Patofisiologi Ileus Obstruktif
Patofisiologi ileus obstruktif adalah adanya sumbatan pada usus yang menyebabkan dilatasi usus di proksimal dari sumbatan dan kolapsnya usus di distal dari sumbatan. Obstruksi ini dapat terjadi pada usus halus maupun usus besar.[1-3]
Obstruksi Usus Halus
Sumbatan usus halus dapat berupa sumbatan parsial atau komplit. Selain itu, sumbatan juga bisa dibedakan menjadi sumbatan sederhana (non-strangulata) atau strangulata. Adanya sumbatan di distal bisa menyebabkan dilatasi di proksimal akibat akumulasi sekresi gastrointestinal dan udara yang tertelan.[3]
Dilatasi proksimal usus akan memicu aktivitas sekretori pada sel usus, yang akhirnya menyebabkan akumulasi cairan lebih banyak lagi dalam usus. Hal ini akan merangsang peningkatan peristalsis di sekitar sumbatan, yang bermanifestasi sebagai peningkatan bising usus. Pada tahap awal, kondisi ini disertai dengan diare yang sering dan buang gas. Pasien juga dapat mengalami muntah akibat obstruksi pasase usus.[3]
Bila akumulasi cairan dalam usus terus berlangsung, pasien bisa mengalami dehidrasi karena kehilangan cairan dari intravaskular ke dalam usus. Obstruksi di usus halus juga membuat cairan tidak bisa sampai ke kolon untuk direabsorpsi, sehingga memperparah kehilangan cairan. Fenomena ini dikenal sebagai terbentuknya “third space” cairan. Distensi usus juga meningkatkan tekanan intraluminal. Hal ini memicu kompresi saluran limfatika mukosa dan menyebabkan limfedema dinding usus.[3]
Komplikasi obstruksi usus yang paling mengancam nyawa adalah strangulasi, terutama pada obstruksi closed-loop. Sekitar 40% pasien mengalami hernia strangulata, dengan penyebab paling sering berupa adhesi usus. Strangulasi terjadi ketika lengkungan usus yang terdistensi terpuntir pada bagian pedikula mesenterikus. Tertutupnya arteri dapat menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan usus. Jika tidak ditangani, keadaan ini dapat berlanjut menjadi perforasi, peritonitis, syok sepsis, dan kematian.[3-5]
Obstruksi Usus Besar
Obstruksi mekanis usus besar akan menyebabkan dilatasi di bagian proksimal obstruksi yang bisa menimbulkan edema mukosa dan gangguan aliran darah arteri serta vena. Gangguan aliran darah ini menyebabkan iskemia dan gangguan permeabilitas mukosa usus. Peningkatan permeabilitas mukosa berisiko menyebabkan perpindahan mikroba, toksisitas sistemik, dehidrasi, serta kelainan elektrolit.[2]
Selain itu, iskemia usus berisiko menyebabkan perforasi, kontaminasi usus ke kavitas peritoneal, dan nekrosis usus. Pada obstruksi closed-loop, proses ini menjadi semakin cepat akibat tertutupnya katup ileocecal atau hernia inkarserata.[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Amelia Febrina