Efek Samping dan Interaksi Obat Morfin
Efek samping morfin yang memerlukan pemantauan adalah efek pada sistem saraf pusat, termasuk gangguan autonom dan depresi napas. Efek samping ini dapat diperparah dengan adanya interaksi obat morfin dan alkohol yang sama-sama menyebabkan sedasi berat.
Efek Samping
Efek samping yang paling serius dari morfin adalah depresi pernapasan. Meski demikian, efek samping yang paling umum dikeluhkan adalah konstipasi.
Pada pasien dengan infark miokard, morfin dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular sistemik yang mengakibatkan penurunan sementara tekanan arteri sistemik. Efek yang bisa timbul adalah hipotensi berat.[3]
Potensi efek samping morfin lainnya adalah:
- Signifikan: Depresi sistem saraf pusat (termasuk depresi napas), hipotensi ortostatik, hipotensi berat, konstipasi, sinkop, hipersensitivitas fatal (termasuk anafilaksis)
- Kardiovaskular dan hematologi: Anemia, bradikardia, palpitasi, takikardi, hipertensi
- Sistem indera: Penglihatan kabur atau penglihatan ganda, miosis, ruam kulit
- Gastrointestinal: Sakit perut, pengosongan lambung tertunda, diare, dispepsia, perut kembung, mual, muntah, xerostomia, anoreksia, kolik bilier, hipokalemia
- Neuromuskuloskeletal dan psikiatri: Sakit punggung, pusing, sakit kepala, parestesia, ileus paralitik, mioklonus, kecemasan, konfusi, opioid use disorder, halusinasi insomnia, euforia, agitasi, perubahan mood
- Urogenital: Spasme kandung kemih, oliguria, retensi urine, penurunan libido
- Respiratori: Dispnea, hipoksia, bronkospasme, edema paru
- Keadaan umum: Kondisi astenik, hiperhidrosis, sindrom putus zat[7]
Overdosis Morfin
Overdosis morfin ditandai oleh depresi pernapasan, mengantuk yang berkembang menjadi pingsan atau koma, kelemahan otot rangka, kulit dingin dan lembab, dan konstriksi pupil. Pada beberapa kasus, bisa ditemukan edema paru, bradikardia, hipotensi, obstruksi jalan napas, hingga kematian.
Jaga patensi jalan napas dan berikan suplementasi oksigen bila perlu. Pasien dapat diberikan naloxone sebagai antagonis spesifik dengan dosis 0,4 hingga 2 mg secara intravena. Pemberian dapat diulang setiap 2-3 menit apabila dibutuhkan, namun tidak melebihi 10 mg.
Pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan opioid kronis, gunakan naloxone dalam dosis rendah, 0,1 hingga 0,2 mg dan dititrasi bertahap sambil melihat perbaikan klinis. Penggunaan naloxone dosis tinggi pada pasien dengan ketergantungan opioid berpotensi menyebabkan gejala putus zat.[3,4,15]
Interaksi Obat
Interaksi obat morfin dengan obat lain yang juga mendepresi saraf pusat, misalnya benzodiazepine dan muscle relaxant dapat meningkatkan efek sedasi dan risiko depresi pernapasan.
Meningkatkan Risiko Depresi Pernapasan
Obat yang menyebabkan depresi sistem saraf pusat dapat meningkatkan risiko depresi napas, hipotensi, sedasi dalam, atau koma akibat morfin. Jika ingin digunakan bersamaan, dosis morfin sebaiknya diturunkan. Contoh obat golongan ini adalah diazepam, alprazolam, alkohol, dan opioid lain seperti codeine.
Morfin juga dapat meningkatkan efek dari obat golongan muscle relaxant, misalnya metaxalone. Hal ini juga meningkatkan risiko depresi napas.
Inhibitor monoamine oksidase (MAOI), seperti selegiline, dapat mempotensiasi efek morfin. Hal ini termasuk depresi pernapasan, koma, dan kebingungan. Morfin tidak boleh digunakan pada pasien yang memakai MAOI atau dalam waktu 14 hari setelah menghentikan pengobatan tersebut.
Interaksi lain yang meningkatkan risiko depresi pernapasan adalah cimetidine.[4,7,13]
Meningkatkan Efek Samping Morfin
Obat antikolinergik, seperti atropin, yang digunakan bersama morfin dapat meningkatkan risiko retensi urine, ileus paralitik, dan konstipasi.
Obat antidiare dan antispasmodik, misalnya loperamide dan kaolin, dapat meningkatkan risiko konstipasi jika diberikan bersama morfin.[4,7,13]
Penggunaan dengan Obat Serotonergik
Sindrom serotonin dapat terjadi jika morfin digunakan bersama dengan obat serotonergik. Contoh dari obat golongan ini adalah paroxetine, citalopram, dan duloxetine.[4]
Penggunaan dengan Opioid Agonis atau Antagonis
Penggunaan morfin dengan obat golongan agonis atau antagonis opioid dapat menurunkan efikasi morfin. Contoh obat golongan ini adalah butorphanol, nalbuphine, pentazocine, buprenorphine.[4]
Penurunan Efikasi Diuretik
Morfin dan opioid lainnya dapat menginduksi pelepasan hormon antidiuretik. Oleh karenanya, penggunaan morfin dapat menurunkan efikasi dari obat golongan diuretik, seperti furosemide.[4]
Penulisan pertama oleh: dr. Paulina Livia Tandijono