Efek Samping dan Interaksi Obat Teofilin
Efek samping teofilin umumnya ringan jika konsentrasi puncak serum kurang dari 20 mcg/mL. Efek samping umumnya bersifat transien dan serupa dengan efek samping kafein, misalnya mual, muntah, sakit kepala, dan insomnia. Jika konsentrasi puncak serum melebihi 20 mcg/mL, dapat terjadi efek samping berat, termasuk aritmia jantung dan kejang. Interaksi obat teofilin sangat luas dan dapat menyebabkan perubahan farmakokinetik atau farmakodinamik bermakna, misalnya dengan cimetidine, allopurinol, dan alkohol.[5,10,12]
Efek Samping
Efek samping teofilin pada konsentrasi puncak serum di bawah 20 mcg/ml umumnya ringan. Efek samping yang paling banyak terjadi menyerupai efek samping kafein seperti mual, muntah, sakit kepala, dan insomnia. Saat konsentrasi puncak melebihi 20 mcg/ml, banyak efek samping yang bisa terjadi termasuk muntah, aritmia, dan kejang.[5,10,12]
Kardiovaskular
Efek samping kardiovaskular dapat berupa takikardia, aritmia ventrikular dengan instabilitas hemodinamik, takikardis supraventrikular, hipotensi, serta atrial fibrilasi.
Sistem Saraf
Efek samping sistem saraf yang paling banyak dilaporkan adalah tremor. Efek samping kejang pada pasien geriatri bisa timbul akibat berkurangnya ikatan protein yang menyebabkan kadar teofilin bebas meningkat.
Gastrointestinal
Efek samping gastrointestinal dapat berupa mual, muntah, nyeri abdomen, diare, dan hematemesis.
Metabolik
Efek samping metabolik dapat berupa hiperglikemia, hipokalemia, gangguan keseimbangan asam-basa, hiperkalsemia, dan hipervolemia.
Psikiatri
Efek samping psikiatri dapat berupa cemas, disorientasi, insomnia, dan iritabilitas.
Muskuloskeletal
Efek samping muskuloskeletal dapat berupa rhabdomyolysis.
Overdosis
Toksisitas teofilin dapat terjadi secara akut ataupun kronis. Overdosis akut dapat terjadi akibat penggunaan intravena dengan infus dosis berlebihan atau laju infus pemeliharaan yang berlebihan selama kurang dari 24 jam. Overdosis kronis dapat terjadi akibat pemberian jangka panjang dosis berlebihan atau pemberian dosis normal tetapi pasien memiliki faktor yang menyebabkan penurunan klirens teofilin misalnya pasien usia di bawah 1 tahun atau di atas 60 tahun, gagal jantung kongestif, edema paru akut, atau hipotiroid.
Pasien yang mengalami overdosis akut lebih cenderung tidak mengalami kejang dibandingkan pasien overdosis kronis, kecuali jika kadar puncak serum di atas 100 mcg/mL. Pada overdosis kronis, pasien bisa mengalami kejang umum, aritmia jantung yang mengancam jiwa, dan kematian.
Manifestasi lain dari toksisitas teofilin termasuk peningkatan kalsium serum, kreatin kinase, jumlah mioglobin dan leukosit, penurunan serum fosfat dan magnesium, infark miokard akut, dan retensi urin. Kejang yang terjadi akibat kadar teofilin serum melebihi 30 mcg/mL umumnya resisten terhadap antikonvulsan dan dapat menyebabkan cedera otak ireversibel. Henti jantung dan ensefalopati hipoksia merupakan penyebab tersering kematian pada toksisitas teofilin.[5,10,12]
Interaksi Obat
Teofilin dapat mengganggu farmakokinetik dan farmakodinamik dari berbagai macam obat. Contoh interaksi obat teofilin adalah:
- Penggunaan teofilin dengan allopurinol dapat menurunkan klirens teofilin dan meningkatkan kadar teofilin hingga 25%
- Penggunaan teofilin dengan cimetidine dapat meningkatkan kadar teofilin hingga 70%
- Penggunaan teofilin dengan ciprofloxacin dapat meningkatkan kadar teofilin hingga 40%
- Penggunaan teofilin dengan clarithromycin dapat meningkatkan kadar teofilin hingga 25%
- Penggunaan teofilin dengan diazepam atau lorazepam dapat menurunkan kadar diazepam dan lorazepam, sehingga akan dibutuhkan dosis diazepam lebih tinggi
- Penggunaan teofilin dengan enoxacin dapat meningkatkan kadar teofilin hingga 300%
- Penggunaan teofilin dengan carbamazepine, moricizine, rifampicin, atau sulfinpyrazone dapat menurunkan kadar teofilin 20-40%[8,10,13]
Contoh interaksi obat teofilin lainnya tersaji dalam Tabel 1.
Tabel 1. Interaksi Obat Teofilin
Nama Obat Lain | Interaksi |
Adenosine | Teofilin memblok reseptor adenosine sehingga dibutuhkan dosis adenosine yang lebih tinggi untuk mencapai efek yang diinginkan |
Allopurinol | Penurunan klirens teofilin pada pemberian allopurinol dengan dosis ≥600 mg/hari sehingga konsentrasi teofilin meningkat sebesar 25% |
Alkohol | Mengurangi klirens teofilin, dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi teofilin hingga 30% |
Carbamazepine | Peningkatan klirens teofilin (karena induksi aktivitas enzim mikrosomal) sehingga terjadi penurunan konsentrasi teofilin sebesar 30% |
Cimetidine, fluvoxamine | Penurunan klirens teofilin melalui penghambatan CYP1A2 sehingga terjadi peningkatan kadar teofilin hingga sebesar 70% |
Ciprofloxacin | Penurunan klirens teofilin melalui penghambatan CYP1A2 sehingga terjadi peningkatan kadar ciprofloxacin sebesar 40% |
Clarithromycin, erythromycin | Metabolit erythromycin mengurangi klirens teofilin dengan menghambat CYP3A3 sehingga terjadi peningkatan kadar eritromisin sebesar 25-35% |
Diazepam, lorazepam, flurazepam, midazolam, | Penurunan kadar obat depresan sistem saraf pusat tersebut, sehingga dibutuhkan dosis yang lebih besar untuk mencapai sedasi yang diinginkan |
Disulfiram, verapamil | Menurunkan klirens teofilin, menyebabkan peningkatan konsentrasi teofilin hingga 50% |
Ephedrine | Memiliki efek sinergistik dengan teofilin, sehingga meningkatkan efek samping mual, agitasi, dan insomnia |
Rifampicin | Peningkatan klirens teofilin dengan meningkatkan aktivitas CYP1A2 dan 3A3 sehingga terjadi penurunan kadar teofilin sebesar 20-40% |
Propranolol | Penurunan klirens teofilin melalui penghambatan CYP1A2 sehingga terjadi peningkatan kadar teofilin hingga sebesar 100% |
Sumber: dr. Reni, Alomedika, 2022.[8,10,13]