Dampak Denervasi Ginjal terhadap Fungsi Ginjal pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Eduward Thendiono, SpPD,FINASIM

Effects Of Renal Denervation On Kidney Function In Patients With Chronic Kidney Disease: A Systematic Review And Meta-Analysis

Mohammad AA, Nawar K, Binks O, Abdulla MH. Journal of Human Hypertension. 2024 Jan;38(1):29-44. doi: 10.1038/s41371-023-00857-3.

studilayak

Abstrak

Latar belakang: Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi luaran klinis denervasi ginjal (RDN) pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal kronis (CKD).

Metode: Data dikumpulkan dari berbagai studi prospektif yang dipublikasi sejak 1 januari 2010 hingga 15 november 2022, yang teridentifikasi secara sistematis untuk luaran RDN terhadap tekanan darah yang diukur di ruang praktik dokter dan ambulatori, estimasi laju filtrasi glomerulus (eGFR), kadar kreatinin, dan karakteristik prosedural, yang bersumber dari tiga basis data daring (Medline, PubMed, EMBASE).

Model random effect digunakan untuk menggabungkan risk ratio dan mean difference. Luaran klinis digabungkan dan dianalisis pada bulan ke-6, 12, dan 24. Signifikansi statistik diatur pada p≤ 0,05.

Hasil: Sejumlah 11 studi prospektif yang mencakup 226 pasien hipertensi resisten yang mendapatkan RDN memenuhi kriteria inklusi. Umur berkisar dari 42,5 ± 13,8 hingga 66 ± 9. Temuan utama dari tinjauan ini meliputi penurunan signifikan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang diukur di ruang praktik dokter pada pengamatan di bulan ke-6  dan bulan ke-12 jika dibandingkan dengan baseline.

Hal serupa tampak pula pada penurunan signifikan tekanan darah ambulatori sistolik dan diastolik di pengamatan bulan ke-6 dan bulan ke-12 jika dibandingkan dengan baseline. Penurunan tekanan darah ambulatori sistolik dan diastolik terus bertahan hingga bulan ke-24. Analisis fungsi ginjal melalui eGFR tidak menunjukkan adanya perubahan signifikan di bulan ke-6, 12, dan 24, mengindikasikan adanya interupsi pada progresi alami dari CKD.

Hasil serupa tampak pula pada analisis serum kreatinin di bulan ke-6, 12, dan 24. Analisis komplikasi prosedural terkait RDN pada kelompok pasien CKD tampaknya aman dengan complication rate secara keseluruhan hanya 4,86%.

Kesimpulan: Dengan kemajuan RDN dan penggunaannya pada berbagai penyakit ginjal kronis selain dari hipertensi, temuan kritis studi ini semakin melengkapi literatur tentang potensi intervensi RDN sebagai terapi efektif untuk hipertensi resisten dengan CKD.

DenervasiGinjal

Ulasan Alomedika

Penelitian ini berfokus pada evaluasi keamanan dan efikasi denervasi ginjal (RDN) sebagai strategi pengobatan potensial untuk hipertensi resistan (HTN) pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD). CKD dan HTN saling terkait erat, menciptakan siklus di mana hipertensi yang tidak terkontrol memperburuk kerusakan ginjal, yang menyebabkan masalah tekanan darah lebih lanjut.

Pedoman penanganan saat ini sering gagal mengelola HTN secara efektif, dan RDN menawarkan pendekatan baru dengan menargetkan sistem saraf simpatik dan sistem renin-angiotensin-aldosteron, yang keduanya memainkan peran penting dalam perkembangan CKD. Studi ini meninjau literatur yang ada untuk menentukan apakah RDN efektif menurunkan tekanan darah dan meningkatkan fungsi ginjal pada pasien CKD.

Ulasan Metode Penelitian

Studi ini menerapkan pedoman dari the preferred reporting items for systematic reviews and metaanalysis (PRISMA) dan pedoman dari revised assessment of multiple systematic review. Data yang diambil berasal dari basis data MEDLINE, PubMed, dan Embase yang dipublikasi sejak 1 januari 2010 hingga 15 november 2022.

Kriteria inklusi mencakup artikel penelitian orisinal, berbahasa Inggris, studi prospektif level I atau II yang memeriksa dampak RDN pada pasien dengan eGFR di bawah 60 ml/menit/1,73m2 > 3 bulan atau pasien dengan tanda kerusakan ginjal seperti albuminuria, serta terdiagnosis hipertensi. Studi dengan pasien hipertensi sekunder selain dari CKD, anomali renovaskuler, gagal jantung kongestif, fraksi ejeksi ventrikel kiri <35% atau studi yang dipublikasi bukan berbahasa Inggris dieksklusi.

