Efek Samping dan Interaksi Obat Clonazepam
Efek samping clonazepam yang perlu diwaspadai adalah overdosis, munculnya gejala putus obat, adiksi, ideasi atau perilaku bunuh diri, serta penurunan konsentrasi yang dapat berbahaya jika pasien berkendara atau mengoperasikan mesin. Interaksi obat yang perlu diperhatikan adalah dengan obat yang memiliki efek depresan sistem saraf pusat, seperti opioid atau alkohol. Penggunaan clonazepam dengan opioid, seperti morfin dapat menyebabkan sedasi berlebih, depresi napas, koma, dan kematian.
Efek Samping
Efek samping clonazepam yang pernah dilaporkan antara lain :
- Sistem saraf: konfusi, sedasi, mengantuk, kehilangan memori jangka pendek, koma
- Psikiatri: iritabilitas, depresi, halusinasi, disforia
- Muskuloskeletal: agitasi psikomotor, gangguan koordinasi, hipotonus
- Mata: pandangan kabur, diplopia
- Gastrointestinal: konstipasi, mual, muntah, hipersalivasi
- Kardiovaskular: palpitasi (pada gejala putus obat), hipotensi, bradikardia, gagal jantung
- Respirasi: sesak, hipersalivasi (terutama pada pasien anak), hipersekresi bronkus, depresi napas
- Ginjal dan urogenital: inkontinensia urine, retensi urin
- Hati: peningkatan transaminase, hepatomegali
- Metabolik: penurunan nafsu makan
- Reproduksi: perubahan libido[1,2,8]
Pada pemakaian clonazepam bisa terjadi reaksi paradoks, yaitu eksitasi, iritabilitas, perilaku agresif, cemas, gelisah, gangguan tidur, mimpi buruk. Efek paradoks ini lebih umum terjadi pada pasien yang mendapat clonazepam untuk tata laksana kejang.[6]
Adiksi dan Gejala Putus Obat
Penggunaan clonazepam lebih dari 6 minggu berisiko menyebabkan benzodiazepine use disorder dengan gejala putus obat ketika obat dihentikan. Gejala putus obat meliputi disforia, insomnia, psikosis, halusinasi, gangguan perilaku, tremor, nyeri abdomen, dan kejang. Sebelum memberikan obat ini, klinisi sebaiknya melakukan skrining riwayat adiksi atau penyalahgunaan pada pasien. Pasien dengan riwayat adiksi obat dan alkohol harus dipantau berkala karena lebih berisiko mengalami ketergantungan.[6]
Overdosis
Overdosis clonazepam terjadi ketika konsentrasi plasma melebihi 0,08 mcg/ml. Kondisi overdosis dari clonazepam umumnya merupakan intensifikasi dari efek terapeutik dan mirip dengan obat depresan sistem saraf pusat lainnya. Pada kondisi overdosis clonazepam, gejala awal dapat berupa somnolen, diplopia, kesulitan bicara, dan gangguan motorik. Sementara itu, gejala overdosis yang berat antara lain konfusi, koma, penurunan refleks, depresi napas, hipotensi, dan bradikardia.
Risiko toksisitas clonazepam meningkat pada beberapa kondisi, misalnya pasien yang mengonsumsi zat yang juga bersifat mendepresi sistem saraf pusat seperti alkohol, opioid, dan barbiturat; serta pada pasien lanjut usia. Meski demikian, overdosis clonazepam jarang bersifat mengancam nyawa.
Terapi untuk overdosis clonazepam adalah suportif dan pemantauan berkala. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan ventilasi adekuat, mempertahankan patensi jalan napas, dan pemberian cairan intravena. Apabila terjadi depresi napas, bisa dipertimbangkan tindakan intubasi atau respirasi mekanik. Untuk membersihkan sisa obat yang diminum, bisa dilakukan kumbah lambung lalu diikuti pemberian arang aktif. Cairan intravena diberikan dalam kondisi hipotensi. Pada hipotensi yang berat, bisa diberikan norepinefrin atau metaraminol. Tidak diperlukan tindakan dialisis.[1,2,6]
Peningkatan Risiko Bunuh Diri
Penggunaan clonazepam meningkatkan risiko ideasi dan perilaku bunuh diri. Peningkatan ini telah dilaporkan muncul bahkan dalam 1 minggu sejak pemberian dimulai. Pasien harus dipantau terkait adanya depresi, kecenderungan bunuh diri, dan perubahan mood atau perilaku.[6]
Interaksi Obat
Penggunaan clonazepam bersama obat lain dapat mengganggu farmakokinetik obat ataupun meningkatkan risiko efek samping. Clonazepam merupakan obat yang dimetabolisme oleh sitokrom P450 (CYP) di hati, sehingga efeknya bisa dipengaruhi oleh inducer ataupun inhibitor CYP.
- Obat yang meningkatkan efek depresi sistem saraf pusat: alkohol; hipnotik-sedatif non-benzodiazepine seperti zolpidem; barbiturat seperti phenobarbital; opioid seperti morfin; antihistamin seperti chlorpheniramine; antidepresan seperti amitriptyline; dan antipsikotik seperti haloperidol
- Menurunkan kadar plasma clonazepam: obat penginduksi enzim CYP seperti phenytoin, phenobarbital, dan carbamazepine
- Meningkatkan kadar plasma clonazepam: inhibitor enzim CYP seperti clarithromycin, erythromycin, diltiazem, itraconazole, ketoconazole, dan verapamil
Penggunaan clonazepam bersama dengan obat golongan opioid, seperti morfin, akan menyebabkan interaksi obat yang berbahaya. Efek yang timbul dapat berupa sedasi berlebihan, depresi napas, koma, hingga kematian.[2,6]