Teknik Panendoskopi
Teknik prosedur panendoskopi melibatkan triple endoscopy, yakni laringoskopi, bronkoskopi, dan esofagoskopi. Panendoskopi dilakukan di bawah anestesi umum. Pasien diposisikan dalam posisi Jackson untuk memaksimalkan paparan laring dengan leher fleksi dan kepala ekstensi.[7]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan sebelum prosedur panendoskopi antara lain adalah dengan melakukan pemeriksaan barium swallow, terutama bila pasien memiliki keluhan disfagia atau odinofagia. Selanjutnya, pada pasien dapat dilakukan pemeriksaan rontgen servikal posisi lateral fleksi-ekstensi jika terdapat riwayat arthritis servikal, riwayat operasi leher sebelumnya, atau riwayat cedera leher.
Bila diperlukan, pasien dapat dirujuk ke dental prosthodontic untuk dibuatkan pelindung gigi akrilik agar tidak terjadi kerusakan gigi berat saat prosedur dilakukan. Jangan lupa pula untuk meminta persetujuan tindakan medis ke pasien yang sebelumnya telah menerima edukasi mengenai prosedur panendoskopi. Edukasi harus mencakup deskripsi tindakan yang akan dilakukan, indikasi, serta risiko komplikasi yang mungkin terjadi.[5]
Peralatan
Peralatan yang dipersiapkan saat melakukan prosedur panendoskopi antara lain laringoskop direk, bronkoskopi rigid dan fleksibel, serta esofagoskop rigid dan fleksibel dengan beberapa ukuran. Selain itu, juga perlu dipersiapkan kamera, kabel serat optik, monitor, forsep biopsi, sikat biopsi, jarum aspirasi, baki alat trakeostomi, tonsilektomi, bronchofiberscope, dan Jackson laryngeal dilator sesuai kebutuhan.[5,10-12]
Selain peralatan utama, persiapan medikamentosa antara lain adalah injeksi lidocaine 4%, semprot hidung oxymetazoline, stik perak nitrat untuk mengontrol perdarahan, toluidine blue dan asam asetat 1% untuk mewarnai tumor agar dapat terlihat lebih jelas.[5]
Posisi Pasien
Posisi pasien yang menjalani prosedur panendoskopi dengan anestesi umum adalah dengan posisi Jackson atau Boyce-Jackson. Posisi ini diperlukan untuk memaksimalkan penampakan laring dengan posisi leher fleksi dalam hubungannya dengan dada, serta kepala ekstensi dalam hubungannya dengan servikal. Pemosisian kepala dapat dibantu dengan ganjalan bahu dan fiksator kepala. Mata pasien diberi penutup dan dipasangkan pelindung gigi.[7]
Prosedural
Prosedur panendoskopi dimulai dari bagian dengan permasalahan yang ditemui pada tiap pasien. Namun, secara umum urutan pemeriksaan yang dilakukan dimulai dari sedasi, pemeriksaan laring dengan laringoskop, berikutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan bronkoskopi, dan terakhir dilakukan pemeriksaan esofagoskopi. Endoskopi bronkus dan esofagus dapat dilakukan dengan endoskopi rigid dan fleksibel yang perbedaannya ada pada fungsi. Endoskopi fleksibel terutama digunakan dengan indikasi diagnostik, sedangkan endoskopi rigid digunakan dengan indikasi tindakan atau terapeutik.[8]
Laringoskopi
Setelah pasien menjalani anestesi umum, pemeriksaan laringoskopi dimulai dengan menempatkan pelindung gigi agar tidak menimbulkan cedera pada gigi saat prosedur dilakukan. Kemudian, pertama kali dimasukkan laringoskop Jackson ke rongga mulut, atau sebagai alternatif dapat menggunakan laringoskop Dedo.
Setelah laringoskop berhasil masuk, dilakukan evaluasi dimulai dari inspesksi pada orofaring (fosa tonsilar, dasar lidah, dinding faring), struktur supraglotis endolaring. aritenoid, lipatan ariepiglotik, pita suara palsu, pita suara sejati, ventrikel, sinus piriformis, dan subglotis.[5]
Setelah melakukan inspeksi, selanjutnya dilakukan pemeriksaan palpasi, salah satunya dengan memeriksa elastisitas pita suara sejati dan mobilitas aritenoid menggunakan spatula. Bila pada pemeriksaan inspeksi dan palpasi ditemukan lesi yang mecurigakan, dapat dilanjutkan dengan biopsi atau eksisi lesi kecil.[5,8]
Bronkoskopi
Prosedur bronkoskopi dimulai dengan bronkoskopi fleksibel dimasukkan secara lembut melalui lubang hidung hingga mencapai nasofaring. Selanjutnya, ujung scope diarahkan ke inferior agar dapat terlihat gambaran faring. Kemudian, instrumen dimasukkan perlahan melewati glottis hingga memasuki tracheobronchial tree. Lakukan inspeksi secara visual. Bila akan dilakukan tindakan biopsi, dapat dilakukan dengan bantuan sikat biopsi, lavage bronchoalveolar, atau dengan forsep biopsi.
Berbeda dengan bronkoskopi fleksibel, bronkoskopi rigid dimasukkan melalui sisi kanan lidah. Selanjutnya, dengan tangan kiri, operator mengayun instrumen. Scope terus dimasukkan perlahan hingga ujung epiglotis terlihat, kemudian scope dimasukkan melewati glotis.[8]
Alternatif lain adalah dengan melewatkan bronkoskop melalui pipa endotrakeal atau lubang trakeotomi yang sudah ada.[5]
Esofagoskopi
Esofagoskopi terutama penting pada kasus pasien dengan keluhan disfagia, odinofagia, tertelan bahan kaustik, trauma, tertelan benda asing, kecurigaan kelainan anatomi, dan keganasan pada traktus aeoridestif bagian atas.[8] Prosedur esofagoskopi dapat dibantu dengan dilator Jackson yang mengikuti di lumen. Jika dari penilaian tindakan esofagoskop rigid sulit dilakukan karena ada kelainan anatomi, maka langkah yang dapat dilakukan adalah penggunaan esofagoskop fleksibel atau melakukan pemeriksaan barium esofagram tanpa melakukan tindakan esofagoskopi.[5]
Esofagoskopi rigid dimasukkan melalui sisi kanan lidah, selanjutnya tangan kiri operator mengayun instrumen. Tangan kanan operator bertindak menstabilkan ujung proksimal scope, suctioning, dan insersi instrumen melewati lumen esofagoskop. Setelah sinus piriformis terlihat, scope dilewatkan sepanjang sinus piriformis ke dalam krikofaringeus. Selanjutnya, jempol kiri digunakan untuk memasukkan instrumen menuju esofagus.[8]
Follow up
Pemantauan pada pasien yang menjalani prosedur panendoskopi adalah mengevaluasi efek samping pasca anestesi, seperti mual, muntah, dan tingkat kesadaran. Pada pasien yang menjalani biopsi pada daerah yang terdapat infeksi, biopsi besar yang membutuhkan jahitan, serta biopsi yang dilakukan pada area yang terkontaminasi (contohnya rongga mulut dan orofaring), pertimbangkan pemberian antibiotik.[5,13]
Bila saat prosedur panendoskopi terjadi kesulitan dan terdapat risiko komplikasi perforasi, maka pasien perlu dipuasakan selama 6-8 jam setelah tindakan esofagoskopi tanpa pemberian analgesik yang lebih kuat dari codeine untuk mengobservasi apakah terdapat perforasi dan mediastinitis.[5]