Dokter Lebih Berisiko Bunuh Diri, Ketahui Pencegahannya!

Oleh :
Rainey Ahmad Fajri Putranta

Kejadian bunuh diri pada dokter (physician suicide) makin sering terjadi. Telah diketahui dari berbagai studi bahwa tingkat bunuh diri di kalangan dokter lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Hal ini berkaitan dengan adanya stigma dan risiko terhadap karir seorang dokter yang mencari pertolongan untuk mengobati depresi, adanya akses dan pemahaman mengenai metode letal untuk menyebabkan kematian, stres pekerjaan, dan jam kerja yang berat.[1,2]

Bunuh diri merupakan tindakan yang berawal dari depresi. Depresi berat nantinya menimbulkan suicidal thoughts yang dapat berkembang menjadi suicidal attempt. Depresi dialami oleh hampir sepertiga mahasiswa kedokteran di seluruh dunia, tetapi penanganan yang dilakukan masih sedikit.[3]

Young Chinese doctor woman over isolated background shouting and suffocate because painful strangle. Health problem. Asphyxiate and suicide concept.

Sebuah tinjauan sistematik pada mahasiswa kedokteran di Asia menunjukkan bahwa terdapat banyak isu kesehatan mental pada mahasiswa kedokteran, seperti gangguan cemas dan depresi. Studi lain juga menunjukkan adanya kecenderungan bunuh diri lebih tinggi pada dokter perempuan dibandingkan laki-laki.[4,5]

Dokter yang Memiliki Risiko Tinggi

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko bunuh diri pada dokter adalah:

  • Usia yang lebih tua
  • Status pernikahan cerai, berpisah, lajang, atau terdapat masalah pernikahan
  • Memiliki depresi, alkoholisme, penyalahgunaan obat, gila kerja, atau menyukai risiko yang berlebihan (misalnya suka berjudi atau olahraga ekstrem)
  • Memiliki riwayat atau tanda gangguan psikologis, terutama gangguan cemas dan depresi
  • Memiliki penyakit fisik, seperti nyeri kronis atau penyakit kronis.
  • Mengalami perubahan status, stabilitas finansial, atau tuntutan dalam pekerjaan
  • Memiliki akses ke obat dan senjata api[2,6-8]

Pemilihan Cara Bunuh Diri

Sebuah studi di Amerika melaporkan bahwa cara yang paling banyak digunakan untuk bunuh diri pada dokter adalah senjata api (48%), diikuti dengan minum racun (23,5%), trauma tumpul (14,5%), dan asfiksia termasuk gantung diri (14%).[9]

Dokter lebih cenderung tidak menunjukkan atau menyatakan peringatan sebelum melakukan bunuh diri dibandingkan populasi umum. Hampir 1/3 dokter yang bunuh diri, sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Hanya 33% meninggalkan catatan bunuh diri (dibandingkan 38,9% pada populasi umum). Selain itu, kebanyakan bunuh diri pada dokter dilakukan di rumah mereka sendiri.[10]

Pencegahan Bunuh Diri pada Dokter

Di Indonesia sendiri, pada tahun 2018, terdapat kejadian bunuh diri dengan melompat dari sebuah mal di Surabaya yang dilakukan seorang dokter. Beberapa tahun sebelumnya, seorang dokter wanita yang sedang hamil di Depok melakukan percobaan bunuh diri dengan menusuk perutnya menggunakan pisau. Tidak hanya di Indonesia, kejadian bunuh diri pada dokter dan mahasiswa kedokteran juga pernah dilaporkan di Amerika, Cina, Australia, dan negara lain.[11-15]

Kejadian bunuh diri yang dilakukan dokter, lebih banyak yang berakhir dengan kematian dibandingkan kejadian bunuh diri yang dilakukan nondokter. Untuk mengurangi kejadian bunuh diri pada dokter, tindakan pencegahan perlu dilakukan melalui dua ranah, yaitu rumah sakit atau institusi dan oleh dokter sendiri.[1,2,6,7]

Upaya Pencegahan di Ranah Rumah Sakit dan Institusi

Beberapa hal yang dapat dilakukan rumah sakit dan institusi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) adalah:

  • Melakukan skrining tahunan pada rumah sakit dan pusat kesehatan
  • Membuat program agar dokter dan mahasiswa kedokteran dapat mengenali depresi pada dirinya sendiri, koleganya, serta pasiennya
  • Bekerja sama dengan asuransi untuk mengembangkan layanan konsultasi, rujukan, dan pengobatan bagi dokter dan mahasiswa kedokteran yang memiliki masalah psikologis
  • Keputusan mengenai kelanjutan surat tanda registrasi (STR) seorang dokter sebaiknya dilakukan berdasarkan kinerja profesional, bukan berdasarkan ada tidaknya masalah psikologis. Hal ini untuk mendorong dokter dengan depresi untuk terbuka dan berobat tanpa takut kehilangan pekerjaan
  • Melakukan promosi kesehatan mental, melalui seminar atau lokakarya, untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan psikologis tenaga kesehatan
  • Melakukan pendidikan kedokteran berkelanjutan mengenai physician suicide, depresi, dan faktor risiko terkait[6,7,16-18]

Upaya Pencegahan oleh Dokter

Dokter juga dapat melakukan berbagai langkah pencegahaan terkait depresi, di antaranya:

  • Menjaga rahasia dokter yang datang untuk diskusi mengenai stress yang dialami
  • Mengenali depresi dan tanda-tanda bunuh diri pada diri sendiri dan mengedukasi mahasiswa kedokteran dan residen untuk melakukan hal tersebut
  • Mencegah physician burnout, terutama di masa di mana beban kerja dan tekanan dokter semakin meningkat
  • Skrining rutin pada pasien di pelayanan kesehatan. Melakukan identifikasi rutin pada pasien dapat meningkatkan kewaspadaan pada kondisi diri sendiri
  • Mengetahui pilihan terapi, dan hotlineyang dapat dihubungi apabila merasa memiliki gejala depresi dan pikiran untuk bunuh diri.[6,7,16-18]

Kesimpulan

Kejadian bunuh diri pada dokter sudah sering dilaporkan. Secara umum, dokter memiliki risiko bunuh diri lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko bunuh diri pada dokter adalah usia, status pernikahan, riwayat atau tanda masalah psikologis, memiliki masalah kesehatan kronis, dan memiliki akses ke obat dan senjata api.

Pencegahan bunuh diri pada dokter dapat dilakukan oleh dokter maupun oleh rumah sakit atau instansi. Rumah sakit atau instansi berperan menciptakan lingkungan yang kondusif agar dokter yang dinaunginya mampu mengidentifikasi gejala masalah psikologis, serta mau mencari pertolongan. Dokter secara pribadi dapat membantu mencegah physician suicide dengan menjaga kerahasian sejawat yang datang menceritakan masalah yang dialami, mengenali tanda-tanda depresi pada dirinya dan koleganya, melakukan skrining rutin, dan mengetahui pilihan terapi atau pusat bantuan yang dihubungi jika merasa tertekan.

Dokter secara individu dapat mempengaruhi kultur dunia kedokteran agar menjadi lebih menerima isu-isu psikologis, menghilangkan sifat menghakimi terhadap kolega dengan masalah psikologis, dan mengubah agar sejawat dengan masalah mental tidak ragu mencari pertolongan.

Informasi Berguna

Jika Anda atau Kolega mengalami masalah terkait, dapat menghubungi psikolog atau psikiater di aplikasi ALODOKTER. Dalam aplikasi ALODOKTER dapatkan bantuan segera dan anonim melalui "Chat Bersama Dokter".

 

Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha

Referensi