti dahi, kompleks glabellar, daerah perioral, dan lain–lain
- Dari perifer ke garis tengah wajah
- Dari lapisan terdalam ke superfisial (skeletal ke kulit)
- Ketebalan jaringan kulit
- Kesimetrisan
- Analisis secara dinamis dari bagian anterior garis rambut ke leher atau dada
- Etnis dan gender[1]
Setiap area wajah pasien harus dianalisis baik secara terpisah maupun secara keseluruhan sebagai bagian wajah dengan simetris.
Persiapan Wajah
Bersihkan wajah dari make up dan kotoran serta rambut, tandai bagian yang akan diinjeksi dengan penanda warna putih, oleskan antiseptik, pilihan antiseptik, yakni povidone iodine, chlorhexidine maupun alkohol.
Alkohol dan chlorhexidine dapat menyebabkan iritasi kornea bila terkena kornea, alternatif lain yang lebih aman untuk pengganti chlorhexidine yakni povidone iodine. Biarkan antiseptik mengering sebelum dilakukan tindakan filler.[7]
Gambar 1. Posisi Injeksi pada Facial Fillers. Sumber: Shutterstock, 2022.
Sebelum tindakan injeksi filler, wajah dapat ditandai dengan marker berwarna putih agar meningkatkan presisi saat penyuntikan.[8]
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam facial fillers adalah sebagai berikut:
- Alat pelindung diri, seperti sarung tangan
- Spidol putih untuk penanda
- Kassa steril
- Alkohol, chlorhexidine, atau povidone iodine
- Anestesi topikal, seperti lidokain 1% dengan atau tanpa epinefrin dengan perbandingan 1:100.000
- Bahan filler, seperti asam hialuronat
Syringe 1 mL dan jarum ukuran 25–32 gauge[1,7,12]
Pada prosedur facial fillers perlu disediakan reversal untuk asam hialuronat, yaitu enzim hyaluronidase. Enzim hyaluronidase diberikan bila terdapat komplikasi seperti kebutaan, nekrosis jaringan, dan syok anafilaksis. Karena terdapat risiko alergi berat, seperti syok anafilaksis, diperlukan resuscitation kit dengan epinefrin dan oksigen.[14]
Posisi Pasien
Posisi pasien saat dilakukan tindakan filler dengan posisi setengah duduk maupun duduk. Posisi duduk lebih dipilih untuk memanfaatkan gravitasi, agar akurasi penyuntikkan dermal fillers menjadi lebih baik.[5,9,10,11]
Prosedural
Prosedural facial fillers diawali dengan teknik aseptik termasuk mencuci tangan, penggunaan sarung tangan, dan membersihkan wajah pasien. Teknik injeksi dalam melakukan tindakan facial fillers yang paling sering termasuk fanning, linear threading, cross–hatching, layering, dan injeksi depot.[1,8]
Teknik Fanning
Dalam teknik fanning, jarum diarahkan dalam berbagai sudut dari titik masuk tunggal. Pada teknik linier threading, jarum dimasukkan ke kedalaman yang sesuai dengan tekanan yang konstan pada jarum suntik sementara jarum ditarik perlahan.[1,8]
Cross–Hatching
Cross–hatching serupa dengan teknik linier threading, dengan beberapa injeksi tegak lurus membentuk jalur paralel.[1,8]
Teknik Layering
Teknik layering, atau susun, dilakukan dengan injeksi filler pada beberapa kedalaman yang berbeda untuk menaikkan volume secara bertahap.[1,8]
Gambar 2. Sebelum dan Setelah Penyuntikan Dermal Fillers. Sumber: Shutterstock, 2022
Injeksi filler dapat dilakukan dengan menggunakan kanula tumpul atau jarum tajam, biasanya berukuran 25–32 gauge. Selama injeksi secara dalam, sekitar sebanyak 0,1–0,2 cm3 bahan diinjeksikan ke bantalan lemak maupun periosteum.[1,8]
Asam hialuronat dapat digabungkan dengan cairan salin agar dapat mencapai koreksi yang lebih halus. Selain itu, asam hialuronat dapat dikombinasi dengan neurotoksin seperti toksin botulinum untuk menginduksi relaksasi otot.
Terlepas dari apapun tekniknya, volume injeksi tidak lebih dari 0,05–0,2 cm3. Teknik injeksi dilakukan secara perlahan dan harus selalu dilakukan aspirasi sebelum melakukan injeksi untuk memastikan filler tidak diinjeksikan ke pembuluh darah.[1,8]
Follow up
Follow up untuk evaluasi ulang umumnya dilakukan 2 minggu setelah treatment. Pada saat follow up, penilaian yang dilakukan klinisi adalah mengevaluasi hasil estetika, adanya keluhan yang timbul setelah prosedur, maupun komplikasi yang timbul.[1,7,8]
Follow up dapat dilakukan lebih cepat apabila timbul komplikasi, seperti nyeri bertambah setelah injeksi, hematoma yang meluas dalam 24 jam setelah injeksi, pustul atau lepuh yang timbul dalam 3 hari setelah injeksi.
Komplikasi yang ditakutkan pada facial fillers adalah oklusi vaskular, seperti oklusi vaskular retina yang berisiko kebutaan, serta nekrosis jaringan. Maka dari itu, bila pasien mengalami gangguan penglihatan atau peningkatan rasa sakit setelah perawatan harus segera kontrol kembali, walaupun belum melewati jadwal kontrol.[1,7,8]