Pengawasan Klinis Simeprevir
Pengawasan klinis yang diperlukan pada pengguna simeprevir adalah pemeriksaan kehamilan, yakni pada wanita usia subur. Pemeriksaan kehamilan dilakukan sebelum dan selama terapi karena terapi simeprevir yang dikombinasikan dengan peginterferon alfa dan ribavirin akan meningkatkan risiko defek janin.[3,5-7]
Periksa juga semua pasien untuk kemungkinan koinfeksi dengan virus hepatitis B atau adanya riwayat infeksi hepatitis B. Terapi hepatitis C dengan simeprevir dan obat lain yang tidak disertai dengan terapi hepatitis B berisiko menyebabkan reaktivasi hepatitis B. Reaktivasi ini dapat menyebabkan hepatitis fulminan, gagal hati, dan kematian.[8]
Pemeriksaan darah lengkap, fungsi hepar, dan fungsi ginjal dapat digunakan untuk menentukan nilai baseline sebelum terapi kombinasi antihepatitis dimulai. Pemeriksaan ini dapat diulang selama menjalankan terapi dan setelah terapi selesai, atau sesuai dengan indikasi klinis selama terapi antihepatitis.[7,12]
Pasien yang mempunyai komorbiditas kardiovaskular dan mengonsumsi amiodarone atau beta blocker dianjurkan untuk menjalani elektrokardiografi (EKG). Pasien seperti ini harus diobservasi paling tidak selama 48 jam karena ada risiko bradiaritmia.[5-7]
Pada saat awal diagnosis hepatitis C kronis, lakukan pemeriksaan RNA virus hepatitis C (HCV) awal sebagai baseline. Kadar RNA HCV dalam darah dipantau pada minggu ke-4 dan minggu ke-12, atau sesuai indikasi klinis selama terapi.[6,7]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur