Indikasi dan Dosis Estrogen Terkonjugasi
Indikasi estrogen terkonjugasi adalah untuk mengatasi gejala vasomotor yang berkaitan dengan menopause, atrofi vulva dan vagina yang berkaitan dengan menopause, hipogonadisme pada wanita, terapi profilaksis osteoporosis, terapi paliatif pada kanker prostat, perdarahan uterus abnormal, primary ovarian failure, dan terapi paliatif pada kanker payudara. Dosis pemberian estrogen terkonjugasi berbeda–beda tergantung indikasi.[4,5]
Gejala Vasomotor yang Berkaitan dengan Menopause
Pada wanita yang telah mengalami menopause, estrogen terkonjugasi digunakan sebagai terapi hormon pengganti untuk mengobati beberapa gejala terkait menopause, seperti gejala vasomotor dan sindrom genitourinaria.
Gejala vasomotor ditandai dengan hot flashes, yaitu sensasi panas yang dimulai pada bagian dada atas dan wajah yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan berlangsung selama 2–4 menit. Kejadian ini dapat disertai dengan keringat profuse, ansietas, dan palpitasi.[4,5]
Pada wanita menopause dosis estrogen terkonjugasi yang diberikan 0,3 mg/hari per oral. Dapat juga diberikan dalam regimen siklik, yaitu selama 25 hari, lalu 5 hari setelahnya berhenti mengkonsumsi.[4,5]
Atrofi Vulva dan Vagina yang Berkaitan dengan Menopause
Atrofi vulva dan vagina yang terkait dengan menopause dapat diberikan estrogen terkonjugasi dengan dosis 0,3 mg/hari per oral.
Produk dalam bentuk krim vagina sebaiknya dipertimbangkan. Krim dapat digunakan setiap hari selama 21 hari berturut–turut, lalu 7 hari berhenti pakai, kemudian dilanjutkan lagi setelahnya.[5,7]
Hipogonadisme pada Wanita
Hipogonadisme pada wanita adalah sindrom klinis dimana gonad pada wanita. yaitu ovarium memproduksi hormon seks yang sedikit. Tata laksana hipogonadisme bertujuan untuk menggantikan hormon seks steroid untuk mempertahankan karakteristik seks sekunder dan mencapai sistem reproduksi yang baik.[4,5]
Sebagai salah satu terapi pengganti estrogen pada hipogonadisme wanita, estrogen terkonjugasi diberikan dengan dosis 0,3–0,625 mg/hari, per oral, 3 minggu pakai, 1 minggu berhenti. Estrogen terkonjugasi dapat dititrasi setiap 6–12 minggu. Terapi progestin dapat ditambahkan untuk menjaga densitas mineral tulang ketika maturitas tulang tercapai.[5,7]
Terapi Perdarahan Uterus Abnormal
Pada perdarahan uterus abnormal, estrogen terkonjugasi dapat diberikan melalui injeksi 25 mg secara intravena maupun intramuskular. Pemberian dapat diulang dalam 6–12 jam; atau injeksi 25 mg intravena diulang tiap 4 jam dalam 24 jam, diikuti reevaluasi terapi.
Regimen alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah 10–20 mg per oral dibagi 6 dosis untuk 1 hari. Dapat diberikan dengan regimen siklik 21 hari pakai, 7 hari berhenti; atau 25 hari pakai, 5 hari berhenti.[6,7]
Terapi Profilaksis Osteoporosis
Sebagai terapi osteoporosis, estrogen terkonjugasi hanya diberikan untuk wanita dengan risiko terkena osteoporosis yang signifikan. Estrogen terkonjugasi dapat diberikan dengan dosis 0,3 mg per oral, 25 hari pakai, 5 hari berhenti.[4,7]
Adapun cara utama untuk menurunkan risiko osteoporosis pascamenopause adalah olahraga angkat beban, asupan kalsium dan vitamin D yang cukup, dan bila diindikasikan ditambahkan terapi farmakologis.[4,6]
Terapi Paliatif pada Kanker Prostat
Pada pria dewasa dengan kanker prostat, diberikan estrogen terkonjugasi sebesar 1,25–2,5 mg per 8 jam, secara oral.[4,7]
Estrogen terkonjugasi dosis tinggi dilaporkan dapat mengakibatkan antigen spesifik prostat turun 50% atau lebih pada 25% pasien dengan kanker prostat yang tidak tergantung pada androgen.[13]
Primary Ovarian Failure
Pada terapi primary ovarian failure, estrogen terkonjugasi diberikan 1,25 mg/hari dalam regimen siklik. Sesuaikan dosis, diturunkan atau dinaikkan berdasarkan tingkat keparahan gejala serta respon pasien.[5,7]
Terapi Paliatif pada Kanker Payudara
Pada wanita postmenopause yang menderita kanker payudara yang telah mengalami metastasis, estrogen terkonjugasi diberikan sebagai perawatan paliatif. Estrogen terkonjugasi diberikan dalam regimen siklik 25 hari minum, 5 hari tidak, dengan dosis 1,25 mg sehari, per oral; atau 10 mg tiga kali sehari. [4,5]
Estrogen pada umumnya menstimulasi progresi kanker payudara yang memiliki reseptor estrogen positif. Akan tetapi, estrogen dalam dosis tinggi dapat mensupresi pertumbuhan kanker ini melalui mekanisme yang belum diketahui.
Pada sebuah penelitian, didapatkan bahwa 56% atau 10 dari 18 pasien kanker payudara rekurens atau stadium lanjut yang mendapatkan 3 mg ethinylestradiol mendapatkan manfaat secara klinis.[5,6]
Penggunaan Estrogen Terkonjugasi pada Lansia
Penggunaan estrogen pada lansia harus memeprtimbangkan manfaat dan risiko, mengingat pemberian estrogen tunggal dilaporkan dapat meningkatkan risiko stroke dan demensia, terutama pada wanita berusia 70 tahun ke atas.[5,10]
Penggunaan Estrogen Terkonjugasi pada Anak
Penggunaan estrogen terkonjugasi tidak diindikasikan untuk anak. Keamanan dan efikasinya masih belum terbukti.[5]
Penghentian Obat Estrogen Terkonjugasi
Penggunaan obat estrogen terkonjugasi harus dihentikan bila terdapat reaksi alergi yang fatal seperti sindrom Stevens-Johnson, walaupun kejadiannya jarang. Selain itu, estrogen terkonjugasi. juga harus dihentikan bila terdapat tanda–tanda hepatotoksisitas berat ataupun gagal ginjal akut.[5,7]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli