Indikasi Tes Stres EKG
Indikasi tes stres EKG atau juga disebut exercise ECG testing atau tes treadmill terutama adalah untuk mendiagnosis penyakit jantung koroner pada pasien dengan faktor risiko dan gejala yang mengarah, misalnya pasien dengan angina pektoris stabil. Tes stres EKG mampu mengidentifikasi kemungkinan adanya iskemia miokard akibat sumbatan pada arteri koroner.
Indikasi lengkap tes stres EKG adalah:
- Gejala yang mengarah pada iskemia miokardium, terutama nyeri dada
- Pasien dengan riwayat sindrom koroner akut baru-baru ini yang tidak diobati dengan angiografi koroner
- Pasien yang sudah didiagnosis dengan penyakit jantung koroner dan mengalami perburukan gejala
- Riwayat revaskularisasi sebelumnya (Coronary artery bypass grafting dalam 5 tahun atau percutaneous coronary intervention dalam 2 tahun)
- Kelainan katup jantung
- Mengevaluasi kompetensi kronotropik pada aritmia
- Pasien yang baru didiagnosis gagal jantung atau kardiomiopati[2-4]
Kondisi Khusus pada Pemeriksaan
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus pada tes stres EKG adalah pemeriksaan pada pasien wanita, pasien dengan riwayat diabetes mellitus, dan populasi lanjut usia.
Wanita
Angka kejadian sindrom koroner akut didapati lebih tinggi pada pria, namun angka mortalitas akibat sindrom koroner akut lebih banyak didapati pada wanita. Hal ini karena gejala sindrom koroner akut yang terjadi pada wanita umumnya tidak spesifik.
Tingkat keakuratan diagnosis tes stres EKG juga didapatkan lebih rendah pada wanita dibanding pada pria. Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan pada wanita didapatkan hanya 61% dan 70%, sedangkan pada pria didapatkan 68% dan 77%. Spesifisitas yang didapatkan lebih rendah pada wanita diduga disebabkan adanya efek hormon estrogen terhadap aktivitas listrik jantung.
Dikarenakan tingkat keakuratan yang rendah pada wanita, pedoman klinis menyarankan agar tes stres EKG dilakukan hanya sebagai pemeriksaan awal pada pasien wanita yang memiliki faktor risiko dan bukan menjadi alat diagnostik utama. Ada tidaknya kelainan pada hasil tes stres EKG tetap membutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk mengonfirmasi kondisi pembuluh darah koroner.[6]
Diabetes Mellitus
Pasien dengan riwayat diabetes mellitus (DM) memiliki angka kejadian sindrom koroner akut yang lebih tinggi dibandingkan populasi nondiabetes. Pasien dengan diabetes mellitus juga sering memiliki gejala yang atipikal, sehingga sering disebut silent ischemia. Tingkat keakuratan tes stres EKG tidak berbeda pada pasien dengan atau tanpa riwayat diabetes mellitus.
Pada pasien diabetes yang memiliki toleransi aktivitas rendah, disfungsi ventrikel kiri, nefropati, kelainan vaskular, ataupun adanya gambaran EKG istirahat yang abnormal, pemeriksaan stres EKG sebaiknya ditunda.[6]
Populasi Lanjut Usia
Usia tidak menjadi kontraindikasi pemeriksaan stres EKG. Namun, pada pasien lanjut usia (≥ 65 tahun), adanya penurunan fungsi dan penyakit komorbid menyebabkan pemeriksaan stres EKG menjadi kurang akurat untuk mendiagnosis dan menentukan prognosis.[6]