Insulin glargine merupakan generasi pertama analog insulin basal kerja panjang (long acting). Studi menunjukkan bahwa insulin glargine menghasilkan episode hipoglikemia nokturnal yang lebih rendah daripada NPH, tetapi efeknya serupa dalam hal kontrol glikemik dan efek samping penambahan berat badan.[3]

Akan tetapi dampak variabilitas residual insulin glargine masih menjadi masalah akibat durasi kerja insulin glargine yang sangat bervariasi, yaitu 18‒26 jam, .[4]

Insulin Degludec

Sementara itu, insulin degludec merupakan insulin basal kerja sangat panjang (ultra long acting basal insulin), dengan durasi kerja mencapai 42 jam dan waktu paruh sekitar 25 jam. Soluble polyhexamer di tempat injeksi akan terpisah secara gradual hingga dapat diabsorpsi ke sirkulasi, sehingga profil farmakokinetik menjadi stabil untuk durasi lebih panjang.[5,6]

Penggunaan insulin degludec menawarkan sejumlah keunggulan. Pertama, profil farmakologi yang lebih stabil akan menyebabkan variabilitas yang lebih rendah, sehingga risiko hipoglikemia dan efek samping serius terkait hipoglikemia akan semakin rendah pula. Kedua, durasi ekstra panjang akan mengurangi jumlah dosis maupun frekuensi injeksi insulin basal, yang diharapkan akan meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien dan optimalisasi kontrol glikemik.[7,8]

Penelitian Terkait Penggunaan Insulin Glargine VS Insulin Degludec

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membandingkan manfaat dan risiko efek samping dari penggunaan insulin glargine dan insulin degludec.

Risiko Hipoglikemik Lebih Rendah pada Penggunaan Insulin Degludec

Sebuah meta analisis yang dipublikasikan pada tahun 2014 mencoba membandingkan insulin glargine dengan insulin degludec. Studi ini menunjukkan bahwa insulin degludec menghasilkan kontrol HbA1c yang sebanding dengan glargine, ditambah dengan kejadian hipoglikemia yang lebih rendah. Pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang belum pernah mendapat insulin sebelumnya, studi ini melaporkan bahwa insulin degludec juga berkaitan dengan penurunan bermakna kadar gula darah puasa dan kebutuhan dosis total dari insulin.[9]

Hasil sedikit berbeda dikemukakan oleh uji klinis open label CONCLUDE yang melibatkan 1609 partisipan. Uji klinis head to head ini tidak menemukan perbedaan bermakna dalam hal kejadian hipoglikemia simptomatik. Walaupun begitu, hasil studi ini menemukan keunggulan degludec pada luaran sekunder, yaitu kejadian hipoglikemia nokturnal dan hipoglikemia derajat berat.[10]

Risiko Komplikasi Kardiovaskuler Sebanding antara Penggunaan Insulin Degludec dan Insulin Glargine

Studi oleh Marso et al berusaha membandingkan keamanan kardiovaskular dari insulin glargine dengan insulin degludec. Studi ini melakukan randomisasi pada 7.637 pasien untuk mendapat insulin degludec atau glargine U100 sekali sehari setelah makan malam sebelum tidur.

Selama masa studi, kejadian kardiovaskular mayor ditemukan pada 8,5% pasien kelompok degludec dan 9,3% pasien kelompok glargine (hazard ratio 0,91, p<0,001 untuk inferioritas). Kadar HbA1c tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok setelah 24 bulan terapi, tetapi kadar gula darah puasa lebih rendah signifikan pada kelompok degludec. Peneliti menyimpulkan bahwa insulin degludec tidak inferior terhadap glargine dalam hal risiko kardiovaskular.[11]

Penurunan Kadar Gula Darah Puasa Lebih Baik pada Penggunaan Insulin Degludec

Di tahun 2019, Zhou W et al mempublikasikan sebuah meta analisis yang membandingkan insulin glargine dengan insulin degludec pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Dari hasil pencarian, ada 15 studi yang diikutsertakan dalam analisis, mencakup 9.619 pasien pada kelompok insulin degludec dan 7.075 pasien pada kelompok insulin glargine.

Hasil analisis gabungan menemukan bahwa pemberian insulin degludec lebih baik daripada insulin glargine dalam hal penurunan rerata kadar gula darah puasa (WMD -5,20 mg/dl); dan juga risiko hipoglikemia. Pemberian insulin degludec juga dilaporkan menghasilkan penurunan bermakna episode hipoglikemia berat ataupun hipoglikemia nokturnal. Tidak ada perbedaan bermakna dalam hal reduksi HbA1c, berat badan, dan efek samping serius.

Adapun keterbatasan dari studi ini terletak pada potensi bias uji klinis yang diikutsertakan dalam analisis, seperti desain open-label, pembiayaan dari pabrik obat terkait, dan adanya perbedaan pada preparat insulin yang dibandingkan antar uji klinis. Selain itu, kriteria hipoglikemia dan efek samping serius yang digunakan antar studi juga tidak konsisten.[12]

Time in Range Lebih Lama pada Penggunaan Insulin Degludec

Hasil uji klinis acak, silang, multisenter dilaporkan pada tahun 2021, di mana uji ini bertujuan untuk membandingkan time in range (TIR) penggunaan insulin degludec U100 versus insulin glargine U100 pada penderita diabetes tipe 2.

Ada dua periode pengobatan, masing-masing dengan titrasi 16 minggu dan fase pemeliharaan 2 minggu. Titrasi dilakukan sekali seminggu berdasarkan hasil tes glukosa darah yang diukur sendiri sebelum sarapan. Hasil uji menunjukkan bahwa Degludec memberikan TIR dan waktu yang lebih lama dalam rentang glikemik yang ketat, dan mengurangi TBR nokturnal pada orang yang diobati insulin dengan diabetes tipe 2.[13]

Kesimpulan

Secara umum, bukti ilmiah yang ada menunjukkan bahwa insulin degludec dan insulin glargine menghasilkan kontrol glikemik yang sebanding. Risiko hipoglikemia nampaknya lebih rendah pada penggunaan insulin degludec, terutama dalam hal hipoglikemia berat dan hipoglikemia nokturnal. Dengan adanya efek farmakologi berupa kerja yang lebih panjang pada insulin degludec, obat ini berpotensi meningkatkan kepatuhan pasien terhadap manajemen diabetes mellitus tipe 2.