Pendahuluan Histeroskopi
Histeroskopi adalah prosedur invasif minimal yang dilakukan untuk mendiagnosis atau menata laksana berbagai penyakit endoservikal atau intrauterine, seperti perdarahan uterus abnormal, mioma, polip, dan adhesi intrauterine. Prosedur ini memvisualisasi bagian dalam uterus dengan menggunakan kamera.[1-3]
Histeroskopi dapat bersifat diagnostik maupun operatif. Indikasi histeroskopi diagnostik adalah untuk mengetahui penyebab kondisi seperti perdarahan uterus yang abnormal, penebalan endometrium abnormal, atau infertilitas. Bila ada kelainan yang dapat diatasi segera maka fungsi diagnostik ini dapat beralih menjadi operatif. Contohnya adalah tindakan miomektomi, polipektomi, metroplasti, lisis adhesi, atau pengangkatan benda asing saat histeroskopi.[1-3]
Kontraindikasi histeroskopi adalah infeksi serviks atau uterus yang aktif, keganasan di serviks atau uterus, serta kehamilan. Sebelum melakukan prosedur ini, dokter harus mengeksklusi kehamilan terlebih dahulu.[1-3]
Teknik histeroskopi umumnya diawali dengan insersi spekulum ke dalam vagina untuk memvisualisasikan serviks. Setelah itu, dokter dapat melakukan dilatasi ostium serviks untuk insersi histeroskop ke dalam uterus. Dokter dapat menggunakan gas tertentu atau cairan tertentu untuk mendistensi uterus dan memudahkan visualisasi. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, perforasi uterus, infeksi, dan emboli gas.[1-4]