Pendahuluan Hydroxyurea
Hydroxyurea merupakan agen antineoplastik yang menginhibisi sintesis DNA dengan menginhibisi ribonukleotida reductase dan menghentikan siklus sel spesifik pada fase S. Metabolisme hydroxyurea umumnya dilakukan di hati dan diekskresi di ginjal.[1-3]
Hydroxyurea umumnya digunakan pada pasien kanker kepala leher, tumor solid, leukemia myeloid kronik, polisitemia vera, dan anemia sel sabit. Di Indonesia, sediaan hydroxyurea adalah kapsul dengan dosis 500 mg. Obat ini dapat digunakan melalui rute oral dan dapat diminum 1–2 jam sebelum atau sesudah makan.[2,4,5]
Hydroxyurea dapat menyebabkan beberapa efek samping, seperti supresi sumsum tulang, gangguan gastrointestinal, dan infeksi. Pada penggunaan jangka panjang, hydroxyurea telah dilaporkan dapat menyebabkan kanker kulit dan pneumonitis interstitial.[2,4,5]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Hydroxyurea
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antineoplastik, Imunosupresan, dan Obat untuk Terapi Paliatif[6] |
Subkelas | Sitotoksik[6] |
Akses | Resep[2,4] |
Wanita hamil | Kategori FDA: D[4] Kategori TGA: D[7] |
Wanita menyusui | Hydroxyurea ditemukan dalam ASI, sehingga penggunaannya sebaiknya dihentikan saat menyusui[8] |
Anak-anak | Dapat digunakan pada anak usia ≥2 tahun[5] |
Infant | Keamanan dan efikasi belum diketahui pada bayi[5] |
FDA | Approved[4] |
Black Box Warning | Hydroxyurea merupakan obat yang memiliki sifat mutagenik dan klastogenik. Obat ini dapat meningkatkan risiko karsinogenik pada pengguna. Penggunaan jangka panjang, seperti pada pasien penyakit mieloproliferatif, dapat menyebabkan keganasan[2] |
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli