Berdasarkan rekomendasi CDC, vaksin influenza dapat diberikan kepada semua orang yang berusia ≥6 bulan. Namun, populasi tertentu perlu diprioritaskan dalam pemberian vaksin influenza, yaitu populasi yang berisiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi jika terinfeksi virus influenza.[1,2]
Vaksin influenza dilaporkan dapat mengurangi risiko seseorang terinfeksi influenza dan juga mengurangi risiko perburukan penyakit jika infeksi terjadi. Menurut beberapa studi, vaksin influenza dapat mengurangi angka rawat inap dan mortalitas terkait influenza. Namun, ada juga studi yang menyebutkan bahwa efektivitas vaksin influenza bersifat suboptimal pada populasi tertentu. Oleh sebab itu, dokter perlu meneliti kembali efikasi vaksin influenza pada setiap populasi, serta perbandingannya dengan risiko infeksi.[1-3]
Vaksin Influenza pada Populasi Anak-Anak
Hasil studi pada populasi anak-anak menunjukkan bahwa vaksinasi influenza dapat mengurangi risiko rawat inap terkait influenza hingga 41% dan mengurangi risiko kematian akibat influenza hingga 65%. Suatu studi pada tahun 2022 juga menunjukkan bahwa vaksinasi influenza mengurangi risiko influenza parah yang mengancam jiwa pada anak-anak hingga 75%.[4]
Efektivitas vaksin influenza diketahui tertinggi pada anak-anak berusia 6–59 bulan bila dibandingkan dengan kelompok usia anak yang lebih tua. Rekomendasi dari CDC juga menyatakan bahwa anak berusia 6–59 bulan perlu diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin. Anak berusia <5 tahun (terutama <2 tahun) dikatakan berisiko tinggi mengalami komplikasi jika terinfeksi influenza, sehingga vaksin influenza direkomendasikan. Akan tetapi, vaksin influenza tidak diberikan untuk anak usia <6 bulan.[4,9,10]
Anak usia hingga 18 tahun yang menggunakan aspirin dan berisiko mengalami sindrom Reye setelah infeksi influenza juga disarankan untuk mendapatkan vaksin influenza. Anak dengan penyakit tertentu seperti asma dan penyakit imunosupresif juga turut dianjurkan untuk mendapatkan vaksin influenza.[4,9,10]
Vaksin Influenza pada Populasi Dewasa
Studi pada orang dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan influenza menunjukkan bahwa pasien yang divaksinasi memiliki risiko 26% lebih rendah untuk masuk ke unit perawatan intensif (ICU) dan risiko 31% lebih rendah untuk meninggal akibat influenza dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi. Studi oleh Grijalva, et al. pada 2019 juga menyimpulkan bahwa selama musim penyebaran virus, vaksinasi berhasil mengurangi penyakit terkait influenza yang parah di kalangan orang dewasa sebesar 32%.[4-6]
Vaksin influenza terutama dianjurkan untuk kelompok berisiko, yaitu kelompok dengan:
- Penyakit paru kronis seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
- Penyakit jantung seperti penyakit jantung kongenital, gagal jantung, dan penyakit jantung koroner
- Penyakit ginjal, hati, maupun saraf (seperti stroke)
- Penyakit endokrin seperti diabetes mellitus maupun penyakit metabolik bawaan
- Kondisi imunosupresi karena infeksi HIV maupun obat-obatan imunosupresif
- Kelainan hematologi (seperti penyakit sickle cell)
Obesitas parah (indeks massa tubuh >40 kg/m²)[9,10]
Tenaga kesehatan juga dianjurkan untuk menerima vaksin influenza. Selain itu, perawat atau pengasuh anak-anak berusia <5 tahun serta pengasuh lansia juga direkomendasi untuk mendapatkan vaksin influenza.[9,10]
Orang berusia ≥50 tahun yang belum tergolong lansia juga dianjurkan untuk mendapat vaksin influenza, karena kelompok usia ini umumnya telah mempunyai berbagai kondisi komorbid yang dapat meningkatkan risiko komplikasi terkait influenza.[9,10]
Vaksin Influenza pada Populasi Lansia
Pada lansia, lebih banyaknya komorbiditas dan adanya fenomena immunosenescence berupa pelemahan sistem imun seiring penuaan menyebabkan risiko fatalitas akibat influenza meningkat.[7,8]
