Teknik Cholecystectomy
Teknik cholecystectomy atau kolesistektomi dapat berupa prosedur laparoskopi maupun prosedur bedah terbuka untuk mengangkat kantong empedu. Tindakan ini umumnya dilakukan pada kasus kolelitiasis, pankreatitis kolelitiasis, cholecystoduodenal fistula, koledokolitiasis, dan keganasan pada kantong empedu.[4,6,9]
Pasien diberikan persiapan preoperatif berupa puasa, pemberian antibiotik profilaksis sesuai indikasi serta informed consent mengenai prosedur. Peralatan operasi disiapkan untuk metode laparoskopi dan juga metode operasi terbuka karena tidak menutup kemungkinan diperlukannya perubahan metode saat operasi berlangsung.[1,6,7]
Persiapan Pasien
Permintaan informed consent dan pemberian informasi bahwa sewaktu-waktu prosedur laparoskopi cholecystectomy dapat berubah menjadi cholecystectomy terbuka sesuai indikasi saat prosedur operasi di kamar bedah perlu dilakukan. Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan insiden infeksi luka bekas operasi pada pasien berisiko tinggi, seperti pasien berusia >60 tahun, diabetes, nyeri kolik akut, jaundice, kolesistitis akut, atau kolangitis.[1,3]
Pasien harus dalam kondisi hemodinamik stabil. Persiapan operasi standar seperti puasa preoperasi perlu dilakukan dan profilaksis thrombosis vena dalam bisa diberikan bila diperlukan. Penting untuk diingat bahwa area steril bedah yang harus dipersiapkan pada pasien harus cukup luas sehingga memungkinkan untuk melakukan operasi terbuka kapan pun bila dibutuhkan saat operasi berlangsung.[1,7]
Peralatan
Peralatan untuk prosedur cholecystectomy adalah peralatan laparotomi standar, kateter fluoroskopi, dan kolangiogram. Kolonoskop juga perlu dipersiapkan bila perlu dilakukan eksplorasi saluran empedu. Bile duct baskets, graspers, dan kateter Fogarty diperlukan untuk ekstraksi kolelitiasis.[1,2]
Peralatan tambahan pada prosedur laparoskopi antara lain sumber cahaya disertai monitor untuk operator bedah dan asisten bedah, laparoscope (telescope) 0° atau 30°, dan peralatan standar insuflasi gas. Diperlukan juga trokar Hasson, trokar 5 mm, trokar subxiphoid, blunt graspers, Maryland dissector, L-hook cautery, dan alat elektrokauter. Persiapkan juga laparoscopic suction irrigator, laparoscopic clip applier, endoscopic ligature loop, swab kapas yang ditempel pada batang 5 mm dan endoscopic retrieval pouch.[6,7]
Posisi Pasien
Posisi pasien sebelum operasi dimulai adalah dengan posisi standar supinasi. Pasien dalam kondisi terpasang akses intravena, elektrokardiografi (EKG), pulse oximetry, dan monitor tekanan darah. Kedua lengan pasien diletakkan secara nyaman di kedua sisi di posisi ekstensi. Dokter bedah berdiri di sisi kiri pasien sementara seorang asisten yang memegang laparoskop berdiri di sebelah kiri dokter bedah pada sisi kiri pasien. Satu orang asisten lainnya berdiri di sisi kanan pasien.[2,6,7]
Saat operasi dimulai, pasien dapat diposisikan menjadi posisi reverse Trendelenburg dengan sisi kanan agak ke atas untuk mendapat bantuan gravitasi memberikan retraksi, sehingga organ tubuh pasien lainnya menjauhi area operasi.[6]
Prosedural
Prosedural cholecystectomy dibedakan menjadi metode terbuka atau laparoskopi.[1,2]
Cholecystectomy Terbuka
Prosedural pada cholecystectomy terbuka dimulai dengan insisi di area subcostal kanan (insisi Kocher) atau garis tengah bagian atas pada abdomen bila operasi membutuhkan paparan yang lebih luas. Selanjutnya upaya perluasan dilakukan dengan bantuan retraktor dan packs. Visualisasi yang harus tampak sempurna oleh operator adalah kantong empedu, triangle of Calot, dan saluran empedu.[1,2]
Selanjutnya dengan hati-hati kantong empedu digenggam dengan Kelly clamps. Dokter kemudian memutuskan untuk mengeluarkan kantong empedu dari atas ke bawah (retrograde) atau dengan metode klasik dari triangle of Calot (anterograde). Metode retrograde dilakukan insisi dari fundus kantong empedu ke arah triangle of Calot. Sementara itu, pada metode anterograde, insisi dimulai dari sisi triangle of Calot.[1,2]
Saluran kistik diidentifikasi dan diklip dengan dua hemoklip, seperti pada arteri kistik. Selanjutnya, kantong empedu dipotong dari perlekatannya dengan elektrokauter atau scalpel harmonic. Selanjutnya lakukan inspeksi untuk melihat ada tidaknya perdarahan dan cairan empedu yang keluar dari saluran Luschka. Selanjutnya dapat dilakukan kolangiogram operatif ataupun eksplorasi saluran empedu apabila terdapat indikasi. Setelah selesai, abdomen ditutup kembali dengan penjahitan lapis per lapis.[1]
Cholecystectomy Laparoskopi
Pada cholecystectomy laparoskopi, dilakukan insuflasi abdomen dengan memasukkan karbon dioksida hingga mencapai 15 mmHg. Selanjutnya dibuat empat insisi kecil di abdomen untuk memasukkan trokar (supraumbilical x1, subxiphoid x1, dan subcostal kanan x2). Dengan laparoscope dan instrumen panjang, kantong empedu ditarik ke atas hati, sehingga memaparkan area hepatocystic triangle. Lalu lakukan diseksi secara hati-hati.[6,7]
Setelah didapatkan paparan area penglihatan yang adekuat, selanjutnya saluran kistik dan arteri kistik diklip. Lalu kantong empedu dipisahkan dari tempat perlekatannya dengan elektrokauter atau harmonic scalpel. Hemostasis dapat dicapai setelah melakukan deflasi abdomen menjadi 8 mmHg selama 2 menit. Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk mencegah perdarahan yang tersamarkan oleh tekanan intraabdomen yang tinggi (15 mmHg).[7]
Kantong empedu dikeluarkan dari abdomen di dalam kantong spesimen. Semua trokar dikeluarkan melalui visualisasi secara langsung, kemudian semua bekas insisi ditutup dan dilakukan penjahitan.[7]
Follow Up
Cholecystectomy laparoskopi biasanya hanya memerlukan waktu sekitar 1 minggu agar pasien kembali pulih dan beraktivitas seperti biasa. Rasa tidak nyaman di area bekas trokar laparoskop adalah kondisi yang umum terjadi. Kondisi tidak biasa yang perlu menjadi perhatian pasien adalah demam, muntah yang tidak terkontrol, nyeri hebat atau bahkan jaundice. Hal-hal ini dapat merupakan pertanda adanya komplikasi yang berat sedang terjadi.[6]
Jadwal kontrol bagi pasien untuk kembali ke dokter adalah 1–2 minggu pascaoperasi, tetapi bisa bervariasi tergantung kondisi pasien. Pasien juga dapat diberikan informasi mengenai hasil histopatologi kantong empedu yang telah diperiksa sebelumnya. Hal ini untuk menginformasikan ada tidaknya keganasan jika sebelumnya dicurigai.[6]