Teknik Pemeriksaan Bilirubin
Teknik pemeriksaan bilirubin yang paling umum adalah penilaian kadar bilirubin serum dari sampel darah vena. Pemeriksaan bilirubin juga dapat dilakukan memakai sampel urine atau dilakukan secara transkutan. Namun, pembahasan akan berfokus pada tes yang paling umum dilakukan, yaitu tes kadar bilirubin serum.[2,6]
Setelah pengambilan sampel darah, teknik analisis yang paling sering dipakai adalah uji spektrofotometri melalui reaksi Diazo. Untuk membedakan bilirubin direk dan indirek, caffeine-sodium benzoate ditambahkan ke sampel untuk melepaskan bilirubin tidak terkonjugasi dari albumin, sehingga dapat bereaksi dengan asam sulfanilic. Reaksi ini menghasilkan cahaya dan diukur melalui spektrofotometer. Hasil pemeriksaan bilirubin dinyatakan dalam satuan mg/dL.[2,6]
Persiapan Pasien
Sebelum melakukan tes bilirubin, klinisi melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi tanda dan gejala penyakit, terutama terkait kelainan pada darah, gangguan hepar, atau gangguan saluran empedu yang bisa menyebabkan peningkatan bilirubin. Beberapa contoh penyakit yang dapat menyebabkan hiperbilirubinemia adalah anemia hemolitik, hepatitis, kolelitiasis, kolesistitis, dan kelainan pankreas. Pada bayi baru lahir, pertimbangkan ikterus neonatorum fisiologis.[3,7]
Peralatan
Peralatan yang dipersiapkan sebelum pengambilan sampel darah adalah jarum suntik, tourniquet, sarung tangan, kassa alkohol, tabung darah berisi antikoagulan, plester, dan tempat sampah medis khusus jarum serta tas transpor spesimen.[3]
Posisi
Untuk pengambilan sampel darah, pasien dapat duduk atau berbaring supine dengan lengan beristirahat pada permukaan yang rata. Lengan pasien diekstensikan. Pastikan pasien berada pada posisi yang nyaman.[3,8]
Prosedural
Setelah melakukan pungsi vena dan memperoleh sampel darah, sampel dimasukkan ke dalam tabung darah dengan antikoagulan. Karena bilirubin bersifat fotosensitif, untuk menjaga stabilitas sampel, tabung darah tidak boleh terpapar cahaya baik cahaya matahari maupun cahaya artifisial. Tabung dapat dilapisi dengan kertas gelap atau dimasukkan ke dalam tas transpor untuk segera diperiksa.[1,3,4]
Analisis bilirubin dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain metode Diazo, kromatografi, oksidatif, atau spektrofotometri direk. Metode Diazo adalah metode yang paling sering digunakan dan menjadi standar baku emas.[2,4]
Metode Diazo
Metode Diazo mengukur kadar bilirubin sebagai hasil dari reaksi bilirubin dengan asam sulfanilic. Reaksi ini menghasilkan dua pigmen yang ditangkap oleh spektrofotometer. Penambahan alkohol dan beberapa komponen lain, misalnya sodium benzoate, akan memisahkan bilirubin tak terkonjugasi dengan albumin. Hasil dari metode Diazo adalah bilirubin total dan bilirubin direk.[4,6]
Kekurangan metode Diazo adalah perlunya analisis di laboratorium, sehingga mungkin menghambat keputusan terapeutik dalam situasi segera. Hasil juga bisa dipengaruhi hal lain, seperti hiperlipidemia dan vitamin C setelah suplementasi.[2]
Kromatografi
Kromatografi digunakan untuk mengidentifikasi bilirubin dengan pemisahan secara kimia, baik high performance liquid chromatography atau thin layer chromatography. Kromatografi dapat mendeteksi bilirubin serum total, bilirubin tidak terkonjugasi, bilirubin monoglucuronide dan diglucuronide, deltabilirubin, serta biliverdin.[9,10]
Tes bilirubin secara kromatografi cepat dilakukan dengan sensitivitas dan akurasi yang baik. Namun, hingga saat ini kromatografi belum menjadi pemeriksaan baku emas karena biaya zat pemisah yang mahal serta kurang sensitif untuk kadar bilirubin total <1 mg/dL.[9,10]
Fluorometri
Fluorometri adalah metode analisis yang bisa mendeteksi komponen cahaya dengan cara menggunakan penyinaran pada zat tertentu sehingga zat tersebut merefleksikan cahaya. Reaksi enzimatik berupa oksidasi bilirubin dengan bilirubin oxidase dapat menghasilkan spektrum cahaya yang kemudian ditangkap dan dianalisis.[9,11]
Metode fluorometri sensitif dan dapat mendeteksi bilirubin dalam jumlah sedikit. Namun, kekurangannya adalah sensitivitas struktur kimiawi terhadap perubahan enzim dan temperatur yang tinggi. Saat ini metode fluorometri masih diteliti lebih lanjut.[9,11]
Pemeriksaan Bilirubin dengan Sampel Lainnya
Metode transkutan dibuat untuk menghasilkan pemeriksaan bilirubin dalam waktu cepat sebagai skrining, terutama pada bayi. Skrining ini bersifat noninvasif dan dilakukan dengan cara menekan sensor pada dahi atau sternum bayi. Hasil pemeriksaan adalah bilirubin total. Pemeriksaan transkutan dapat dilakukan <1 menit, tetapi spesifisitas dan sensitivitasnya rendah, sehingga memerlukan pemeriksaan serum konfirmasi.[4,9]
Pemeriksaan bilirubin menggunakan urine bisa menunjukkan kondisi hiperbilirubinemia terkonjugasi (direk). Pemeriksaan bilirubin urine dilakukan dengan menggunakan strip yang dilapisi reagen Diazo. Sampel urine harus baru dan tersimpan dalam tas kedap cahaya. Karena menggunakan reagen Diazo, pemeriksaan juga dapat dipengaruhi vitamin C atau metabolit obat tertentu. Strip urine dapat mendeteksi bilirubin hingga 0,5 mg/dL.[2,4,12]
Follow Up
Hasil tes bilirubin bisa berupa bilirubin direk (terkonjugasi), indirek (tidak terkonjugasi), dan bilirubin total. Nilai rujukan bervariasi tergantung pada kelompok usia pasien.[13]
Untuk anak-anak, dewasa, dan lansia, nilai rujukan kadar bilirubin serum adalah:
- Bilirubin total: 0,3–1 mg/dL
- Bilirubin direk: 0,1–0,3 mg/dL
- Bilirubin indirek: 0,2–0,8 mg/dL[13]
Untuk bayi baru lahir, nilai rujukan kadar bilirubin serum adalah:
- Bilirubin total: 1–12 mg/dL[13]
Angka kritis kadar bilirubin serum yang perlu diwaspadai adalah:
- Dewasa: >12 mg/dL
- Bayi baru lahir: >15 mg/dL[13]
Hiperbilirubinemia dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok berdasarkan lokasi patologi, yaitu pre-hepatik, hepatik, atau post-hepatik. Hiperbilirubinemia juga dapat dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan jenisnya, yaitu hiperbilirubinemia terkonjugasi atau hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi.[2-4]
Untuk memahami kategorisasi tersebut, dokter perlu memahami perjalanan bilirubin di dalam tubuh. Bilirubin di jaringan adalah bilirubin tidak terkonjugasi yang tidak larut air. Bilirubin tidak terkonjugasi lalu diikat oleh albumin dan dibawa dalam darah menuju hati, di mana ikatan dengan albumin terlepas dan bilirubin mengalami konjugasi. Konjugasi terjadi melalui uridine diphosphoglucuronate glucuronosyltransferase (UGT). Bilirubin terkonjugasi ini bersifat larut air dan bisa dieliminasi melalui feses dan urine.[2-4]
Dengan memahami proses konjugasi bilirubin, dokter dapat memperkirakan lokasi yang mengalami patologi. Dokter kemudian dapat mencocokkan hasil pemeriksaan bilirubin dengan pemeriksaan klinis yang sudah dilakukan dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menegakkan diagnosis dan membuat rencana terapi yang tepat.[2,4]