Teknik Gigi Palsu
Teknik pemasangan gigi palsu dimulai dengan perencanaan perawatan, pembuatan desain gigi palsu, pembuatan model studi, dan model kerja. Prosedur kemudian dilanjutkan dengan fase laboratorium, serta insersi gigi palsu.[13-16]
Persiapan Pasien
Hal yang perlu dikelola dari pasien terkait dengan pemasangan gigi palsu ini meliputi ekspektasi pasien, motivasi pasien untuk melakukan pemasangan gigi palsu, dan ketersediaan waktu pasien karena perawatan ini membutuhkan beberapa kunjungan.
Setelah pasien memberikan persetujuan, dilakukan persiapan pasien untuk melakukan tindakan klinis. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD), lalu posisikan pasien dengan benar di dental unit. Prosedur pembersihan rongga mulut yang meliputi scaling dan root planing mungkin diperlukan.[4,6,9]
Peralatan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat gigi palsu meliputi:
- Set diagnostik: kaca mulut, sonde, pinset, ekskavator
- Probe untuk cek kondisi periodontal
- Peralatan cetak gigi: spatula, bowl, bahan cetak, dental stone, dan tray
- Wax
- Bahan cetak oklusi pasien
- Hand-piece
Shade guide[4,6,9]
Posisi Pasien
Kondisikan pasien pada dental unit senyaman mungkin. Posisikan dental unit hampir 180o, dan rongga mulut pasien sejajar dengan lengan dokter gigi, dimana lengan dokter gigi diposisikan 90o.
Pada saat prosedur pemasangan gigi palsu berlangsung, dokter gigi dapat memposisikan diri pada posisi paling optimal untuk melihat area kerja yang meliputi gigi geligi, lokasi gigi palsu, dan jaringan lunak pasien, yaitu berada pada posisi pukul 8-9 untuk gigi anterior Rahang Atas (RA) dan Rahang Bawah (RB) bagian labial; pukul 9 untuk gigi posterior RA dan RB; dan pukul 11-12 untuk gigi anterior RA dan RB bagian palatal.[4,6,9]
Prosedural
Prosedur perawatan gigi palsu meliputi tahap desain gigi tiruan, pencetakan model studi dan model kerja, serta insersi.
Desain Gigi Tiruan
Pada tahap desain gigi tiruan ini, langkah yang harus dilakukan adalah menentukan klasifikasi dari area yang tidak bergigi, menentukan macam dukungan yang akan digunakan dari masing-masing area tersebut, menentukan macam penahan yang akan digunakan, dan menentukan konektor.[13-16]
Klasifikasi Kehilangan Gigi:
Sebelum memulai perawatan gigi palsu, dokter gigi harus mengetahui klasifikasi kehilangan gigi pada pasien tersebut agar dapat membuat desain terbaik bagi kasus tersebut. Klasifikasi yang sering digunakan sebagai panduan dalam perawatan gigi palsu adalah Klasifikasi Kennedy dan Klasifikasi Applegate-Kennedy.
Klasifikasi Kennedy terdiri dari 4 kelas, yang terbagi menjadi:
- Kelas I: daerah edentulus berada pada sisi posterior dari gigi yang tersisa, dan terjadi secara bilateral
- Kelas II: daerah edentulus berada pada sisi posterior dari gigi yang tersisa, namun terjadi secara unilateral
- Kelas III: daerah edentulus berada di antara gigi yang tersisa pada sisi anterior atau posterior, dan terjadi secara unilateral
- Kelas IV: daerah edentulus terletak pada sisi anterior dari gigi yang tersisa, dan melewati garis median
Sementara itu, kondisi daerah edentulus lain yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi tersebut dapat ditulis sebagai modifikasi. Jumlah modifikasi ditentukan dari seberapa banyak area edentulus yang hadir yang tidak sesuai dengan klasifikasi Kennedy.
