Efek Samping dan Interaksi Obat Diazepam
Efek samping dari pemberian diazepam merupakan efek sekunder dari peningkatan aktivitas GABA pada sistem saraf pusat. Efek paradox dapat terjadi pada pemberian diazepam dengan manifestasi perilaku agresif, iritabel, hingga halusinasi. Penggunaan diazepam yang tidak dikontrol berpotensi menimbulkan penyalahgunaan dan ketergantungan. Interaksi diazepam dengan obat lain terjadi akibat manipulasi pada sitokrom P450 dengan menginhibisi maupun menginduksi metabolisme.
Efek Samping
Efek samping yang pernah dilaporkan antara lain:
- Sistem saraf: penurunan kemampuan kognitif dan psikomotor, tremor, nyeri kepala, vertigo, amnesia anterograde
- Mata: pandangan kabur, diplopia
- Gastrointestinal: konstipasi, mual, muntah, hipersalivasi
- Kardiovaskular: palpitasi (pada gejala putus obat), hipotensi, bradikardia, gagal jantung
- Respirasi: peningkatan sekresi bronkus (terutama pada pasien anak), depresi napas, batuk, dispnea
- Lokasi injeksi lokal: reaksi lokal pada tempat injeksi, misalnya tromboflebitis dan thrombosis vena
- Psikiatri: kebingungan, depresi, gangguan bicara
- Ginjal dan urogenital: inkontinensia urin, retensi urin
- Metabolik: penurunan nafsu makan
- Reproduksi: perubahan libido[4]
Mungkin terjadi reaksi hiperaktivitas sistem saraf pusat secara paradox. Meskipun cukup jarang terjadi, namun efek paradox ini bisa bermanifestasi sebagai perilaku agresif, iritabilitas, delusi, mimpi buruk, psikosis, dan ansietas.[2,6]
Tidak semua efek samping memerlukan penangan professional, misalnya konstipasi, penurunan/peningkatan gairah seksual, pandangan kabur, hipersalivasi, atau sulit menelan. Hal tersebut diakibatkan oleh penyesuaian tubuh terhadap diazepam dan umumnya akan menghilang sendiri.[2,4]
Efek samping yang paling berat dari diazepam adalah penyalahgunaan obat yang menimbulkan ketergantungan, habituasi, dan gejala putus obat ketika penggunaan diazepam dihentikan. Toleransi terhadap diazepam umumnya terjadi dalam 6−12 bulan setelah memulai terapi, dan menyebabkan hilangnya efek antikonvulsan. Gejala putus obat tidak langsung muncul karena waktu paruh diazepam yang panjang dan metabolit aktif yang ada. Untuk meminimalkan kemungkinan gejala putus obat maka penurunan dosis diazepam harus secara berkala.[2,4]
Interaksi Obat
Sebagai obat yang dimetabolisme oleh sitokrom P450 di hati, terdapat obat-obat atau agen lain yang dapat mengubah metabolisme diazepam, baik dengan menginduksi maupun menginhibisi sitokrom P450.[2,3]
Tabel 2. Interaksi Obat dengan Diazepam[2,3,9]
Interaksi Obat | Nama Obat |
Menginhibisi metabolisme diazepam | Cimetidine, kontrasepsi oral, disulfiram, eritromisin, isoniazid, propranolol, fluvoxamine, imipramine, fluoxetine, ciprofloxacin, ketoconazole, omeprazole, kloramfenikol |
Menginduksi metabolisme diazepam | Rifampin, prednisone, fenitoin, carbamazepine, fenobarbital, topiramate, St. John’s wort, barbiturate |
Meningkatkan efek depresi sistem saraf pusat | Alkohol, hipnotik-sedatif non benzodiazepine, barbiturate, obat dengan efek antikolinergik (antihistamin, antidepresan trisiklik), opioid, antipsikotik |
Menurunkan efek obat lain | Levodopa, kokain, strychnine |