Farmakologi Hidromorfon
Secara farmakologi, hidromorfon merupakan agonis opioid dengan potensi analgesik yang lebih besar daripada morfin. Obat ini mengikat reseptor mu-opioid di sistem saraf pusat (SSP) dan otot polos, menghambat jalur nyeri asendens, mengubah persepsi dan respons terhadap nyeri, serta menghasilkan depresi SSP general.[7]
Farmakodinamik
Hidromorfon adalah agonis opioid murni dengan aktivitas terapeutik utama analgesik. Selain mengurangi nyeri, analgesik opioid juga menekan refleks batuk, menyebabkan depresi pernapasan, mengubah suasana hati dan status mental.[4]
Efek Analgesik
Hidromorfon mengikat reseptor mu-opioid secara selektif melalui protein G. Ikatan ini menstimulasi pertukaran guanosine trifosfat (GTP) dan guanosine difosfat (GDP) pada kompleks G-protein, serta menghambat aktivitas adenylate cyclase di membran plasma. Hal ini akan menyebabkan pengurangan cyclic 3’,5’-adenosine monophosphate (cAMP) intraseluler, mengaktivasi channel kalium, menyebabkan hiperpolarisasi, dan menurunkan eksitabilitas saraf.[2]
Selain itu, hidromorfon juga dapat menghambat aktivitas channel kalsium, yang akan menurunkan influks kalsium dan mengurangi neurotransmitter tertentu seperti gamma aminobutyric acid (GABA), vasopressin, somatostatin, dan glukagon.[2]
Efek Lain pada Sistem Saraf Pusat
Hidromorfon diketahui menekan refleks batuk dengan efek langsung pada pusat batuk di medulla. Hidromorfon juga menekan refleks pernapasan dengan efek langsung pada pusat pernapasan batang otak. Selain itu, hidromorfon bisa menyebabkan miosis. Pupil pinpoint dapat menjadi tanda overdosis opioid meskipun tidak patognomonis.[4]
Efek pada Sistem Gastrointestinal
Sekresi lambung, empedu, dan pankreas dilaporkan dapat berkurang akibat opioid seperti hidromorfon. Hidromorfon menyebabkan penurunan motilitas yang berhubungan dengan peningkatan tonus pada antrum gaster dan duodenum.[4]
Pencernaan makanan di usus halus dapat tertunda dan gelombang peristaltis kolon dapat berkurang hingga mencapai spasme. Oleh karena itu, pasien dapat mengalami konstipasi. Hidromorfon dapat menyebabkan peningkatan yang nyata pada tekanan saluran empedu sebagai akibat dari spasme sfingter Oddi.[4]
Efek pada Sistem Kardiovaskular, Kulit, dan Mata
Hidromorfon dapat menyebabkan hipotensi karena vasodilatasi perifer, pelepasan histamin, atau keduanya. Manifestasi lain dari pelepasan histamin dan/atau vasodilatasi perifer dapat berupa pruritus, flushing, dan mata merah.[4]
Farmakokinetik
Secara farmakokinetik, hidromorfon dapat diserap dengan cepat dari saluran cerna meskipun penyerapannya tidak sempurna. Obat ini kemudian dapat terdistribusi luas di berbagai jaringan, melintasi plasenta, dan bahkan memasuki ASI. Eliminasi terutama terjadi melalui urine.[7]
Absorbsi
Hidromorfon dapat diserap dengan cepat tetapi tidak sempurna melalui saluran cerna. Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak adalah ≤1 jam (hidromorfon tipe konvensional) dan 12–16 jam (hidromorfon lepas lambat). Bioavailabilitasnya adalah sekitar 24%.[7]
Distribusi
Hidromorfon dapat tersebar luas di jaringan, dapat melintasi sawar plasenta, dan juga dapat memasuki ASI. Volume distribusinya adalah 4 L/kg, sementara tingkat pengikatan protein plasmanya adalah 8–19%.[7]
Metabolisme
Hidromorfon dimetabolisme secara ekstensif di hati melalui glukoronidasi menjadi metabolit inaktif, yakni >95% sebagai hydromorphone-3-glucuronide dan sebagian kecil sebagai metabolit reduksi 6-hydroxy.[7]
Eliminasi
Eliminasi hidromorfon adalah melalui urine, terutama sebagai konjugat glukoronida. Waktu paruh eliminasi terminalnya adalah 2,3 jam (hidromorfon konvensional) dan 8–15 jam (hidromorfon lepas lambat).[7]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur