The Effect of Shared Decision making on Patients’ Likelihood of Filing a Complaint or Lawsuit: A Simulation Study
Schoenfeld EM, Mader S, Houghton C, Wenger R, Probst MA, Schoenfeld DA, et al. The Effect of Shared Decision making on Patients’ Likelihood of Filing a Complaint or Lawsuit: A Simulation Study. Ann Emerg Med. 2019; 74:126-136.
Abstrak
Tujuan Studi: Pengambilan keputusan bersama telah dilakukan sebagai metode untuk meningkatkan pengambilan keputusan medis yang berbasis pasien (patient-centeredness) dan menurunkan angka pemeriksaan yang tidak perlu (low-yield testing), namun konsekuensi secara medikolegalnya masih sedikit diketahui pada kasus yang tidak diharapkan atau adverse outcome. Peneliti berupaya untuk menentukan apakah pengambilan keputusan bersama dapat mengubah persepsi kesalahan dan tanggung jawab dalam kasus yang tidak diharapkan.
Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimen simulasi terkontrol secara acak yang dilakukan dengan survey menggunakan sketsa klinis yang terbagi menjadi grup tidak melakukan pengambilan keputusan bersama, pengambilan keputusan bersama secara singkat, atau pengambilan keputusan bersama secara menyeluruh. Subjek penelitian merupakan warga negara Amerika Serikat dewasa yang direkrut melalui platform daring crowdsourcing. Subjek penelitian diacak ke dalam tiga sketsa klinis. Semua informasi lain yang diberikan adalah sama, termasuk keputusan klinis akhir dan efek samping. Hasil luaran primer adalah melaporkan kemungkinan subjek melakukan tindakan hukum. Hasil luaran sekunder meliputi persepsi kesalahan, kualitas perawatan, dan kepercayaan terhadap dokter.
Hasil: Peneliti merekrut 804 partisipan. Partisipan yang menjalani keputusan bersama (secara singkat dan menyeluruh) 80% lebih sedikit kemungkinannya melapor untuk menghubungi pengacara dengan partisipan yang tidak menjalani pengambilan keputusan bersama (12% dan 11% vs 41%, OR 0,2; 95% CI 0,12 sampai 0,31). Partisipan yang terekspos pengambilan keputusan bersama dilaporkan memiliki tingkat kepercayaan kepada dokter atau tenaga kesehatan yang lebih tinggi dan lebih kecil kemungkinannya untuk menyalahkan tenaga kesehatan untuk hasil yang terjadi dibandingkan dengan partisipan yang tidak menjalani pengambilan keputusan bersama.
Kesimpulan: Pada konteks hasil yang tidak diharapkan dari diagnosis yang terlewat, penggunaan pengambilan keputusan bersama dapat memengaruhi persepsi pasien terhadap kesalahan dan tanggung jawab.
Ulasan Alomedika
Pengambilan keputusan bersama antara dokter dengan pasien sudah mulai dilakukan di dalam praktik klinis untuk meningkatkan perawatan yang berpusat pada pasien (patient-centered), memfasilitasi autonomi pasien, dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Selain itu, pengambilan keputusan bersama ini memungkinkan pasien mengerti risiko dan keuntungannya sehingga lebih kecil kemungkinan untuk memilih opsi-opsi yang invasif atau agresif yang sebenarnya tidak diperlukan.
Namun, belum ada bukti mengenai efek pengambilan keputusan bersama ini pada risiko malpraktik atau efek samping. Tujuan penelitian simulasi ini jelas, yaitu untuk melihat apakah partisipan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk melaporkan keluhan atau menghubungi pengacara apabila terjadi hasil yang tidak diharapkan terhadap tindakan perawatan yang dikerjakan.
Ulasan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi eksperimen simulasi yang dilakukan secara acak melalui survei (kuesioner). Subjek penelitian studi ini merupakan warga negara Amerika Serikat yang berusia 18 tahun ke atas yang direkrut dari platform daring Amazon Mechanical Turk. Partisipan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pengambilan keputusan sepihak, pengambilan keputusan bersama secara singkat, dan pengambilan keputusan secara menyeluruh.
Peneliti menggunakan skenario klinis suspek appendicitis karena dua alasan, yaitu tenaga kesehatan melaporkan menggunakan pengambilan keputusan bersama pada skenario tersebut, dan “kegagalan atau keterlambatan diagnosis”. Hal ini merupakan alasan umum melakukan tindakan hukum terhadap tenaga kesehatan IGD.
Hasil luaran primer adalah proporsi partisipan di setiap kelompok setelah membaca seluruh sketsa memberi respon apakah mereka “agak mungkin” atau “sangat mungkin” untuk menghubungi pengacara untuk mendiskusikan pilihan mereka. Hasil luaran sekunder adalah pengukuran kesalahan dan menyalahkan, peringkat dokter, dan melaporkan tingkat kepercayaan pada skor dokter.
