Teknik Tes Stres EKG
Teknik tes stres EKG, disebut pula exercise ECG testing atau tes treadmill, adalah dengan merekam aktivitas kelistrikan jantung selama pasien menjalani latihan fisik. Latihan fisik akan meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium, sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah koroner. Efek ini digunakan untuk mendeteksi iskemia karena pembuluh darah yang stenosis tidak dapat vasodilatasi sebaik pembuluh darah normal, sehingga terjadi perburukan iskemia pada miokardium.
Persiapan Pasien
Pasien diharapkan sudah mendapat informasi yang jelas berkaitan dengan prosedur pemeriksaan dan tujuan dari dilakukannya pemeriksaan tersebut, termasuk mengenai latihan fisik yang akan dilakukan, jenis dan durasinya, gejala dan tanda yang mungkin terjadi selama pemeriksaan, serta kemungkinan komplikasi.
Pasien diharapkan untuk tidak makan dan minum dalam 3 jam sebelum pemeriksaan (beberapa sumber menyebutkan 2-4 jam). Apabila ada obat yang perlu dikonsumsi sebelumnya, diharapkan hanya dikonsumsi dengan sedikit air putih. Pasien menggunakan pakaian yang nyaman untuk berolahraga dan menggunakan sepatu untuk berolahraga. Apabila pasien sedang dalam pengobatan sebelumnya, maka obat golongan penyekat beta perlu dihentikan dalam 24 jam menjelang pemeriksaan.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik wajib dilakukan sebelum dilakukan tes stres EKG pada pasien. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kontraindikasi pemeriksaan. Hasil pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan yaitu ada tidaknya suara jantung tambahan, serta wheezing dan ronkhi pada paru. Apabila didapatkan salah satu tanda tersebut, tes stres EKG sebaiknya ditunda hingga keadaan pasien stabil.
Sebelum latihan fisik dimulai, lakukan pengukuran tekanan darah dan nadi istirahat, serta pemeriksaan EKG 12 lead pada pasien untuk menjadi baseline. Apabila pada EKG awal ditemukan adanya irama ventrikular abnormal, left bundle branch block (LBBB) komplit, dan depresi segmen ST > 1 mm, maka pemeriksaan tidak boleh dilakukan. [3,4]
Peralatan
Peralatan yang diperlukan pada tes stres EKG adalah :
- Ruang periksa khusus
- Elektroda
- Mesin EKG
- Monitor tanda vital
Treadmill [2]
Prosedural
Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu adanya informed consent pada pasien. Informed consent ini mencakup teknis pemeriksaan yang akan dilakukan,tujuan pemeriksaan, dan risiko komplikasi yang mungkin terjadi. [5]
Pemasangan Elektroda
Elektroda harus dipastikan menempel dan merekat cukup kuat pada kulit pasien. Area kulit pasien yang akan ditempeli elektroda dibersihkan dulu sebelumnya, termasuk mencukur bagian berambut yang bisa mengganggu pemeriksaan.
Elektroda diletakkan pada dada pasien sesuai dengan posisi elektroda pada pemeriksaan EKG umumnya :
- Elektroda V1 pada sela iga 4 linea parasternalis kanan
- Elektroda V2 pada sela iga 4 linea parasternalis kiri
- Elektroda V3 diletakkan antara V2 dan V4
- Elektroda V4 diletakkan pada sela iga 5 linea midklavikularis kiri
- Elektroda V5 diletakkan sejajar dengan V4 namun pada linea aksilaris anterior kiri
- Elektroda V6 juga diletakkan sejajar dengan V4 pada linea aksilaris kiri.
- Elektroda ektremitas (limb lead) I, II, III, dan IV pada kedua tangan dan kaki
Elektroda yang menempel dengan pasien akan disambungkan ke mesin EKG. Perlu dipastikan bahwa elektroda, kabel penyambung, dan mesin EKG sudah terkalibrasi dan dapat digunakan dengan baik. [4]
Penggunaan Alat Treadmill atau Sepeda Statis
Tes stres EKG umumnya dilakukan menggunakan alat treadmill, namun sepeda statis juga dapat digunakan. Alat treadmill yang digunakan sebaiknya memiliki kedua sisi yang tertutup untuk menjamin keamanan pasien. Selain itu, treadmill yang digunakan juga harus memiliki variasi dalam kecepatan dan penanjakan yang bisa digunakan selama pemeriksaan.
Protokol yang paling sering digunakan adalah Bruce Protocol yang mengimplementasikan peningkatan intensitas dan tanjakan pada pemeriksaan setiap kurang lebih 3 menit.
Ketika tes dimulai, alat treadmill diprogram dengan kecepatan yang rendah dan tanjakan minimal. Kecepatan dan tanjakan akan ditambahkan setiap 2-3 menit. Pasien perlu memperhatikan setiap adanya gejala dan melaporkan ke dokter yang mendampingi pemeriksaan. [4,5]
Tes stress EKG akan dilakukan hingga kapasitas maksimal pasien, namun dapat dihentikan secara tiba-tiba apabila dirasakan adanya nyeri dada, pusing berputar, sesak nafas, ataupun jika ada temuan abnormal pada gambaran EKG dan tanda vital pasien. Perekaman EKG akan terus dilakukan selama pemeriksaan hingga fase pendinginan (5-10 menit setelah latihan fisik). [1,3,4]
Pemantauan
Selama pemeriksaan, pemantauan dilakukan secara teliti. Gambaran yang dilihat selama pemeriksaan adalah denyut nadi, laju pernapasan, tekanan darah, gambaran EKG, serta tingkat kelelahan pasien. [1]
Informasi yang didapatkan pada pemeriksaan stres EKG ini adalah total waktu aktivitas dan metabolic equivalents (kebutuhan konsumsi oksigen) yang dicapai, respon denyut jantung, dan perubahan segmen ST selama beraktivitas. [3]
Indikasi Terminasi Tes Stres EKG
Tes stres EKG dihentikan apabila didapatkan tanda dan gejala berikut :
- Elevasi segmen ST >1,0 mm pada leads selain aVR, aVL, dan V1
- Tekanan darah sistolik turun >10 mmHg selama pemeriksaan
- Angina sedang-berat
- Gejala gangguan sistem saraf pusat, seperti ataksia, dizziness, syncope
- Tanda perfusi buruk, seperti sianosis atau pucat
- Gambaran EKG depresi segment ST ≥ 2mm pada ≥ 5 leads dan menetap selama ≥ 5 menit,
Ventricular tachycardia (VT) atau gambaran atrioventricular block derajat 2 dan 3
- Gangguan teknis pada alat pemeriksaan, sehingga pemantauan EKG dan tekanan darah terganggu
- Permintaan pasien untuk dihentikan [2-4]