Beberapa studi observasional melaporkan keraguan tentang efikasi vaksin influenza yang dinilai rendah pada populasi lansia karena adanya fenomena immunosenescence tersebut. Namun, studi-studi observasional tersebut memiliki keterbatasan metodologi untuk menilai efikasi sesungguhnya. Mayoritas bukti menunjukkan bahwa vaksinasi influenza memberikan proteksi yang relevan untuk lansia, meskipun seberapa besar manfaatnya masih sangat bervariasi.[7,8]
Berbagai asosiasi medis termasuk CDC merekomendasi pemberian vaksin influenza bagi lansia karena influenza musiman memengaruhi lansia (orang berusia ≥65 tahun) secara sangat signifikan. Sekitar 50–70% hospitalisasi dan 70–85% kematian akibat influenza diperkirakan terjadi pada populasi lansia.[7,8]
Vaksinasi influenza dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi influenza maupun risiko terjadinya penyakit yang lebih parah jika terinfeksi, sehingga dianjurkan untuk lansia. Untuk meningkatkan respons imun lansia yang mungkin tidak cukup terhadap vaksin, CDC saat ini merekomendasikan lansia untuk mendapatkan vaksin influenza dosis tinggi atau vaksin influenza musiman adjuvanted. Vaksin dosis tinggi ini dinilai lebih bermanfaat untuk lansia daripada vaksin standar.[7,8]
Vaksin Influenza pada Ibu Hamil
Vaksinasi influenza selama kehamilan membantu melindungi ibu hamil dari influenza selama dan setelah kehamilan serta melindungi bayi mereka dari influenza dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Menurut suatu studi, vaksinasi influenza selama musim influenza 2010–2011 dan 2011–2012 mengurangi risiko infeksi saluran napas akut yang terkait dengan influenza pada ibu hamil sekitar setengahnya.[4,8]
Studi lain menunjukkan bahwa vaksinasi sebelum usia kehamilan 29 minggu memiliki efektivitas rerata 30%, sementara vaksinasi setelah 29 minggu memiliki efektivitas rerata 71%. Efektivitasnya serupa pada bayi dari ibu yang divaksinasi sebelum atau setelah 29 minggu kehamilan. Tidak ada hubungan antara vaksinasi maternal dan terjadinya berat badan lahir rendah, kematian janin, maupun kelahiran prematur.[4,8]
Rekomendasi CDC menyatakan bahwa vaksin influenza perlu diberikan kepada wanita yang sedang atau akan hamil di musim flu, serta pada wanita hingga 2 minggu setelah persalinan. Wanita dalam kategori ini dinyatakan lebih berisiko mengalami komplikasi terkait influenza, sehingga vaksinasi dianjurkan.[9,10]
Pemilihan Jenis Vaksin Influenza yang Tepat
Vaksin influenza tersedia sebagai tipe inactivated dan tipe live attenuated (vaksin hidup yang dilemahkan). Di Indonesia, vaksin influenza yang tersedia adalah yang bertipe inactivated. Vaksin inactivated standar yang berbentuk injeksi ini dilaporkan aman untuk mayoritas populasi, termasuk untuk anak berusia ≥6 bulan, ibu hamil, dan orang yang mengalami imunosupresi.[9,10]
Sebaliknya, vaksin tipe live attenuated dalam bentuk nasal spray tidak dianjurkan untuk anak berusia <2 tahun, anak 2–4 tahun yang asma, anak 2–17 tahun yang memakai aspirin, orang berusia >50 tahun, ibu hamil, dan orang dengan kondisi imunosupresi. Vaksin live attenuated juga tidak dianjurkan untuk orang yang merawat lansia.[9,10]
Kesimpulan
Sesuai bukti klinis dan rekomendasi berbagai asosiasi medis, vaksin influenza bertipe inactivated standar dapat diberikan pada mayoritas populasi setelah usia 6 bulan. Akan tetapi, vaksin influenza terutama perlu diprioritaskan untuk populasi yang berisiko tinggi mengalami komplikasi jika terinfeksi virus influenza.
Contoh populasi yang berisiko tinggi adalah anak usia <5 tahun (terutama <2 tahun), anak dengan penyakit paru seperti asma, orang dewasa dengan penyakit paru kronis, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit hati, serta berbagai komorbid lainnya. Orang berusia >50 tahun terutama berisiko memiliki banyak komorbiditas, sehingga dianjurkan untuk divaksin. Anak maupun orang dewasa yang mengalami imunosupresi akibat HIV maupun obat imunosupresif juga dianjurkan untuk divaksin.
Selain itu, orang yang merawat pasien-pasien berisiko tersebut juga perlu divaksin. Ibu hamil dan orang lansia (>65 tahun) juga dianjurkan untuk mendapatkan vaksin. Vaksin influenza pada populasi-populasi berisiko ini diharapkan dapat mengurangi risiko infeksi virus influenza dan risiko penyakit yang berat jika infeksi terjadi.