Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Dabigatran
Penggunaan dabigatran pada kehamilan dikategorikan oleh FDA sebagai kategori C akibat adanya efek samping janin pada binatang coba, tetapi belum disertai adanya penelitian pada manusia. Obat ini hanya boleh dikonsumsi jika manfaatnya dinilai lebih besar dari kerugian. Pada ibu menyusui, belum diketahui apakah dabigatran disekresikan ke dalam ASI manusia.[2,5,8]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan kategori FDA, dabigatran pada kehamilan masuk kategori C. Artinya, studi pada hewan mengonfirmasi adanya efek teratogenik, meskipun belum terdapat bukti serupa pada penelitian di manusia.[2,5]
Berdasarkan kategori TGA, dabigatran dalam kehamilan masuk kategori C. Artinya, obat yang karena efek farmakologisnya telah menyebabkan atau diduga menyebabkan efek berbahaya pada janin manusia atau neonatus tanpa menyebabkan malformasi, di mana kemungkinan bersifat reversibel.[8]
Penelitian pada hewan, mengungkapkan bukti kematian embrio dan janin. Namun, data mengenai penggunaan dabigatran pada wanita hamil masih terbatas dan tidak cukup untuk menentukan risiko dampak buruk pada perkembangan janin, risiko bagi ibu terkait tromboemboli vena yang tidak diobati pada kehamilan, serta risiko perdarahan pada ibu dan janin terkait penggunaan antikoagulan.[3,5]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Data keamanan penggunaan dabigatran pada ibu menyusui masih terbatas. Berdasarkan data awal, kurang dari 7% dari dosis dabigatran diabsorbsi secara oral. Data awal dari dua individu menunjukkan bahwa dabigatran diekskresikan dengan buruk ke ASI dan kemungkinan tidak akan mempengaruhi bayi yang menyusui.
Jika ibu membutuhkan dabigatran, hal ini bukan merupakan alasan untuk menghentikan menyusui. Namun, karena data masih terbatas, disarankan untuk memantau bayi prematur atau baru lahir untuk tanda-tanda pendarahan.[12]
Penulisan pertama oleh: dr. Eric Hartono Tedyanto