Kualitas dan bias dari studi dievaluasi dengan menggunakan the methodological index for Non-Randomized Studies (MINORS) untuk studi prospektif non-randomisasi. Pengukuran hasil kuantitatif statistik menggunakan program RevMan versi 5,3. Studi ini menggunakan model random effect  dan inverse variance.

Heterogenitas data dievaluasi dengan nilai I2.  Studi dengan heterogenitas signifikan (I2 >50%) akan ditindaklanjuti dengan analisis sensitivitas. Perbandingan variabel dikotomi dianalisis sebagai relative risk ratio beserta 95% interval kepercayaan (CI), sedangkan variabel kontinu dianalisis sebagai mean difference (MD) dengan 95% CI .

Ulasan Hasil Penelitian

Tinjauan ini menganalisis data gabungan dari 11 studi yang mencakup 226 pasien hipertensi dengan CKD yang menjalani prosedur RDN. Hasil meta analisis menunjukkan penurunan signifikan tekanan darah ambulatori sistolik maupun diastolik pada bulan ke-6 hingga bulan ke-24; penurunan signifikan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang diperiksa di ruang praktik dokter pada bulan ke-6 dan bulan ke-12; yang disertai oleh stabilisasi serum kreatinin dan eGFR pada bulan ke-6 hingga bulan ke-24 pasca RDN.

Hasil studi ini mengindikasikan pula bahwa kemungkinan reinervasi mulai terjadi setelah >12 bulan. Selain itu, studi ini menunjukkan manfaat teknik RDN yang dapat menginterupsi progresi perburukan CKD yang sukar dicapai oleh pemberian farmakologi standar (nefroprotektif).

Adapun kekhawatiran komplikasi procedural, khususnya terkait pemberian kontras saat memvisualisasi vaskuler ginjal pada pasien CKD, tampaknya berlebihan. Para penulis studi ini melaporkan tidak ditemukan adanya penurunan fungsi ginjal yang signifikan hingga 9 bulan pasca RDN. Selain itu, komplikasi procedural, seperti perdarahan femoral, pseudoaneurisma femoral, dan hematoma, yang ditemukan hanya sebesar 4,86% dari seluruh pasien.

Kelebihan Studi

Kelebihan studi ini ialah penerapan metode penelitian menurut pedoman PRISMA pada data studi prospektif yang paling terkini. Selain itu, penerapan analisis heterogenitas dan analisis sensitivitas turut membantu mengurangi potensi bias dari hasil analisis. Studi ini tidak hanya menjawab tentang luaran klinis RDN terhadap hipertensi tetapi juga turut mengevaluasi efek RDN pada fungsi ginjal pasien pasca tindakan.

Limitasi Studi

Data studi ini didominasi oleh studi prospektif non-randomisasi. Jumlah sampel partisipan juga relatif sedikit, yakni hanya 226 pasien dari 11 studi, sehingga berpotensi untuk menghasilkan over-exaggeration dampak RDN terhadap tekanan darah dan fungsi ginjal.

Selain itu, dengan ditemukan banyak heterogenitas antar studi, hasil analisis gabungan rentan terhadap bias publikasi. Durasi pengamatan yang hanya mencapai jangka waktu terlama 24 bulan juga belum cukup untuk menjelaskan dampak RDN secara jangka panjang.

Secara keseluruhan, studi ini memberikan wawasan berharga tetapi tidak menawarkan tingkat bukti yang tinggi karena keterbatasannya. Penyertaan studi dengan jumlah pasien yang kecil bersama dengan heterogenitas desain studi dan populasi pasien, mengurangi kekuatan bukti secara keseluruhan. Meski studi ini memberikan data penting, terutama dalam topik spesifik seperti denervasi ginjal pada penyakit ginjal kronis, uji klinis acak terkontrol yang lebih berkualitas masih diperlukan untuk tingkat bukti yang lebih kuat.

Aplikasi Hasil Penelitian Di Indonesia

Studi ini menunjukkan potensi aplikasi dari denervasi ginjal dalam penanganan penyakit ginjal kronis. Meski demikian, kekuatan bukti yang kurang meyakinkan masih membatasi aplikasinya. Uji klinis acak terkontrol yang lebih berkualitas masih diperlukan untuk memastikan efikasi dan keamanan dari prosedur denervasi ginjal dalam penanganan penyakit ginjal kronis.

Referensi