Epidemiologi Dermatitis Seboroik
Menurut data epidemiologi, dermatitis seboroik terjadi di seluruh dunia dengan angka prevalensi sekitar 5%. Prevalensi varian noninflamasi seperti ketombe diperkirakan terjadi pada hingga 50% populasi dewasa di seluruh dunia. Dermatitis seboroik terjadi pada semua kelompok etnis secara global.[1]
Global
Data prevalensi dermatitis seboroik bervariasi antara 3–5% dari seluruh populasi dunia. Angka lebih tinggi terjadi pada tipe noninflamasi seperti ketombe. Suatu penelitian yang dilakukan di Jerman terhadap sekitar 160.000 responden menemukan sebanyak 4,6% laki-laki dan 1,4% wanita terdiagnosis dermatitis seboroik.[1,2,9,10]
Prevalensi terbanyak berdasarkan usia yaitu pada usia tiga bulan pertama kehidupan, disusul paling banyak kedua pada usia sekitar 40 tahun. Dermatitis seboroik sedikit lebih parah apabila terjadi pada pria dibanding bila terjadi pada wanita. Prevalensi dermatitis seboroik pada pasien HIV stadium awal adalah 35% dan 85% pada orang dengan AIDS. [1,2,10]
Indonesia
Data epidemiologi dermatitis seboroik di Indonesia masih terbatas. Data yang ada saat ini hanya berupa studi-studi individual di beberapa rumah sakit yang tersebar. Penelitian epidemiologi lebih komprehensif masih dibutuhkan di Indonesia.[11]
Mortalitas
Dermatitis seboroik umumnya tidak menimbulkan mortalitas. Namun, kondisi ini menjadi penyebab meningkatnya biaya perawatan kesehatan dan bahkan kehilangan pekerjaan. Dermatitis seboroik memengaruhi kualitas hidup pasien seperti merasa malu, terbebani secara psikologis, dan terbebani secara ekonomi untuk biaya perawatan.[12]
Penulisan pertama oleh: dr. Athieqah Asy Syahidah