Indikasi Pemeriksaan Genitalia Pria
Secara garis besar, indikasi pemeriksaan genitalia pria adalah pada pasien dengan keluhan urogenital, misalnya individu yang dicurigai mengalami fimosis, parafimosis, kanker testis, atau benign prostate hyperplasia.
Pemeriksaan genitalia pria juga penting dalam menilai perkembangan pubertas, tanda-tanda infeksi menular seksual seperti gonorrhea, tanda-tanda kelainan genetik, kelainan struktural seperti varikokel dan hipospadia, ataupun masalah fungsi seksual.[1]
Indikasi Berdasarkan Keluhan
Keluhan yang merupakan indikasi dilakukannya pemeriksaan genitalia pria antara lain:
- Nyeri berkemih
- Nyeri genitalia
- Keluhan berkemih seperti frequency, urgency, hesitancy, atau straining
- Hematuria
- Urin berbau atau tidak jernih
- Duh tubuh yang keluar dari genitalia
- Perdarahan genitalia
- Adanya lesi atau ruam pada genitalia
- Pembesaran atau pembengkakan skrotum
- Testis yang tidak turun[2]
Indikasi Berdasarkan Diagnosis
Pemeriksaan genitalia pria akan membantu menegakkan diagnosis berbagai kondisi, seperti:
- Infeksi saluran kemih
- Infeksi menular seksual (IMS): sifilis, herpes genital, kondiloma akuminatum, limfogranuloma venereum
- Trauma pada genitalia
- Priapismus
- Kriptorkismus
Fimosis, parafimosis
- Hernia
- Kelainan testis: Torsio testis, kanker testis
Hidrokel, varikokel
Epididimitis[2]
Pemeriksaan genitalia pria juga merupakan pemeriksaan yang penting dilakukan pada anak dan remaja. Pada usia remaja, pemeriksaan maturitas seksual seperti stadium Tanner dibutuhkan untuk mengevaluasi proses pubertas. Selain menilai pubertas, pemeriksaan genitalia dapat juga menemukan kelainan genetik, seperti sindroma Klinefelter atau fragile X.[4]