Farmakologi Vaksin Japanese Encephalitis
Farmakologi vaksin Japanese Encephalitis (JE) adalah dengan menginduksi kekebalan tubuh melalui produksi antibodi.
Farmakodinamik
Vaksin Japanese Encephalitis (JE) terbagi dalam 4 jenis, yaitu inactivated mouse brain-derived vaccine, inactivated vero cell-derived vaccine, live-attenuated vaccine, serta live attenuated chimeric vaccine dengan strain virus berbeda. [4-6]
Pada inactivated mouse brain-derived vaccine dengan strain Beijing-1 dilakukan modifikasi untuk mengurangi atau menghilangkan bahan otak dalam vaksin sehingga dapat menghindari potensi komplikasi neurologis, serta meningkatkan kemurnian vaksin dengan ultrasentrifugasi dan pengendapan protein. [1,11,13]
Pada inactivated vero cell-derived vaccine dengan strain SA 14-14-2, terdapat beberapa kelebihan seperti biaya yang lebih murah dan kontrol kualitas vaksin yang lebih mudah karena komponennya diatur dengan baik untuk mencegah adanya serum, antibiotik, atau imunogen potensial lain. [11,13]
Live-attenuated vaccine strain 14-14-2 merupakan vaksin berbasis sel Primary Hamster Kidney (PHK) yang tidak aktif serta hanya membutuhkan dosis tunggal untuk menginduksi respon imun.
Vaksin JE terbaru, yakni live attenuated chimeric vaccine, menggunakan nonstructural protein backbone dari vaksin virus yellow fever (YFV) 17D dengan protein struktural prM dan E dari vaksin live-attenuated strain 14-14-2 yang diintegrasikan ke dalam genom. [12,13]
Farmakokinetik
Vaksin Japanese Encephalitis (JE) terbukti efektif memberikan perlindungan terhadap penyakit akibat infeksi virus Japanese Encephalitis (JEV). Dalam 2 studi uji klinis spesifik di Taiwan dan Thailand, didapatkan efikasi proteksi vaksin JE sebesar 80-90% setelah pemberian 2 dosis vaksin inactivated mouse brain-derived. Selain itu, vaksin inactivated vero cell-derived juga terbukti aman dan efektif. Penggunaan regimen vaksinasi primer dua dosis terbukti meningkatkan respon antibodi sebesar 97,3% pada hari ke 56 pasca imunisasi. [13]
Pada vaksin live-attenuated, dilaporkan efikasi sebesar 95% setelah inokulasi tunggal hingga 96% pada 5 tahun setelah dosis tunggal. Efikasi dapat meningkat menjadi 97,5% setelah pemberian booster 1 tahun. [12-14]