Pendahuluan Teofilin
Teofilin adalah obat bronkodilator yang digunakan dalam penatalaksanaan asthma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Saat ini penggunaan teofilin semakin ditinggalkan karena profil efek samping dan interaksi obatnya yang luas. Pedoman klinis juga sudah tidak lagi menyarankan penggunaan teofilin pada asthma ataupun PPOK.
Teofilin merupakan derivat methylxanthine yang bermanfaat dalam mengatasi gejala bronkospasme. Teofilin bekerja sebagai penghambat fosfodiesterase, adenosine receptor blocker, dan aktivator deasetilasi histon sehingga dapat menyebabkan efek bronkodilatasi dan nonbronkodilatasi.[1-3]
Teofilin dapat meningkatkan risiko eksaserbasi pada pasien dengan ulkus peptikum, gangguan kejang, dan aritmia jantung. Oleh karenanya, teofilin harus digunakan dengan hati-hati pada populasi pasien tersebut.
Klirens teofilin dapat menurun pada kondisi tertentu, seperti pada pasien usia di bawah 1 tahun atau di atas 60 tahun, pasien dengan gagal jantung kongestif, edema paru akut, hipotiroid, serta pasien dengan gangguan fungsi hepar dan ginjal. Hal ini akan meningkatkan risiko toksisitas teofilin yang ditandai dengan mual dan muntah berulang.
Selain itu, teofilin juga memiliki profil interaksi obat yang luas. Teofilin dapat mengganggu farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat-obatan seperti adenosine, allopurinol, cimetidine, ciprofloxacin, clarithromycin, diazepam, dan banyak obat lainnya.[4-6]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Teofilin
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antiasthma[7] |
Subkelas | Bronkodilator[7] |
Akses | Resep[7] |
Wanita hamil | Kategori FDA: C Kategori TGA: A[5,6,8] |
Wanita menyusui | Dikeluarkan melalui ASI[5,6] |
Anak-anak | Tidak disarankan pada anak di bawah 1 tahun[5] |
FDA | Approved[5] |