Pedoman Klinis Peak Flow Meter
Pedoman klinis yang perlu diingat tentang peak flow meter adalah pentingnya pasien melakukan inspirasi penuh sebelum melakukan ekspirasi paksa pada mouthpiece alat untuk mendapatkan hasil yang akurat. Pemeriksaan juga perlu diulang dua kali untuk mendapatkan hasil yang lebih reliable. Hasil yang dipakai adalah hasil tertinggi, bukan hasil yang dirata-rata.[2,7]
Secara lebih detail, berikut adalah poin-poin pedoman klinis yang perlu diingat:
- Alat peak flow meter dapat digunakan untuk menilai fungsi paru pasien asma atau pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dengan cara mengukur peak expiratory flow rate (PEFR)
- Pasien diposisikan berdiri atau duduk tegak, lalu indikator alat dipastikan berada di titik nol sebelum pemeriksaan dimulai
- Setelah pasien melakukan inspirasi penuh dan ekspirasi paksa ke mouthpiece alat, hasil pada alat dicatat dan pemeriksaan diulang dua kali
- Hasil yang dipakai adalah hasil tertinggi yang kemudian dibandingkan dengan riwayat “personal best” pasien, yaitu PEFR terbaik yang pernah didapatkan dari pemeriksaan saat tidak ada gejala respirasi
- Hasil dibedakan menjadi zona hijau (80–100% dari “personal best” pasien), zona kuning (50–80% dari “personal best” pasien), atau zona merah (<50% “personal best” pasien)
- Pasien zona hijau tidak memerlukan perubahan terapi, sedangkan pasien zona kuning mungkin memerlukan peningkatan terapi dan pasien zona merah perlu segera mencari pertolongan medis
- Beberapa contoh kontraindikasi pemeriksaan ini adalah gagal napas, keadaan kardiovaskular tidak stabil, aneurisma, riwayat baru saja operasi abdomen atau thoraks, dan hemoptisis tanpa sebab yang diketahui[1-3,7,8]