Pendahuluan Vaksin Difteri
Vaksin difteri merupakan vaksin berisikan toksoid difteri yang digunakan untuk menginduksi imunitas terhadap penyakit difteri. Difteri merupakan infeksi menular akut yang disebabkan oleh mikroorganisme Corynebacterium diphtheriae. Penyakit difteri sangat mudah menular dan bisa mematikan. Eksotoksin bakteri memproduksi membran yang dapat menyebabkan obstruksi laring.[1]
Vaksin difteri adalah vaksin wajib untuk anak di Indonesia. Jadwal vaksin difteri yang disarankan pada anak adalah sebanyak 5 dosis. Dosis diberikan pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, serta dosis terakhir saat usia 5-7 tahun. Vaksin difteri diberikan bersama dengan vaksin pertusis dan tetanus, atau disebut sebagai vaksin DPT.[1,2]
Terdapat beberapa jenis vaksin difteri, antara lain
- Vaksin difteri dan tetanus (DT)
- Vaksin difteri, tetanus, dan acellular/whole-body pertusis (DTaP atau DTwP)
- Vaksin tetanus dan difteri (Td)
- Vaksin tetanus, difteri, dan acellular pertusis (Tdap)
Bayi dan anak di bawah 7 tahun umumnya mendapatkan DTaP, DTwP, atau DT. Sementara itu, anak yang lebih tua dan orang dewasa mendapatkan Tdap dan Td, dimana komponen toksoid difteri yang diberikan lebih rendah. Saat ini juga sudah tersedia kombinasi DTwP atau DTaP dengan vaksin hepatitis B, vaksin Haemophilus influenzae tipe b (Hib), dan inactivated polio vaccine (IPV).[1-3]
Sediaan kombinasi vaksin difteri yang ada di Indonesia ada dalam merek dagang Boostrix®, Pediacel®, dan Pentaxim®.[9]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Vaksin Difteri
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Vaksin, Antiserum dan Immunoglobulin[10] |
Subkelas | Vaksin[10] |
Akses | Resep[10] |
Wanita hamil | Kategori FDA :C[3] Kategori TGA: A[4] |
Wanita menyusui | Tidak diketahui apakah dikeluarkan ke ASI[5,12] |
Anak-anak | Pemberian sesuai jadwal[3] |
Infant | Pemberian sesuai jadwal[3] |
FDA | Approved[3] |
Penulisan pertama oleh: dr. Aghnia Jolanda Putri