Klasifikasi Applegate-Kennedy terdiri dari 6 kelas, yaitu:
- Kelas I: daerah edentulus berada pada sisi posterior dari gigi yang tersisa, dan terjadi secara bilateral
- Kelas II: daerah edentulus berada pada sisi posterior dari gigi yang tersisa, namun terjadi secara unilateral
- Kelas III: daerah edentulus paradental (sisi posterior masih terdapat gigi yang tersisa), namun gigi tetangga tidak dapat memberikan dukungan yang adekuat bagi gigi palsu
- Kelas IV: daerah edentulus berada pada sisi anterior dari gigi yang tersisa dan melewati garis tengah
- Kelas V: daerah edentulus paradental tapi gigi anterior daerah tersebut tidak dapat digunakan sebagai gigi abutment
- Kelas VI: daerah edentulus paradental dengan kedua gigi tetangga (sisi anterior dan posterior) dapat digunakan sebagai gigi abutment
Sementara itu, pada kondisi daerah edentulus yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi di atas, Applegate-Kennedy juga memberikan ketentuan untuk mengakomodasi situasi tersebut. Jika tambahan area edentulus terletak di anterior, maka disebut sebagai modifikasi A. Jika berada di posterior, maka disebut sebagai modifikasi P. Jumlah modifikasi juga ditentukan dari seberapa banyak area edentulus yang hadir.[13-16]
Menentukan Jenis Dukungan:
Selanjutnya, setelah mengetahui kelas dari kasus yang akan ditangani, dokter gigi dapat melakukan langkah kedua dari desain gigi tiruan, yaitu menentukan jenis dukungan yang akan digunakan. Definisi dukungan gigi tiruan adalah semua kemampuan dari jaringan mulut untuk melawan atau menahan gaya oklusal yang diterima alat prostetik.
Jenis dukungan pada gigi palsu meliputi dukungan gigi, dukungan mukosa, dan kombinasi. Penentuan jenis dukungan ini penting untuk direncanakan agar gigi tiruan memiliki retensi dan stabilisasi yang optimal.[13-16]
Menentukan Jenis Penahan:
Langkah ketiga dalam membuat desain gigi palsu adalah menentukan jenis penahan. Definisi penahan adalah bagian dari gigi palsu yang memiliki tujuan untuk menahan gigi palsu tetap berada pada tempatnya. Jenis penahan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu penahan langsung dan tidak langsung.
Penahan langsung merupakan penahan yang berkontak langsung dengan gigi abutment. Penahan langsung pada gigi palsu berupa cengkeram. Jenis cengkeram dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cengkeram kawat dan cengkeram tuang. Contoh cengkeram kawat adalah cengkeram tiga jari, dua jari, half Jackson, dan Adams. Sementara itu, cengkeram tuang contohnya adalah akers, cincin, batang T, batang U, dan mesiodistal.[13-16]
Menentukan Konektor:
Langkah terakhir dari desain gigi palsu adalah menentukan konektor. Konektor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konektor utama dan konektor minor.
Konektor utama adalah konektor yang menghubungkan bagian protesa pada salah satu sisi rahang dengan sisi lainnya. Contoh konektor utama adalah batang palatal tunggal, plat palatal U, batang palatal ganda, dan plat palatal penuh (rahang atas); serta batang lingual, lingual ganda, plat lingual, dan batang labial (rahang bawah).
Sementara itu, konektor minor adalah bagian protesa yang menghubungkan antara konektor utama dengan bagian protesa yang lain. Fungsi konektor minor ini antara lain adalah untuk penyaluran tekanan mastikasi ke gigi tetangga. Dengan penyaluran tekanan ini, maka tekanan yang diterima oleh prothesa akan dapat dikelola dengan baik agar tidak terjadi secara berlebihan.[13-16]
Pencetakan Model Studi dan Model Kerja
Tujuan pembuatan model studi dan model kerja adalah untuk mendapatkan replikasi kondisi gigi di dalam rongga mulut. Model studi merupakan model yang digunakan sebagai media pembelajaran sebelum prosedur perawatan dilakukan. Sementara, model kerja adalah model yang digunakan untuk pengisian fisiologis, dan dilakukan setelah preparasi intraoral namun sebelum pembuatan alat prostetik.
Jenis teknik yang dapat dilakukan pada tahap pencetakan ini meliputi teknik mukositas dan teknik mukokompresi. Teknik mukositas adalah pencetakan yang dilakukan dengan kondisi jaringan lunak istirahat, viskositas bahan cetak rendah, dan tanpa penekanan mukosa. Sementara, teknik mukokompresi adalah pencetakan yang dilakukan dengan penekanan, viskositas bahan cetak tinggi, serta keterlibatan aktif mukosa untuk menekan bahan cetak di dalam rongga mulut.[13-16
Memposisikan Pasien:
Prosedur pencetakan model studi dan model kerja mirip, yaitu yang pertama adalah memposisikan pasien seoptimal mungkin di dental chair. Posisi kepala pasien tegak dan sandaran kepala sejajar dengan tubuh pasien.
