Indikasi dan Dosis Atenolol
Indikasi pemberian atenolol pada pasien angina pektoris, infark miokard, dan hipertensi. Dosis atenolol per oral umumnya diberikan 1–2 kali sehari. Penyesuaian dosis diperlukan bagi pasien geriatri atau pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
Angina Pektoris
Atenolol diberikan sebagai manajemen jangka panjang pasien dengan angina pektoris akibat aterosklerosis koroner. Dosis yang diberikan adalah 50 mg/hari. Setelah konsumsi selama 1 minggu, dosis dapat ditingkatkan 100 mg/hari. Beberapa pasien membutuhkan dosis yang lebih besar, yaitu 200 mg/hari.[1,5]
Post Infark Miokard Akut
Atenolol diberikan pada pasien infark miokard akut dengan hemodinamik yang stabil. Hal ini bertujuan untuk mengurangi mortalitas kardiovaskular. Dosis yang diberikan adalah 100 mg per oral sekali sehari atau 50 mg dua kali sehari dan diberikan selama 6-9 hari, setelah terjadi infark miokard.[1,5]
Hipertensi
Atenolol diindikasikan dalam manajemen hipertensi. Atenolol dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan dengan obat antihipertensi lainnya, misalnya hydrochlorothiazide.
Bagi pasien dewasa, atenolol oral diberikan dengan dosis inisial 25–50 mg, 1 kali sehari. Jika diperlukan, dosis dapat ditingkatkan sampai dengan 100 mg/hari. Efek hipotensi mungkin baru dapat terlihat dalam 1–2 minggu. Bagi pasien geriatri atau pasien gangguan ginjal dengan klirens kreatinin dibawah 15 mL/menit, gunakan dosis atenolol sebesar 25 mg, 1 kali sehari.[1,2,5]
Untuk pasien anak, dosis atenolol adalah 0,5–1 mg/kg/hari, diberikan dalam dosis tunggal atau sebanyak 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 2 mg/kg bila dibutuhkan. Dosis maksimal adalah 100 mg/hari.[1,5]
Bukti Klinis Atenolol dalam Tata Laksana Hipertensi
Berdasarkan bukti klinis, atenolol sebaiknya tidak dijadikan sebagai obat pilihan utama dalam manajemen hipertensi, terutama pada pasien >65 tahun. Metaanalisis tahun 2017 oleh Vogele, et al. menilai efektivitas dan keamanan beta blocker pada manajemen hipertensi pada pasien geriatri. Studi mendapatkan tidak ada perbedaan penurunan angka komplikasi pada grup atenolol dibandingkan dengan plasebo.[12]
Selain itu, metaanalisis oleh Cochrane pada tahun 2017 mendapatkan adanya kejadian stroke yang lebih tinggi pada grup beta-blocker, termasuk atenolol, dibanding grup antihipertensi lain. Mortalitas juga tidak ditemukan berbeda antara grup beta-blocker dan plasebo. Oleh karena itu, penggunaan beta blocker, seperti atenolol atau bisoprolol, tidak lagi menjadi pilihan utama dalam manajemen hipertensi.[13]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra