Efek Samping dan Interaksi Obat Vaksin Japanese Encephalitis
Efek samping vaksin Japanese Encephalitis (JE) yang paling umum terjadi adalah reaksi lokal yang ringan serta dapat hilang dengan sendirinya. Reaksi lokal dapat berupa eritema, bengkak, dan memar pada lokasi penyuntikkan. Pada keadaan yang lebih jarang, dapat terjadi reaksi anafilaksis yang mengancam jiwa. [6,7]
Efek Samping
Efek samping yang paling sering terjadi dari pemberian vaksin Japanese Encephalitis (JE) adalah reaksi lokal pada lokasi penyuntikkan.
Pada bayi berusia 2 bulan sampai <1 tahun, reaksi pada lokasi injeksi yang paling umum terjadi adalah kemerahan. Efek samping lain yang dapat timbul adalah reaksi sistemik seperti demam, iritabilitas, dan diare. Pada anak berusia 1–12 tahun, reaksi yang paling umum terjadi adalah demam (>20%). [11,12]
Pada remaja usia 12–18 tahun, nyeri pada lokasi suntikan menjadi reaksi yang paling sering terjadi. Pada dewasa berusia ≥18 tahun, reaksi lokal yang sering terjadi adalah nyeri, diikuti reaksi sistemik berupa sakit kepala dan myalgia. [6,11,12]
Beberapa efek samping lain yang dapat terjadi, antara lain mual, muntah, nyeri abdomen, penurunan nafsu makan, ruam kemerahan pada kulit, batuk, kongesti nasal, dyspnea, rinorrhea, sinkop, serta reaksi anafilaksis yang mengancam jiwa. [15,16]
Pada inactivated mouse brain-derived cell culture vaccine, terdapat kandungan jaringan saraf yang meningkatkan kemungkinan efek samping neurologis seperti Acute Disseminated Encephalomyelitis (ADEM). Efek samping ini dilaporkan terjadi pada 1 dari 1 juta vaksin di Jepang. Sedangkan di Denmark, efek samping ini dilaporkan terjadi pada 1 per 50.000-75.000 vaksin dalam kurun waktu 12 tahun (1983 – 1995). [6]
Interaksi Obat
Vaksin Japanese Encephalitis (JE) dapat meningkatkan risiko perdarahan jika digunakan bersamaan dengan obat antikoagulan (seperti aspirin dan warfarin). Pemberian vaksin JE pada individu yang mendapat terapi imunosupresan, seperti kortikosteroid dosis tinggi, dapat menurunkan respon imun. [1,15,16]
Pemberian vaksin JE bersama dengan komponen imunoglobulin dapat menurunkan respon terhadap vaksin. Untuk menghindari efek netralisasi, sebaiknya vaksinasi tidak dilakukan dalam 6 minggu hingga 3 bulan setelah injeksi imunoglobulin atau produk darah yang mengandung imunoglobulin. [15,16]