Setelah itu, dokter gigi memposisikan diri berada sedikit di belakang-kanan pasien untuk pencetakan rahang atas, dan di depan-kanan pasien untuk pencetakan rahang bawah. Pastikan rongga mulut pasien memiliki tinggi yang sejajar dengan siku pasien.[13-16]
Persiapan Bahan Cetak:
Langkah kedua, siapkan bahan cetak dan air pada bowl dengan komposisi sesuai dengan anjuran pabrik. Setelah itu dimanipulasi dengan spatula membentuk gerakan angka 8 serta penekanan adonan ke tepi bowl (vigorous hand mixing). Lakukan ini hingga adonan terlihat homogen (warna seragam, konsistensi lunak, dan permukaan halus).[13-16]
Pencetakan:
Langkah ketiga, tempatkan adonan ke sendok cetak dan aplikasikan ke masing-masing rahang. Pencetakan model gigi ini hendaknya dilakukan satu per satu rahang agar memberikan hasil yang optimal. Setelah adonan mengeras, lepaskan sendok cetak dari mulut pasien dan perhatikan apakah titik-titik anatomis yang diperlukan sudah tercetak semua atau belum. Jika ada beberapa bagian yang tidak sempurna tercetak, dapat dipertimbangkan untuk melakukan pencetakan ulang.
Selanjutnya, lakukan pembuatan cetakan positif. Cetakan positif dibuat dengan melakukan pengecoran menggunakan dental stone.[13-16]
Insersi
Insersi adalah pemasangan gigi palsu yang sudah jadi ke dalam rongga mulut pasien. Sebelum melakukan insersi, harus pastikan beberapa hal berikut:
- Permukaan protesa yang berkontak dengan jaringan (fitting surface) harus memiliki kontur tanpa goresan tajam dan bebas dari udara yang terjebak di dalam basis gigi tiruan
- Permukaan yang menghadap ke rongga mulut (polish surface) harus memiliki permukaan yang halus dan mengkilat
- Cengkeram harus retentif serta ujung-ujung cengkeram tidak boleh tajam
Setelah memastikan beberapa hal tersebut, langkah selanjutnya adalah menempatkan protesa ke dalam rongga mulut pasien. Jika protesa mengalami kesulitan untuk masuk ke dalam lengkung rahang, maka hilangkan hambatan pada protesa yang membuatnya tidak dapat diinsersi dengan cara pengasahan permukaan gigi tiruan.[13-16]
Pemeriksaan Protesa:
Setelah gigi palsu berhasil diinsersi, lakukan pemeriksaan stabilitas protesa dengan cara menekan protesa pada arah sagital dan lateral secara bergantian. Pada saat pemeriksaan stabilitas, protesa tidak boleh bergerak sama sekali.
Pemeriksaan yang selanjutnya adalah pemeriksaan oklusi. Letakkan articulating paper pada bagian oklusal. Setelah itu, pasien diminta untuk membuka-menutup mulut sebanyak 3-4 kali. Pada pemeriksaan ini, warna articulating paper yang tercetak pada oklusal gigi harus merata.[13-16]
Melatih Pasien Melepas Gigi Palsu Secara Mandiri:
Setelah semua dirasa optimal, langkah terakhir dari insersi adalah melatih pasien untuk dapat melepas gigi tiruan tersebut secara mandiri. Hal ini merupakan langkah penting karena gigi palsu harus rutin dilepas untuk memberikan jaringan intraoral pasien istirahat. Pada tahap ini, pastikan pasien tidak melepas alat protesa pada bagian cengkeram, karena akan menyebabkan distorsi.[13-16]
Follow up
Follow up pertama kali pasca pembuatan gigi palsu hendaknya dilakukan sesegera mungkin setelah insersi, utamanya dalam 1x24 jam pertama. Lakukan penilaian apakah pasien memiliki keluhan pada area tertentu dari gigi palsu.
Jika ada, minta pasien untuk menunjukkan area tersebut secara pasti. Hal ini memungkinkan dokter gigi untuk melakukan penyesuaian yang tepat di area yang sakit secepat mungkin. Selain itu, pada follow up pertama ini, dokter gigi dapat melakukan penilaian penyesuaian psikologis pasien terhadap gigi palsu yang baru.
Pada saat kontrol rutin (6-12 bulan sekali), hendaknya dokter gigi melakukan pemeriksaan retensi dan stabilisasi, oklusi, kondisi cengkeram protesa, dan kondisi jaringan pendukung. Seiring berjalannya waktu, protesa akan mengalami degradasi retensi dan stabilisasi, dan pilihan perawatan yang dapat dilakukan adalah relining atau rebasing.[13-16]
Dokter gigi juga harus memahami bahwa, kemungkinan pasien yang menggunakan gigi palsu akan mengalami kondisi kekurangan gizi. Pada sebuah penelitian, selama dua tahun pasca penggunaan gigi palsu, ditemukan bahwa pasien dengan gigi palsu memiliki kadar albumin, kalsium dan kreatinin yang rendah jika dibandingkan dengan pasien tanpa gigi palsu. Untuk itu, setelah dua tahun pasien dapat merekomendasikan pasien untuk cek darah lab, dan dari hasil tersebut dapat ditentukan evaluasi yang sesuai.[7,13-17]