Farmakologi Vaksin Tifoid
Farmakologi vaksin tifoid adalah dengan merangsang respon imun untuk mencegah infeksi Salmonella typhi, sehingga tubuh dapat terhindar dari penyakit demam tifoid. Vaksin tifoid yang umum digunakan dan beredar luas ada dua, yaitu vaksin tifoid oral dan vaksin tifoid injeksi/parenteral.[6,8,9]
Farmakodinamik
Vaksin tifoid oral berasal dari bakteri Salmonella typhi hidup yang telah dilemahkan, sedangkan vaksin tifoid injeksi bahannya berasal dari bakteri yang telah mati. Jenis vaksin tifoid oral adalah live attenuated Ty21a vaccine.[6,8,9]
Sementara itu, vaksin tifoid injeksi tersedia dalam 2 jenis, yaitu unconjugated Vi polysaccharide (ViPS) vaccine dan typhoid conjugate vaccine (TCV). Di Indonesia vaksin jenis TCV belum tersedia. Pengaruh vaksin tifoid terhadap tubuh adalah merangsang respon imun untuk mencegah infeksi Salmonella typhi, sehingga tubuh dapat terhindar dari penyakit demam tifoid.[6,8,9]
Vaksin tifoid oral merangsang respon imun lokal pada traktus gastrointestinal, sedangkan vaksin tifoid injeksi menginduksi peningkatan anti-Vi antibodies di dalam tubuh. Vaksin tifoid oral dapat diberikan mulai anak di atas 6 tahun, sedangkan vaksin tifoid injeksi ViPS bisa diberikan pada anak di atas 2 tahun.[2,9,10]
Vaksin Tifoid Oral
Vaksin tifoid oral sudah dikembangkan sejak awal tahun 1970 an, dalam bentuk sediaan kapsul gelatin berlapis phthalate atau sachet. Vaksin tifoid oral berisi lyophilised Ty21a, yaitu strain mutant Salmonella enterica serovar typhi (S. typhi) dari bakteri hidup yang telah dilemahkan.[6,8]
Ty21a Vaccine (Vivotif) bekerja dengan cara merangsang respon imun lokal pada traktus gastrointestinal. Bakteri yang dilemahkan merangsang biosintesis lipopolysaccharide yang akhirnya menginduksi respon protektif imunitas pasien. Vaksin ini merangsang pembentukan serum IgG, sekresi IgA intestinal dan respon cell-mediated immune.[6,8,9]
Lipopolysaccharide yang terbentuk intermediates di dinding usus juga berperan melemahkan sifat virulen bakteri, sehingga bakteri yang dilemahkan dalam vaksin akan mengalami lisis sebelum dapat menyebabkan infeksi. Daya proteksi dilaporkan ada yang mencapai 100%, tetapi di Indonesia hanya 36‒66%. Vaksin jenis ini tidak diberikan pada anak di bawah 6 tahun.[6,8-10]
Vaksin Tifoid Injeksi
Vaksin tifoid injeksi yaitu vaksin polisakarida Vi (unconjugated Vi polysaccharide / ViPS) bekerja menginduksi anti-Vi antibodies di dalam tubuh yang secara langsung berfungsi sebagai sistem imun untuk melawan infeksi bakteri Salmonella typhi.[6,10]
Vaksin tifoid injeksi yang mengandung polisakarida Vi dari basil salmonella diproduksi dengan memfermentasi strain Ty2, menginaktivasinya dengan formaldehide, kemudian mengekstraksi polysaccharide dari supernatan menggunakan pembersih. Studi menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pemberian vaksin parenteral Typhoid Vi Polysaccharide Vaccine hingga 74% dalam mencegah terjadinya infeksi pada anak mulai dari usia 2 tahun dan dewasa.[6,9]
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Indonesia, vaksin tifoid polisakarida Vi mempunyai daya proteksi 60‒70% pada orang dewasa dan anak >5 tahun. Vaksin jenis ini tidak diberikan pada anak dibawah 2 tahun.[10]
Farmakokinetik
Vaksin tifoid oral membutuhkan waktu 1 minggu sebelum bekerja dalam tubuh, sedangkan vaksin tifoid injeksi dianjurkan untuk diberikan 2 minggu sebelum pergi ke daerah endemik. Lama proteksi vaksin tifoid oral bisa bertahan selama 5 tahun, sedangkan vaksin tifoid injeksi perlu di booster setiap 3 tahun.[9,10]
Vaksin Tifoid Oral
Vaksin tifoid oral dalam tubuh membutuhkan waktu sekitar 1 minggu setelah pemberian dosis terakhir sebelum bekerja. Vaksin tifoid oral berisi galur non patogen Salmonella Typhi strain Ty21 yang diturunkan secara kimia dari bakteri Salmonella typhi liar yang dilemahkan. Galur Salmonella Typhi Ty21a tersebut sudah tidak dapat terdeteksi pada feses pasien lebih dari 3 hari setelah menerima vaksin.[9,10]
Uji klinis yang telah dilakukan di beberapa negara endemik demam tifoid (Chili, Mesir dan Indonesia), menunjukkan berbagai tingkat perlindungan terhadap demam tifoid. Sebuah uji klinis besar pada lebih dari 200.000 anak sekolah dalam membandingkan efektivitas dosis vaksin tifoid oral bila diberikan dengan 2, 3 ataupun 4 dosis.[9,10]
Studi tersebut menunjukkan bahwa respon imun tubuh terbentuk hanya dengan 3 dosis vaksin tifoid oral, tetapi pemberian 4 dosis vaksin tifoid oral yang diberikan selang sehari dalam 1 minggu, memberikan hasil yang lebih signifikan dalam melindungi pasien dari infeksi demam tifoid. Lama proteksi bertahan selama 5 tahun.[9,10]
Vaksin Tifoid Injeksi
Setelah dilakukan injeksi, 85–95% orang dewasa dan anak usia >2 tahun dengan cepat mengembangkan anti-Vi antibodies. Namun dianjurkan untuk melakukan vaksinasi 2 minggu sebelum perjalanan ke daerah endemik untuk memastikan vaksin bekerja. Vaksin tifoid injeksi yang berisi polisakarida Vi perlu di booster setiap 3 tahun.[9,11]
Vaksin ini telah digunakan dalam uji klinis di negara endemik demam tifoid (Cina, Nepal dan Afrika selatan), dengan hasil memperlihatkan tingkat proteksi moderat terhadap infeksi demam tifoid. Sebuah studi yang mengevaluasi keamanan dan imunogenisitas vaksin Typhim Vi dilakukan pada 175 anak Indonesia.[9,10]
Persentase anak-anak berusia 2 hingga 5 tahun yang mencapai tingkat antibodi 7 kali lipat atau lebih tinggi dalam 4 minggu setelah vaksinasi adalah 96,3%.[9,10]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini