Pendahuluan Levothyroxine
Levothyroxine atau levotiroksin merupakan bentuk sintetik dari tiroksin yang digunakan untuk terapi hipotiroid. Hipotiroid adalah kondisi di mana kelenjar tiroid tidak mampu memproduksi hormon tiroid, yaitu T4 berupa tetraiodotironin atau tiroksin dan T3 berupa triiodotironin atau liotironin. Levothyroxine memiliki efek fisiologis yang sama dengan tiroksin endogen.[1-3]
Levothyroxine diindikasikan untuk terapi hipotiroid primer, sekunder, maupun tersier. Hipotiroid primer terjadi akibat masalah di kelenjar tiroid, sedangkan hipotiroid sekunder terjadi akibat masalah di kelenjar pituitari. Hipotiroid tersier merupakan kondisi yang jarang terjadi, yang disebabkan oleh masalah di hipotalamus.[1-3,9]
Levothyroxine yang tersedia di Indonesia adalah bentuk tablet 50 µg dan 100 µg, yang sebaiknya diminum saat lambung kosong. Namun, saat ini masih ada kontroversi waktu pemberian levothyroxine pada hipotiroid. Beberapa bukti ilmiah menyebutkan bahwa minum tablet levothyroxine sebelum sarapan adalah yang paling baik, tetapi bukti ilmiah lain menyatakan bahwa minum obat ini di malam hari (sebelum tidur) lebih baik.[2,3]
Efek samping levothyroxine dapat berupa rasa lelah, kenaikan nafsu makan, penurunan berat badan, intoleransi terhadap panas, demam, atau keringat berlebihan. Interaksi dengan obat lain adalah kolestiramin, antasida, dan sukralfat.[2,10]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Levothyroxine
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Obat endokrin[5] |
Subkelas | Hormon tiroid[5,6,7] |
Akses | Resep[5,8] |
Wanita hamil | Kategori TGA: A Kategori FDA: A[9-11] |
Wanita menyusui | Diekskresikan melalui ASI[2,10-12] |
Anak-anak | Sesuai indikasi dan aturan dosis[2,13] |
Infant | Sesuai indikasi dan aturan dosis[2,13] |
FDA | Approved[2,12] |
Penulisan pertama oleh: dr. Wendy Damar
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur