Etiologi Dermatitis Seboroik
Etiologi dermatitis seboroik masih belum sepenuhnya diketahui tetapi diduga berkaitan dengan flora kulit normal berupa Malassezia spp, komposisi lipid pada permukaan kulit, dan kerentanan individu. Selain itu, pasien dengan dermatitis seboroik diperkirakan memiliki gangguan barrier kulit.[1,2]
Beberapa obat tertentu juga mungkin menginduksi atau memperparah kasus dermatitis seboroik, contohnya buspirone, chlorpromazine, cimetidine, fluorouracil, griseofulvin, haloperidol, lithium, dan metildopa.[2]
Faktor Risiko
Faktor risiko dermatitis seboroik dibedakan menjadi faktor eksogen dan endogen.
Faktor Eksogen
Faktor eksogen yang berpengaruh selain Malassezia dan mikrobiota lainnya adalah stres, perawatan kulit dan rambut yang buruk, cuaca lembab dan panas, serta obat seperti agen antineoplastik dan inhibitor endothelial growth factor receptor (EGFR). Faktor tambahan termasuk obat-obatan, suhu musim dingin, dan stres juga diketahui dapat memperburuk dermatitis seboroik.[6,18]
Faktor Endogen
Faktor endogen yang berperan dalam patofisiologi dermatitis seboroik adalah jenis kelamin laki-laki, peningkatan aktivitas hormon androgen, peningkatan aktivitas kelenjar sebaseus, serta faktor genetik.
Lebih tingginya prevalensi dermatitis seboroik pada laki-laki diperkirakan terjadi karena kadar androgen yang lebih tinggi. Androgen dapat memengaruhi aktivitas kelenjar sebaseus dan komposisi lipid dengan cara menunjang pertumbuhan Malassezia.[6]
Adanya gangguan sistem imun seperti pada pasien HIV, limfoma, dan pasien dengan depresi sumsum tulang dapat berpengaruh pada patofisiologi dermatitis seboroik. Selain itu, kelainan sistem saraf seperti pada pasien stroke juga diketahui berhubungan dengan peningkatan risiko dermatitis seboroik.[6]
Peningkatan level mikronutrien, antioksidan, malondialdehid (MDA), dan imunoglobulin juga diduga berhubungan dengan patofisiologi dermatitis seboroik. Perubahan tersebut diperkirakan bukan sebagai penyebab tetapi sebagai konsekuensi dari penyakit. Pola diet tertentu mungkin berhubungan dengan kejadian dermatitis seboroik, tetapi hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut karena belum memiliki bukti adekuat.[7,8]
Penulisan pertama oleh: dr. Athieqah Asy Syahidah