Pedoman Klinis Penanganan Dislokasi Temporomandibular Joint
Penanganan dislokasi temporomandibular joint (TMJ) adalah tindakan medis darurat pada kasus dislokasi TMJ, yaitu mandibula terkunci dalam posisi membuka dan tidak dapat kembali ke posisi normalnya. Tujuan tindakan ini adalah untuk mengembalikan processus condylaris ke posisi normal di dalam fossa glenoidea, serta mencegah terjadinya dislokasi kronis atau berulang di masa depan.[1-3]
Pedoman klinis penanganan dislokasi TMJ di antaranya:
- Pilihan tindakan tergantung kondisi dislokasi TMJ, apakah akut, kronis, atau persisten
- Teknik tindakan bisa secara konservatif, minimal invasif, atau invasif yang masing-masing memiliki indikasi dan kontraindikasi berbeda. Sebelum tindakan perlu mendapatkan informed consent dari pasien atau keluarga
- Teknik penanganan dislokasi TMJ yang paling umum digunakan adalah teknik Hippocrates. Teknik ini termasuk teknik konservatif intraoral, di mana prinsip reposisi TMJ dengan menekan mandibula ke arah bawah agar terlepas dari posisi terkunci, kemudian ditekan ke arah belakang untuk menempatkannya pada posisi normal
- Setelah dilakukan reposisi mandibula, maka perlu diberikan fiksasi mandibula selama 24-48 jam. Imobilisasi rahang ini bertujuan untuk mencegah terjadinya dislokasi TMJ berulang
- Komplikasi yang harus diwaspadai adalah temporomandibular disorder (TMD) dengan gejala nyeri otot dan wajah, infeksi pasca injeksi atau pembedahan, dan dislokasi TMJ berulang. Penanganan yang adekuat dapat meminimalisasi insidensi komplikasi tersebut
- Setelah tindakan, pasien direkomendasikan untuk mengonsumsi diet lunak dan jangan membuka mulut terlalu lebar selama 3-4 minggu
Untuk mencegah dislokasi TMJ kronis/berulang maupun persisten, diperlukan tindakan yang adekuat disertai perawatan lanjutan berupa fisioterapi dan eliminasi faktor predisposisi.[1–3,7,15]