Efek Samping dan Peringatan Ethinylestradiol
Efek samping ethinylestradiol atau etinilestradiol dapat ringan, seperti sakit kepala, mual, dan muntah. Namun, ethinylestradiol jangka panjang dapat menyebabkan kanker endometrium yang berpotensi fatal. Penggunaan ethinylestradiol bersamaan dengan antibiotik, antikonvulsan, atau substansi yang menghambat sitokrom P450 3A4 isoenzim dapat mempengaruhi konsentrasi ethinylestradiol dalam darah.[5,6]
Efek Samping
Beberapa efek samping pemakaian ethinylestradiol adalah tromboembolisme, hipertensi, depresi, jaundice kolestatik, edema, sakit kepala, mual dan muntah, rasa tidak nyaman pada payudara, peningkatan atau penurunan berat badan, alopesia, ginekomastia, dan impotensi. Penggunaan jangka lama ethinylestradiol dinyatakan berpotensi fatal, yaitu risiko menyebabkan kanker endometrium.[5,15]
Tromboembolisme
Kontrasepsi oral estrogen/progestogen dapat mempengaruhi proses pembekuan darah dengan cara meningkatkan fibrinogen plasma dan aktivitas faktor koagulasi, terutama faktor VII dan X. Terjadi juga penurunan inhibitor koagulasi anti thrombin III, sehingga aktivasi platelet meningkat dengan akselerasi agregasi. Keadaan ini dapat menyebabkan keadaan hiperkoagulabilitas.[5]
Berdasarkan satu studi meta-analisis didapatkan bahwa besarnya risiko tromboembolisme juga dipengaruhi oleh jenis progestan yang dikombinasi dengan estrogen. Risiko tromboembolisme akibat kombinasi ethinylestradiol dan levonorgestrel sebesar 9–10 kejadian per 10.000 wanita, di mana akan meningkat menjadi 14–20 kejadian per 10.000 wanita pada penggunaan kombinasi ethinylestradiol dengan progestan lainnya.[15]
Hipertensi
Paparan estrogen dalam jangka waktu lama dapat menghasilkan superoksida dalam jumlah berlebih, dan dapat menyebabkan stress pada tubuh. Tingginya kadar superoksida ini terjadi pada bagian otak, yaitu rostral ventrolateral medulla, yang memiliki fungsi penting dalam regulasi tekanan darah. Sehingga paparan estrogen lama dapat menyebabkan hipertensi.
Mekanisme lain yang diduga berperan adalah ethinylestradiol memicu produksi hepatik angiotensin, yang dapat menyebabkan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosterone, sehingga meningkatkan tekanan darah. Pada wanita dengan tekanan darah normal, penggunaan kontrasepsi oral dapat meningkatkan tekanan darah sebesar 2–3 mmHg, dan tidak perlu pemberian obat antihipertensi.
Namun, penggunaannya pada wanita dengan tekanan darah tinggi perlu dihindari karena tingginya risiko perburukan penyakit.[16,17]
Depresi
Hingga saat ini, efek kontrasepsi oral pada kejadian depresi masih kontroversial. Apakah dapat memperburuk gejala depresi, atau dapat memiliki efek terapeutik pada beberapa gangguan depresi.
Pada satu laporan kasus, didapatkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral kombinasi, 30 μg ethinylestradioI dan 2 mg chlormadinone asetat, setelah 17 hari dapat menyebabkan relapse depresi pada pasien dengan gangguan depresi mayor, dan gejala ini menghilang setelah 2 hari pemberhentian obat tersebut.[18]
Jaundice Kolestatik
Efek ethinylestradiol dalam menyebabkan jaundice kolestatik, terutama karena metabolit estrogen endogen berupa estradiol 17β-glukuronida. Metabolit ini dapat menyebabkan penurunan aliran empedu dengan cara menghambat transportasi garam empedu dari hepatosit ke kanalikuli bilier, yang berisiko menyebabkan kolestasis.[19,20]
Kanker Endometrium
Pada sebuah studi review, didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan estrogen tunggal (tanpa kombinasi) pada dosis berapa pun, dan dalam waktu terapi 1-3 tahun, dapat meningkatkan risiko hiperplasia endometrium sebagai prekursor kanker endometrium.
Hal ini didukung oleh International Agency for Research on Cancer (IARC)-WHO, di mana risiko kanker endometrium dapat terjadi pada wanita dengan terapi hormon estrogen. Risiko ini semakin meningkat bila durasi pemakaian semakin lama, dan tetap tinggi hingga 10 tahun sejak pemberhentian terapi. Oleh karena itu, penggunaan terapi hormonal pada wanita dengan uterus intak disarankan menggunakan kombinasi estrogen dan progesteron untuk mengurangi hiperplasia endometrium.[21,22]
Interaksi Obat
Penggunaan ethinylestradiol bersamaan dengan obat lainnya dapat menyebabkan perubahan konsentrasi obat dalam serum. Interaksi fatal bila ethinylestradiol digunakan bersamaan dengan antibiotik ampisilin, tetrasiklin, sulfonamida, atau kloramfenikol, yang dapat menyebabkan perdarahan intermenstrual dan kegagalan kontrasepsi.
Menurunkan Konsentrasi Ethinylestradiol dalam Serum
Konsentrasi ethinylestradiol dalam serum dapat menurun bila diminum bersama beberapa antibiotik, seperti ampisilin, penisilin, kotrimoksazol, rifabutin, rifampicin, kloramfenikol, metronidazole, neomisin, nitrofurantoin, sulfonamida, tetrasiklin, dan troleandomycin.[3,11]
Terdapat beberapa mekanisme yang diduga menyebabkan interaksi ini, antara lain karena terganggunya sirkulasi enterohepatik, peningkatan metabolisme progestin, atau terinduksinya enzim mikrosomal hepatik.[3,11]
Penggunaan ethinylestradiol dengan obat antikonvulsan, seperti carbamazepine, ethosuximide, felbamate, lamotrigine, oxcarbazepine, fenobarbital, fenitoin, primidone, dan topiramate. Interaksi antara obat dapat menurunkan kadar ethinylestradiol dalam serum dengan cara menginduksi enzim mikrosom hepatik, metabolisme estrogen yang cepat, dan meningkatkan ikatan progestin dan etinil estradiol.[3,11]
Obat-obatan lainnya adalah antifungal (griseofulvin), sedatif dan hipnotik (benzodiazepin, barbiturat, glutethimide, meprobamate, kloral hidrat), klofibrat, ritonavir, dan nevirapine.[3,11]
Meningkatkan Konsentrasi Ethinylestradiol dalam Serum
Konsentrasi ethinylestradiol dalam serum akan meningkat bila diberikan bersama obat atorvastatin, vitamin C, dan parasetamol. Selain itu juga dengan substansi yang menghambat sitokrom P450 3A4 isoenzim, seperti indinavir, fluconazole, dan troleandomisin.[3,11]
Meningkatkan atau Menurunkan Konsentrasi Obat Lain dalam Serum
Ethinylestradiol dapat mengganggu metabolisme obat lain bila digunakan secara bersamaan, dengan cara menginduksi konjugasi hepatik terutama glukuronidasi. Konsentrasi obat siklosporin, teofilin, hidrokortison dan prednison, dalam serum dapat meningkat. Sedangkan konsentrasi obat lamotrigine dapat menurun bila digunakan bersamaan dengan ethinylestradiol.[3,11]
Efek Interaksi Lain
Penggunaan etinil estradiol bersamaan dengan flunarizine dapat menyebabkan galaktorea. Penggunaan bersamaan dengan regimen obat kombinasi seperti ombitasvir, parotaprevir, ritonavir, dan dasabuvir dengan atau tanpa ribavirin, dapat meningkatkan risiko elevasi serum glutamic-pyruvic transaminase/SGPT. Sedangkan penggunaan bersamaan dengan dicoumarol dapat mengganggu efek antikoagulan.[3,11]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini