Selamat sore TS,Ijin bertanya, seringkali mendapat pasien dlm kondisi yg sepatutnya segera ke UGD, namun ketakutan ke RS karena covid19, dan ada juga yang...
Bagaimana dalam menyikapi pasien yang takut memeriksakan diri ke RS karena COVID-19 dan pasien yang terkendala biaya - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Bagaimana dalam menyikapi pasien yang takut memeriksakan diri ke RS karena COVID-19 dan pasien yang terkendala biaya
Selamat sore TS,
Ijin bertanya, seringkali mendapat pasien dlm kondisi yg sepatutnya segera ke UGD, namun ketakutan ke RS karena covid19, dan ada juga yang terkendala biaya dan terus mengulang ulang cerita saja.
Bagaimana langkah TS menghadapi pasien yang takut covid meski sdh dijelaskan dan bersikeras sampai akhir tidak mau ke UGD ?
Dan bagaimana langkah TS menghadapi pasien yang terkendala biaya juga bagaimana menyudahi percakapan ? Dirujuk ke spesialis tdk mungkin karena kendala biaya.
Seringkali berakhir spam dan direview user kurang memberikan solusi.
Review nya sendiri bisa kita kesampingkan namun bagaimana tips2 TS menghadapi pasien seperti ini?
Mohon sharing nya thx
Alo dok!
izin ikut berdiskusi, menurut WHO, telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan yang dilakukan secara tidak langsung karena keterbatasan jarak oleh tenaga kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk bertukar informasi tentang diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit, serta penelitian dan evaluasi untuk kelanjutan pembelajaran kesehatan.
Konsultasi online dapat menjadi jembatan untuk user mengetahui kapan sebaiknya untuk ke rs atau masih bisa diterapi dirumah. Selama sudah diberikan alasannya mengapa tidak bisa dirumah karena minimnya mungkin pemeriksaan fisik, penunjang dan adanya tanda bahaya. Diharapkan user dapat mengerti hal tersebut. Dan untuk masalah biaya dapat di tanyakan apakah ada bpjs, karena dengan mungkin user mempunyai bpjs, jika memang diharuskan untuk ke igd seharusnya dapat ditanggung.
Berikut tautan tentang telemedicine dalam negara maju dan berkembang untuk positif dan negatifnya, mungkin ada sejawat yang ingin menambahkan:
http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/download/2000/1145
Sering juga kalo kita perhatikan sejawat yang menyudahi edukasi dan meninggalkan pasien tsb, namun pasiennya masih dengan wajah kebingungan tidak mengerti/atau cuman setengah mengerti.
Untuk menyudahi percakapan maka pertanyaan terakhir yang harus anda tanyakan adalah: apakah ada yg mau ditanyakan lagi? Nanya apa aja boleh ( sambil perhatikan visual cue apakah wajah si pasien masi tampak kebingungan atau tidak). Pertanyaan ini bisa anda ulangi sampai pasien berkata tidak ada lagi yg mau ditanyakan. Sebaiknya tidak menyudahi percakapan padahal ada ribuan pertanyaan dikepala pasien namun segan untuk mengajukan karena terkesan dokter terlalu sibuk dan pasiennya banyak.
Terkait ketakutan terhadap covid tentu adalah hal wajar, dan tentu pasien punya hak atas nyawanya sendiri. Jadi jika pasien memutuskan untuk tidak ke rs tentu hal tsb adalah hak pasien juga dan bukanlah tanggung jawab anda (tentu dgn catatan pasien paham dan mengerti ttg keadaannya)
Terkait biaya, jika tidak mampu anda bisa sarankan ke dinas sosial atau pihak terkait untuk pendaftaran kartu kis, jika biaya yg dimaksud adalah biaya orang yg menunggu pasien, jika anda berkenan tentu bisa membantu semampunya, namun tentu akan konyol ceritanya jika anda berpikir akan menolong semua pasien kesusahan yang bertemu dengan anda.