Indikasi Audiometri
Indikasi audiometri adalah pasien dengan keluhan gangguan pendengaran untuk menentukan derajat, tipe dan konfigurasi dari gangguan pendengaran. Audiometri juga bisa digunakan sebagai bagian dari pemeriksaan skrining kesehatan.[1,4,5]
Audiometri Nada Murni
Indikasi dilakukannya pemeriksaan audiometri nada murni adalah untuk menentukan derajat, tipe, dan konfigurasi dari gangguan pendengaran.[1,4]
Menurut American Speech-Language-Hearing Association (ASHA), pendengaran normal berada pada rentang -10 sampai 15 desibel (dB). Derajat gangguan pendengaran mengacu pada keseriusan dari gangguan pendengaran, mulai dari gangguan pendengaran sedikit sampai mendalam.[6]
Berdasarkan tipenya, gangguan pendengaran dapat dibedakan menjadi tuli konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campuran. Tuli konduktif dapat terjadi akibat obstruksi saluran telinga luar seperti adanya impaksi serumen atau massa; ataupun akibat gangguan telinga tengah seperti infeksi, tumor, atau otosklerosis; dan penyebab kongenital. Tuli sensorineural dapat terjadi akibat kerusakan pada koklea atau kerusakan saraf pendengaran misalnya akibat obat ototoksik, faktor genetik, penuaan, trauma kepala, dan trauma akustik.[2,6]
Konfigurasi gangguan pendengaran mengacu pada derajat dan pola gangguan pendengaran pada seluruh frekuensi (nada). Berdasarkan konfigurasinya, dapat dibedakan pendengaran yang baik dalam frekuensi rendah atau tinggi. Jika hanya frekuensi rendah yang terpengaruh, konfigurasi akan menunjukkan pendengaran yang lebih buruk untuk nada rendah dan pendengaran yang lebih baik untuk nada tinggi.[6]
Audiometri Impedansi
Audiometri impedansi dilakukan untuk menilai status membran timpani dan telinga tengah melalui timpanometri, serta evaluasi jalur refleks akustik yang meliputi saraf kranial (CN) VII, saraf VIII, dan batang otak.[2,7]
Indikasi dilakukannya pemeriksaan audiometri impedansi adalah untuk evaluasi pendengaran perifer dan pusat. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan pada kasus seperti efusi telinga tengah, perforasi membran timpani, timpanosklerosis, hipermobilitas dari membran timpani, disfungsi tuba eustachius, otosklerosis, ossicular discontinuity, neuroma akustik, gangguan saraf kranial VII dan VIII, serta gangguan pada batang otak.[7]
Auditory Brainstem Response (ABR)
Auditory Brainstem Response (ABR) atau Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) merupakan pemeriksaan neurologis untuk menilai fungsi nervus VIII dan jalur pendengaran di batang otak dengan merekam potensial listrik yang dikeluarkan sel koklea selama menempuh perjalanan mulai dari telinga dalam hingga nukleus di batang otak. [2,8]
Indikasi dilakukan ABR adalah pada kasus dengan tanda atau gejala yang mengarah ke patologi saraf kranial VIII, seperti gangguan pendengaran sensorineural asimetris atau unilateral, gangguan pendengaran frekuensi tinggi asimetris, dan tinitus unilateral. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk pemantauan selama tindakan operatif dengan elektrokokleografi, sebagai alat skrining pada bayi baru lahir, serta untuk evaluasi neuroma akustik atau schwannoma vestibular Jika terdapat temuan ABR abnormal yang menunjukkan patologi retrokoklear, diperlukan pemeriksaan penunjang lain seperti MRI.[8]
Audiometri Tutur
Audiometri tutur dapat menjadi pemeriksaan tambahan audiometri nada murni untuk membantu menentukan derajat dan tipe dari gangguan pendengaran. Indikasi lain pemeriksaan audiometri tutur adalah untuk menentukan ambang penangkapan bicara, diskriminasi bicara, serta toleransi terhadap rangsangan bicara.[9,10]
Ambang penangkapan bicara (APB) merupakan tingkat presentasi terlemah dalam decibel, dimana pasien mampu mengenali dengan benar 50% kata-kata yang diuji dengan menggunakan kata-kata bersuku dua sebagai metode pengukuran kepekaan terhadap pemahaman pembicaraan.[10]
Sedangkan, diskriminasi bicara menilai kemampuan dalam mendengar dan memahami pembicaraan. Beberapa kata akan diperdengarkan pada tingkat 30 atau 40 dB di atas APB, lalu pasien akan menjawab secara verbal. Skor diskriminasi kata merupakan persentase berdasarkan jumlah kata yang dapat diulangi pasien dengan benar.[2,10] Skor diskriminasi kata yang buruk menunjukkan kecurigaan lesi retrokoklear atau lebih tinggi.[2,9]