Pendahuluan Granuloma Piogenik
Granuloma piogenik atau yang dikenali juga sebagai granuloma pyogenicum adalah tumor vaskular jinak yang terjadi pada kulit dan mukosa, yang terkadang juga dapat ditemukan secara subkutan atau intravaskular. Granuloma piogenik dapat muncul secara spontan, di tempat cedera atau dalam malformasi kapiler.[1-3]
Istilah yang lebih akurat untuk granuloma piogenik adalah hemangioma kapiler lobular (lobular capillary hemangioma). Sebelumnya, granuloma piogenik sering dianggap sebagai reaksi granulomatosa berlebih pada infeksi atau infeksi piogenik, sehingga istilah yang digunakan adalah granuloma piogenik. Di masa kini, istilah granuloma piogenik sering menyebabkan miskonsepsi.[1]
Granuloma piogenik biasanya diawali dengan papul merah kecil yang lama kelamaan bisa teraba karena pertumbuhannya yang cepat. Lokasi predileksi adalah tangan, bibir bawah dan gingiva. Pada lesi dapat terjadi ulserasi dan juga perdarahan.
Granuloma piogenik telah dikaitkan dengan obat-obatan tertentu seperti kontrasepsi oral dan obat retinoid. Obat lain yang juga berisiko adalah penggunaan obat antineoplastik fluorouracil, gefitinib, capecitabine, dan afatinib. Docetaxel, obat kemoterapi yang digunakan sebagai terapi untuk kanker payudara, juga telah dilaporkan menyebabkan granuloma piogenik. Sebagian besar tumor terjadi sebagai lesi soliter, tetapi tumor multipel berkelompok atau diseminata pernah dilaporkan. Beberapa tumor diseminata terjadi akibat efek samping pengobatan melanoma dengan golongan BRAF inhibitors seperti vemurafenib atau encorafenib.[1,2,11,18-21]
Pasien granuloma piogenik umumnya mengalami manifestasi klinis berupa nodul vaskular eksofitik kemerahan yang kecil atau besar, halus atau berlobus, yang dapat tumbuh dengan cepat. Perdarahan yang banyak dapat terjadi pada lesi dan merupakan alasan utama kunjungan ke layanan kesehatan.[11]
Tata laksana granuloma piogenik adalah dengan melakukan eksisi. Berbagai metode seperti pembedahan dengan jahitan hingga laser tanpa jahitan dapat menjadi pilihan bergantung pada lokasi dan indikasi. Namun, pada kasus dimana kanker dicurigai, maka perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi terlebih dulu. Perlu dipertimbangkan dan diedukasi kepada pasien adanya kemungkinan rekurensi.[1-3]