Indikasi dan Dosis Vaksin Difteri
Indikasi vaksin difteri adalah pembentukan imunitas untuk pencegahan penyakit difteri. Di Indonesia, vaksin difteri merupakan vaksin wajib yang diberikan dalam 5 dosis.[1,8]
Dosis Anak
Pada anak <7 tahun, vaksin difteri masuk dalam program vaksin wajib dalam bentuk kombinasi dengan vaksin pertusis dan tetanus. Vaksin yang dapat diberikan yaitu vaksin DTaP/DTwP dan DT. Dosis pemberian DTaP/DTwP dan DT yaitu 0,5 ml, diberikan secara intramuskuler.
Pada anak hingga usia 2 tahun, injeksi intramuskuler disarankan dilakukan pada bagian anterolateral dari tungkai atas. Sementara itu, untuk anak berusia ≥3 tahun, injeksi disarankan diberikan pada muskulus deltoid. Vaksin ini dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksin lain dengan tempat penyuntikkan yang berbeda.[1]
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) menyarankan vaksin DTaP/DTwP diberikan pada usia 2, 3, 4 bulan. Booster pertama diberikan pada usia 18 bulan. Booster selanjutnya pada usia 5-7 tahun. Pasien juga bisa mendapat booster lanjutan dengan sediaan Td atau Tdap pada usia 10-18 tahun.[7,8]
Dosis Dewasa
Pada orang dewasa, vaksin yang dapat diberikan yaitu vaksin Tdap dan Td. Dosis pemberian Tdap dan Td yaitu 0,5 ml, diberikan secara intramuskuler, sebaiknya pada muskulus deltoid. Vaksin ini dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksin lain dengan tempat penyuntikkan yang berbeda.[1]
Pada pasien yang belum pernah menerima imunisasi jenis ini, imunisasi primer diberikan sebanyak 3 dosis. Dosis pertama dan kedua diberikan dengan jarak 4-8 minggu, dilanjutkan dengan dosis ketiga yang diberikan 6-12 bulan setelah dosis kedua. Dosis booster diberikan sebanyak 0,5 ml setiap 10 tahun sekali.[3]
Wanita Hamil
Wanita hamil disarankan untuk mendapatkan satu dosis Tdap di setiap kehamilan, sebaiknya pada awal trimester ketiga.[7]
Pasien Imunokompromais
Vaksin yang mengandung difteri toksoid dapat diberikan pada orang dengan gangguan kekebalan, termasuk orang yang terinfeksi HIV, walaupun respon imunitas dapat lebih rendah dibandingkan individu imunokompeten. Secara umum, pasien dapat diberikan dosis sesuai jadwal biasa, meskipun beberapa studi menyarankan untuk menunda pemberian hingga status imun pasien membaik atau penyakit terkendali.[11]
Penulisan pertama oleh: dr. Aghnia Jolanda Putri