Komplikasi Facial Fillers
Komplikasi facial fillers yang paling ditakutkan adalah nekrosis jaringan dan oklusi intravaskular, termasuk arteri retina yang berisiko kebutaan permanen dalam waktu 90 menit bila tidak ditata laksana dengan baik. Pada keadaan ini pemberian hyaluronidase subkutan sebagai reverse pada penggunaan filler asam hialuronat diperlukan. Komplikasi eritema, hematoma dapat segera muncul, tetapi dapat hilang spontan dalam beberapa jam hingga 2–3 hari.[1,5,7,8]
Oklusi Arteri Retina
Oklusi arteri retina merupakan komplikasi yang jarang, tetapi paling ditakutkan karena berisiko kebutaan dalam 90 menit. Oklusi arteri retina merupakan keadaan terjadinya sumbatan pada arteri retina sentral.
Pasien biasanya mengeluh penurunan penglihatan mendadak dengan kondisi mata yang tenang, tidak didapatkan eritema maupun keluhan nyeri. Pada keadaan ini, enzim hyaluronidase sebagai reverse harus diberikan, di samping tata laksana lain seperti ocular massage, isosorbid dinitrat, maupun terapi oksigen hiperbarik.[1,5,7,8]
Nekrosis Jaringan
Nekrosis pada daerah injeksi dapat diakibatkan oklusi vaskular dari bahan filler, tetapi jarang terjadi. Peningkatan rasa nyeri setelah perawatan juga perlu diwaspadai, karena dapat disebabkan oleh oklusi, reaksi inflamasi, maupun cedera saraf selama tindakan penyuntikan.[1,5,7]
Edema
Risiko edema dapat dikurangi dengan mengurangi jumlah injeksi perkutan, kombinasi anestesi lokal dengan epinefrin, memberikan kompres dingin setelah prosedur facial fillers dilakukan, dan menghindari melakukan prosedur selama menstruasi.[1,5,7]
Hematoma
Hematoma dapat terjadi karena cedera pembuluh darah pada saat penyuntikkan, maupun tekanan terlalu kuat. Hematoma dapat membaik spontan dalam 5–10 hari. Untuk meminimalisir komplikasi pada injeksi facial fillers, diperlukan pemahaman anatomi yang baik serta presisi dalam menyuntikkan bahan filler, yaitu maksimal 0,05–0,2 cm3 setiap suntikan.[1,5,7]
Nodul dan Papul
Komplikasi yang terlihat dalam jangka pendek dan menengah adalah terlihatnya bahan filler di permukaan kulit berupa papul keputihan atau nodul yang teraba atau terlihat, biasanya terjadi bila bahan filler diinjeksikan terlalu superfisial.
Nodul juga dapat muncul sebagai respon tubuh terhadap benda asing. Komplikasi reaksi granulomatosa juga dapat terjadi sebagai reaksi inflamasi kronik pada area injeksi sekitar 2 bulan setelah prosedur.[1,5,7]
Alergi
Reaksi alergi terhadap bahan filler juga dapat terjadi. Walaupun jarang terjadi, reaksi alergi yang berat seperti syok anafilaksis dapat terjadi pada tindakan injeksi filler. Maka dari itu, pada prosedur ini, ketersediaan resuscitation kit dengan epinefrin dan oksigen diperlukan.[1,5,7]