Pada penelitian ini digunakan test X2 dan Fisher’s exact dalam menilai apakah pengambilan keputusan bersama dari berbagai level memengaruhi respon niatan partisipan untuk menggugat dan pengukuran sekunder.
Ulasan Hasil Penelitian
Pada kelompok yang tidak menjalankan pengambilan keputusan bersama, 41% responden melaporkan bahwa mereka “agak mungkin” atau “sangat mungkin” menghubungi pengacara untuk berdiskusi mengenai proses pengadilan, sedangkan pada grup pengambilan keputusan secara singkat sebesar 12%, dan pada grup pengambilan keputusan secara menyeluruh sebesar 11%.
Odds Ratio untuk menghubungi pengacara antara pengambilan keputusan bersama secara singkat dibandingkan dengan pengambilan keputusan sepihak adalah 0,2, dan OR untuk pengambilan keputusan secara menyeluruh adalah 0,17. Partisipan yang menjalankan pengambilan keputusan bersama (secara singkat dan menyeluruh) 80% lebih sedikit kemungkinannya untuk melapor rencana untuk menghubungi pengacara dibandingkan dengan partisipan yang tidak menjalankan pengambilan keputusan bersama.
Partisipan pada kelompok pengambilan keputusan bersama secara singkat dan menyeluruh lebih sedikit yang percaya bahwa kesalahan telah terjadi dan kesalahan ada pada dokter. Partisipan pada kedua grup tersebut lebih percaya bahwa pasien dan dokter telah berbagi tanggung jawab atas hasil yang terjadi. Secara keseluruhan, peringkat kunjungan unit gawat darurat meningkat seiring dengan peningkatan level pengambilan keputusan bersama. Selain itu, peningkatan peringkat rasa kepercayaan terhadap dokter juga lebih tinggi pada grup pengambilan keputusan bersama.
Sebagian besar pasien pada grup pengambilan keputusan bersama secara menyeluruh melaporkan bahwa mereka “mungkin” atau “pasti” merekomendasikan unit gawat darurat yang dikunjungi, dibandingkan dengan kurang dari 8% pasien pada grup pengambilan keputusan sepihak. Efek positif pada pengambilan keputusan bersama dinilai dapat menutupi efek negatif dari efek samping atau hasil yang tidak diharapkan dalam hal hubungan pasien dengan dokter.
Kelebihan Penelitian
Penelitian ini merupakan studi pertama dengan jumlah partisipan yang besar untuk menilai apakah penggunaan pengambilan keputusan bersama dapat memberikan proteksi medikolegal pada kasus efek samping atau hasil perawatan yang kurang baik. Melalui studi ini, dapat diketahui bahwa adanya pengambilan keputusan bersama sangat dihargai oleh pasien.
Kekurangan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah penelitian ini merupakan studi simulasi yang menggunakan sketsa hipotesis. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menilai efek pengambilan keputusan pada tuntutan hukum aktual sehingga peneliti menggunakan skenario klinis dengan pasien unit gawat darurat untuk menilai reaksi terhadap adanya efek samping terhadap tindakan perawatan.
Beberapa faktor perancu dapat menyebabkan bias pada hasil studi ini. Karakteristik demografik pada penelitian ini adalah partisipan dengan tingkat edukasi yang cukup tinggi dan memiliki status sosioekonomi yang lebih baik. Beberapa bukti menyatakan pasien dengan status sosioekonomi yang lebih rendah lebih jarang untuk menuntut dokter.
Selain itu, studi simulasi ini hanya menggunakan 1 skenario, yaitu apendisitis akut di unit gawat darurat, dan kondisi ini mungkin tidak dapat digeneralisasi pada skenario lain di unit gawat darurat atau unit lain.
Aplikasi Penelitian di Indonesia
Penelitian ini merekomendasikan pengambilan keputusan bersama dalam pengambilan tindakan medis untuk menghindari kemungkinan tuntunan atau proses hukum apabila terjadi hasil yang kurang baik. Selain itu, pengambilan keputusan bersama merupakan praktek pelayanan berbasis pasien atau patient centered dan sebaiknya dilakukan sehubungan dengan autonomi pasien.
Penelitian ini dapat diaplikasikan oleh tenaga kesehatan, khususnya dokter, dalam pelayanannya dalam memutuskan suatu tindakan atau pemeriksaan yang akan dijalankan pasien. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kepercayaan pasien terhadap dokter dan diharapkan dapat menjadi proteksi medikolegal khususnya pada kejadian-kejadian yang tidak diharapkan.