Farmakologi Ethinylestradiol
Farmakologi ethinylestradiol atau etinilestradiol sebagai kontrasepsi bekerja dengan cara memodulasi sekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) yang berasal dari pituitari, melalui mekanisme umpan balik negatif.[2,3]
Farmakodinamik
Ethinylestradiol akan berdifusi menuju sel target di saluran reproduksi wanita, kelenjar payudara, hipotalamus, dan pituitari, kemudian berikatan dengan reseptor estrogen. Efek farmakodinamik ethinylestradiol adalah memodulasi sekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) sehingga mencegah ovulasi. Estrogen juga akan meningkatkan sintesis sex hormone binding globulin (SHBG), thyroid binding globulin (TBG), dan protein serum lainnya.[2,3]
Efek pada Lipid
Ethinylestradiol dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar LDL. Penurunan kadar LDL dalam darah disebabkan peningkatan katabolisme LDL. Ethinylestradiol juga dapat meningkatkan kadar trigliserida melalui peningkatan sekresi hepatik lipoprotein kaya.[2,9]
Efek pada Karbohidrat
Kadar estrogen yang tinggi dalam kontrasepsi kombinasi dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan insulin bersamaan dengan gangguan toleransi glukosa, sehingga penggunaan estrogen dalam kandungan tinggi sudah ditinggalkan. Namun, berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa ethinylestradiol, terutama dalam dosis rendah, tidak terbukti dapat menyebabkan diabetes mellitus.[2,9]
Terapi Paliatif Kanker Payudara
Ethinylestradiol dalam dosis tinggi dapat berperan dalam tata laksana paliatif kanker payudara, dengan cara mensupresi pertumbuhan sel kanker payudara melalui mekanisme yang belum diketahui.[2,3]
Iwase et al tahun 2015 meneliti 18 pasien kanker payudara berusia >63 tahun (pasca menopause). Penelitian ini mendapatkan bahwa 56% pasien kanker payudara rekurens atau stadium lanjut yang mendapatkan 3 mg ethinylestradiol mengalami manfaat secara klinis.[4]
Farmakokinetik
Farmakokinetik ethinylestradiol dalam tubuh diabsorbsi dalam saluran pencernaan dan liver, kemudian didistribusikan terutama pada organ yang responsif terhadap hormon seks dan mengalami hidroksilasi. Ethinylestradiol dieliminasi di dalam urin dan empedu.[9]
Absorbsi
Absorbsi ethinylestradiol dalam dosis terapeutik terjadi secara cepat setelah diberikan secara oral. Ethinylestradiol diabsorpsi di saluran pencernaan, tetapi sebelumnya akan mengalami metabolisme pertama di mukosa saluran pencernaan dan liver.
Bioavailabilitas ethinylestradiol bervariasi di antara individu, berkisar antara 20–65%, dengan rata-rata sebesar 45%. Setelah pemberian 30 mcg ethinylestradiol, kadar puncak ethinylestradiol dalam plasma sebesar 90–130 pg/mL tercapai dalam waktu 1-2 jam. Kadar puncak kedua diperoleh setelah 10–14 jam kemudian.[9]
Distribusi
Distribusi ethinylestradiol adalah ke seluruh tubuh, terutama pada target organ yang responsif terhadap hormon seks. Ethinylestradiol yang bersirkulasi dalam tubuh terutama berikatan dengan albumin dan tidak berikatan dengan sex hormone binding globulin (SHBG).[9]
Metabolisme
Jalur metabolisme utama ethinylestradiol adalah hidroksilasi-2. Proses ini terutama dikatalisis oleh sitokrom hepatik P450 3A4 atau CYP3A4. Hidroksilasi ethinylestradiol pada karbon 4,6 dan 16β diketahui berperan dalam metabolisme ethinylestradiol, namun hanya berkontribusi kecil. Ethinylestradiol dan hasil metabolit hidroksilasi selanjutnya mengalami konjugasi di hepar.
Ethinylestradiol terkonjugasi sebagian dengan glukuronida, terdiri dari EE-3-glukuronida dan EE-17-glukuronida, yang bersifat inaktif dan dikeluarkan oleh renal. Bentuk konjugasi lainnya yaitu EE-3-sulfat dan EE-17-sulfat bersirkulasi dalam konsentrasi 10 kali lipat lebih besar dari ethinylestradiol itu sendiri.
Selama resirkulasi enterohepatik, ethinylestradiol yang berkonjugasi mengalami dekonjugasi, dimana 12% pada EE-17 sulfat dan 20% pada EE-3 sulfat.[9]
Eliminasi
Eliminasi ethinylestradiol sebanyak kurang lebih 62% melalui feses dan 38% sisanya melalui urin. Sekitar 9% ethinylestradiol yang diberikan secara oral, dikeluarkan dalam feses dalam bentuk yang belum mengalami transformasi, sedangkan ekskresi ethinylestradiol dalam bentuk terkonjugasi terutama dalam bentuk glukoronida dan sulfat.
Sekitar 6% ethinylestradiol dalam urin diekskresikan dalam bentuk yang belum mengalami transformasi, dan sisanya sebagian besar diekskresikan dalam bentuk metabolit Ethinylestradiol terkonjugasi, yaitu 80% dalam bentuk glukuronida (3-glukuronida; 17-glukuronida; 3,17-diglukuronida) dan sisanya sekitar 8–10% dalam bentuk sulfat.[9]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini