Indikasi Bone Mineral Densitometry (BMD)
Indikasi bone mineral densitometry (BMD) atau tes kepadatan tulang umumnya untuk wanita >65 tahun dan populasi yang berisiko mengalami osteoporosis. Berdasarkan US Preventive Services Task Force, setiap wanita berusia >65 tahun (usia postmenopause) perlu melakukan pemeriksaan BMD.[1,3,4]
BMD adalah metode pilihan untuk mengukur kepadatan mineral dalam tulang. Umumnya, dilakukan BMD pada tulang panggul untuk memprediksi patah tulang panggul, dan BMD pada tulang lumbospinal untuk memonitor efek terapi osteoporosis. BMD direkomendasikan untuk dilakukan secara berkala, terutama pada osteoporosis derajat sedang atau berat.[2,4,6]
BMD dapat mengidentifikasi dan mendiagnosis osteoporosis, mengukur risiko fraktur, dan melakukan pengawasan terhadap efek dari terapi osteoporosis.[1,3,4]
Indikasi Skrining Osteoporosis
Skrining osteoporosis dianjurkan untuk seluruh wanita berusia >65 tahun, dan seluruh pria berusia >70 tahun. Skrining osteoporosis juga dianjurkan untuk wanita berusia <65 tahun jika memiliki risiko osteoporosis, yaitu defisiensi estrogen, riwayat fraktur panggul sebelum usia 50 tahun, berat badan rendah (<57 kg), dan menopause dini (usia <42 tahun).[3,5]
Faktor risiko osteoporosis lainnya adalah perokok, konsumsi alkohol, defisiensi vitamin D, penurunan tinggi badan drastis dalam 1 tahun (>12,7 cm), atau kifosis torakal. Pasien osteopenia atau berisiko mengalami patah tulang berdasarkan pemeriksaan pencitraan lainnya juga perlu dilakukan BMD, demikian juga dengan pasien (usia >50 tahun) fraktur pergelangan tangan, panggul, tulang belakang, atau humerus proksimal tanpa/dengan trauma minimal.[1,3-5]
Indikasi Monitoring Terapi Osteoporosis
BMD dilakukan secara berkala untuk memonitor efektivitas terapi osteoporosis. Tes ini dapat dilakukan setiap 1‒2 tahun setelah memulai terapi, dan setiap 2 tahun setelahnya. Pada pasien tanpa faktor risiko fraktur, BMD dapat dilakukan lebih jarang.[6]
Indikasi Prediksi Fraktur
Pemeriksaan BMD dapat menggambarkan kondisi osteoporosis, tetapi kurang akurat untuk memprediksi risiko fraktur. Model risiko klinis, seperti alat FRAX dan kalkulator risiko fraktur Garvan, menggabungkan BMD dan faktor klinis untuk memprediksi risiko fraktur absolut.[2]
Untuk memprediksi fraktur panggul dan fraktur tulang mayor lainnya akibat osteoporosis dalam 10 tahun, dokter dapat menggunakan kalkulator risiko klinis. Hasil abnormal bila hasil perhitungan menunjukkan probabilitas >5% untuk fraktur panggul dan >20% untuk fraktur tulang apapun.[2]