Indikasi Transplantasi Hati
Indikasi utama transplantasi hati atau transplantasi hepar adalah end-stage liver disease (ESLD) berat yang bersifat ireversibel. Waktu seseorang dapat mendapatkan donor hati dalam suatu daftar antrian ditentukan oleh sistem skoring model for end-stage liver disease (MELD) dan pediatric end-stage liver disease (PELD).[1]
Indikasi untuk transplantasi hati adalah anak-anak dan dewasa dengan ESLD berat irreversible yang sudah tidak dapat diterapi secara medis maupun bedah. Waktu saat operasi dilakukan sangat penting dalam menentukan keberhasilan operasi. Di sisi lain, pemilihan pasien juga penting karena pasien dengan kondisi yang lebih baik akan memiliki tingkat keberhasilan tindakan yang lebih tinggi.[1]
Untuk itu, pemilihan waktu dan pasien menjadi kompleks dan membutuhkan pertimbangan dari suatu tim medis yang terdiri dari hepatolog, dokter bedah, dokter anestesi, serta pasien dan keluarganya sendiri.[1]
Transplantasi hati sebaiknya tidak dilihat sebagai terapi primer untuk kebanyakan dari penyakit hati. Selain untuk beberapa penyakit spesifik, transplantasi lebih diarahkan sebagai terapi komplikasi dibandingkan untuk penyakit utama penderita.[4]
Secara umum, ESLD dengan bermacam komplikasi berikut dapat menjadi indikasi untuk dilakukannya transplantasi hati, yaitu:
- Perdarahan varises berulang
- Asites tidak dapat membaik
- Peritonitis bakterial spontan
- Ensfalopati refrakter
- Ikterus berat
- Eksaserbasi disfungsi sintetik
- Penurunan kondisi pasien secara cepat
- Gagal hati fulminan[4]
Transplantasi hati terindikasi untuk sirosis stadium akhir dari semua penyebab. Penyebab tersering transplantasi hati pada dewasa adalah sirosis alkohol (akibat alcohol use disorder), hepatitis viral kronik (terutama hepatitis C) dan keganasan hepatoseluler, dengan sirosis dan hepatitis viral mencakup 40% dari kasus di negara barat.[1]
Penyebab tersering transplantasi hati pada anak-anak adalah atresia bilier dan penyakit metabolisme herediter.[1]
Indikasi Transplantasi Hati pada Anak
Transplantasi hati pada anak diberikan menjadi dua kondisi yaitu penyakit hati dan penyakit metabolisme herediter.
Tabel 1. Indikasi Transplantasi Hati Pada Populasi Anak
Penyakit | Penyakit Metabolisme Herediter |
|
|
Sumber: Harrison's Principle of Internal Medicine, 2018.[1]
Indikasi Transplantasi Hati pada Dewasa
Pada orang dewasa, penyakit yang menjadi dasar indikasi transplantasi hati adalah penyakit berikut:
- Sirosis bilier primer
- Sirosis bilier sekunder
- Kolangitis sclerosing primer
- Hepatitis autoimun
- Penyakit Caroli: Dilatasi sistik multipel dari biliary tree intrahepatik
- Sirosis kriptogen
- Hepatitis kronis dengan sirosis
- Trombosis vena hepatik
- Hepatitis fulminan
- Sirosis alkoholik
- Hepatitis viral kronis
- Keganasan hepatoseluler primer
- Adenoma hepatik
- Steohepatitis nonalkoholik
- Polineuropati amiloid familial[1]
Sejak 2002, waktu untuk merujuk pasien untuk dilakukan transplantasi di Amerika Serikat tergantung dari tingkat keparahan penyakit. Di negara-negara barat, transplantasi hati banyak dilakukan dengan organ donor-donor yang sudah meninggal dan calon pasien transplantasi dimasukkan ke dalam sebuah daftar antrian.[4]
Kebanyakan pusat transplantasi menilai keparahan pasien dari skor model for end-stage liver disease (MELD) ataupun skor Child-Pugh. Skor MELD lebih sering dipakai daripada skor Child-Pugh untuk menilai kriteria masuk ke dalam daftar antrian transplan karena dinilai lebih objektif. Nilai skor Child-Pugh dan MELD minimal dapat berbeda pada tiap pusat transplantasi dan dapat berkisar pada skor Child-Pugh B/C atau skor MELD >10 hingga >15.[4,5]
Walau demikian, pasien yang tidak mencapai skor Child-Pugh atau MELD minimal namun memiliki salah satu dari komplikasi dari ESLD masih dapat dipikirkan untuk terapi transplantasi. Apabila pasien sirosis mengalami perbaikan fungsi hati, indikasi transplantasi dapat dievaluasi ulang.[4,5]
Pada pasien anak usia <12 tahun, skor Pediatric End-Stage Liver Disease (PELD) dapat digunakan. Skor MELD mencakup nilai bilirubin, INR, dan serum kreatinin pasien sedangkan PELD mencakup nilai bilirubin, INR, albumin, serta usia dan pertumbuhan pasien. Terdapat berbagai kalkulator online yang dapat dengan mudah menghitung nilai MELD dan PELD pasien.[2]
Tabel 2. Skor Child-Pugh dan Interpretasi
Klasifikasi | 1 | 2 | 3 |
Serum bilirubin (umol/L) | <34 | 34-51 | >51 |
Serum albumin (g/L) | >35 | 28-35 | <28 |
Asites | Tidak ada | Dapat dikontrol | Refrakter |
Ensefalopati | Tidak ada | Minimal (kelas I-II) | Parah (kelas III-IV) |
INR | <1.7 | 1.7-2.3 | >2.3 |
Interpretasi | |||
Poin | Kelas | Harapan hidup | Mortalitas perioperatif |
5-6 | A | 15-50 tahun | 10% |
7-9 | B | Kandidat transplantasi | 30% |
10-15 | C | 1-3 bulan | 82% |
Sumber: Harrison's Principle of Internal Medicine, 2018.[1]
Tabel 3. Skor Model For End-Stage Liver Disease (MELD)
Skor MELD= | (3.78 x loge [serum bilirubin]) + (11.20 x loge [INR]) + (9.57 x loge [serum kreatinin]) + 6.43 |
Catatan:
|
Sumber: Harrison's Principle of Internal Medicine, 2015.[1]
Tabel 4. Skor Pediatric End-Stage Liver Disease (PELD)
Skor PELD= | 0.436 [usia] – (0.687 x loge [albumin g/dL]) + (0.480 x loge [bilirubin mg/dL]) + (1.857 x loge [INR]) + (0.667 [gagal tumbuh]) |
Catatan:
|
Sumber: Harrison's Principle of Internal Medicine, 2018.[1]
Direvisi oleh: dr.Hudiyati Agustini