Komplikasi Pungsi Lumbal
Komplikasi pungsi lumbal dapat berupa sakit kepala pasca pungsi, bloody tap, dry tap, infeksi, perdarahan, disestesia, dan herniasi serebri. Komplikasi ini perlu diberitahukan kepada pasien dan keluarga sebelum prosedur dilakukan.
Sakit Kepala pasca Pungsi Lumbal
Sakit kepala merupakan komplikasi paling sering (20–70%). Kondisi ini umumnya berlangsung 24–48 jam setelah prosedur dan lebih sering ditemukan pada remaja. Kemungkinan penyebabnya adalah rembesan cairan serebrospinal yang kontinu pada lokasi penyuntikan. Sakit kepala umumnya terasa pada daerah frontal atau oksipital dan berkurang pada posisi terlentang.[1]
Sakit kepala umumnya membaik sendiri dalam 7 hari dan merespons analgesik serta kafein (300–500 mg tiap 4–6 jam). Pada kasus berat, dokter spesialis anestesi dapat memberikan epidural blood patch.
Pilihan jenis jarum berpengaruh terhadap kejadian sakit kepala pasca pungsi lumbal. Penggunaan jarum atraumatik (pencil tip) menurunkan insiden sakit kepala secara signifikan bila dibandingkan dengan jarum traumatik. Jarum traumatik berujung tajam dan memiliki bukaan di daerah distal, sedangkan jarum atraumatik berujung tumpul dan memiliki bagian untuk injeksi dan pengumpulan sampel.
Penggunaan jarum atraumatik akan menyebabkan serabut dural menjadi terpisah dan terdilatasi, sehingga besar lubang menjadi lebih kecil. Penggunaan jarum atraumatik juga dapat ditoleransi oleh pasien usia tua, terutama dalam mengevaluasi penyakit Alzheimer.[6-8]
Traumatic Tap atau Bloody Tap
Sekitar >50% pungsi lumbal memberikan hasil positif palsu untuk eritrosit dalam cairan serebrospinal karena ada trauma mikro dari jarum spinal. Hal ini sering ditemukan pada pasien sehat dengan sistem koagulasi yang normal.[1]
Dry Tap atau Tidak Keluarnya Cairan Serebrospinal
Keadaan ini disebabkan oleh penempatan jarum spinal yang salah. Kesalahan tersering adalah posisi jarum bergeser ke lateral. Kesalahan ini sering terjadi pada pasien obesitas, sehingga dokter perlu menggunakan jarum spinal yang lebih panjang. Bila pasien dehidrasi, dokter perlu melakukan rehidrasi terlebih dahulu.[1]
Infeksi
Selulitis, abses kulit, asbes epidural, abses spinal, atau diskitis bisa terjadi akibat jarum spinal yang terkontaminasi. Sterilitas perlu dijaga dengan baik.[1,3]
Perdarahan
Perdarahan epidural, subdural, dan subarachnoid adalah komplikasi yang langka tetapi dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan koagulopati. Pungsi lumbal sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan trombosit <50.000/µL atau pasien dengan koagulopati lainnya.[1,3]
Disestesia
Iritasi saraf akibat jarum spinal dapat menyebabkan disestesia pada ekstremitas bawah. Proses menarik jarum tanpa mengganti stylet dapat menyebabkan aspirasi dari saraf atau jaringan arachnoid ke rongga epidural.[1]
Herniasi Serebri setelah Pungsi Dural
Komplikasi ini bersifat langka tetapi sangat serius. Saat ini masih terdapat perdebatan apakah keadaan ini disebabkan oleh pungsi lumbal atau penyakit lain yang mendasari. Konsensus yang membahas keamanan prosedur ini pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial masih belum tersedia.[1,3,5]
Pencegahan Komplikasi
Untuk mengantisipasi risiko komplikasi pungsi lumbal, dokter dapat melakukan hal-hal berikut:
- Menjelaskan tata cara prosedur, keuntungan, komplikasi yang dapat terjadi, dan opsi tindakan lain kepada pasien, serta meminta informed consent tertulis
- Memastikan pasien terhidrasi dengan baik sebelum pungsi lumbal untuk mencegah dry tap
- Tidak menunda pemberian antibiotik intravena karena alasan pungsi lumbal atau CT scan kepala
- Menghindari pungsi lumbal pada pasien dengan progresivitas penyakit yang mengarah ke peningkatan intrakranial yang impending, seperti pasien dengan penurunan kesadaran progresif dan tanda-tanda gangguan batang otak[1]
Semakin kecil jarum yang digunakan untuk pungsi lumbal, semakin kecil pula risiko sakit kepala setelah pungsi. Beberapa ahli merekomendasikan jarum berukuran 22 G sebagai jarum standar. Penggunaan jarum atraumatik juga menurunkan angka kejadian sakit kepala pasca pungsi lumbal. Tirah baring profilaksis setelah pungsi lumbal tidak menunjukkan keuntungan dan tidak direkomendasikan.[1]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur