Penatalaksanaan Granuloma Piogenik
Penatalaksanaan granuloma piogenik bertujuan untuk menghilangkan jaringan dan mencegah rekurensi. Terapi yang umum digunakan untuk granuloma piogenik adalah eksisi. Metode eksisi yang dapat digunakan bervariasi berdasarkan lokasi lesi, ukuran, dan keinginan pasien. Metode untuk eksisi dapat menggunakan kuretase, elektrokauter, radiosurgery, cryosurgery, sclerotherapy, atau terapi laser.[7,11,12]
Penatalaksanaan Secara Umum
Sampai sekarang, tidak ada konsensus mengenai pendekatan optimal untuk pengobatan granuloma piogenik. Dalam literatur ilmiah, modalitas pengobatan dijelaskan dalam seri dan laporan kasus, serta belum ada uji klinis acak terkontrol yang dilakukan.[18]
Tergantung pada area, ukuran dan keinginan pasien, kuretase, elektrokauter, radiosurgery, cryosurgery, sclerotherapy, atau perawatan laser dapat dipilih. Namun, dalam kasus di mana ada kemungkinan tumor ganas, teknik yang dipilih untuk pengangkatan lesi haruslah yang dapat menyediakan sampel untuk analisis histopatologi.[18,23]
Eksisi Bedah
Perawatan granuloma piogenik terdiri dari eksisi yang dilaporkan menghasilkan tingkat kekambuhan terendah.
Untuk area yang tidak sensitif secara kosmetik, direkomendasikan untuk melakukan eksisi bedah full-thickness, karena memberikan spesimen yang optimal untuk konfirmasi diagnosis secara histologis dan memiliki tingkat kekambuhan yang paling rendah. Jaringan parut adalah kelemahan utama dari perawatan bedah. Oleh karena itu, untuk area di mana jaringan parut dapat menjadi masalah, pilihan perawatan lain dapat dipertimbangkan juga.[18,23]
Laser
Laser dioda dengan panjang gelombang antara 808 hingga 980 nm atau laser solid-state neodymium - yttrium aluminium garnet (Nd:YAG), laser erbium-YAG dan laser CO2 telah dilaporkan digunakan pada kasus granuloma piogenik. Laser Erbium-YAG tidak memiliki koagulasi, sehingga tidak disarankan pada lesi yang lebih besar.
Cryotherapy
Cryotherapy dengan nitrogen cair telah dimanfaatkan dalam pengobatan granuloma piogenik kecil dengan risiko kekambuhan yang rendah. Namun, cryotherapy tidak memungkinkan konfirmasi histologis. Oleh karena itu, dalam kasus di mana kanker dicurigai, cryotherapy tidak boleh dipilih.[18,24,25]
Pilihan Terapi Lainnya
Telah dilaporkan penggunaan terapi fotodinamik dengan asam 5-aminolevulinat untuk kasus granuloma piogenik tunggal pada jari.[11]
Berbagai pengobatan topikal atau intralesi telah dilaporkan dalam pengelolaan PG, termasuk skleroterapi, kortikosteroid intralesi, bleomisin intralesi, dan ligasi jahitan. Kelemahan dari modalitas ini adalah ketidakmampuan untuk melakukan pemeriksaan histologis dan tingkat kekambuhan yang tinggi. Selain itu, sangat sedikit bukti ilmiah yang tersedia untuk metode ini. Oleh karena itu, modalitas ini harus dipilih hanya jika yang lain tidak memungkinkan untuk pasien.[18]
Terapi Pada Anak
Pada pasien anak, terapi topikal atau oral menggunakan antagonis reseptor beta-adrenergik seperti timolol atau propranolol telah teruji efektif. Granuloma piogenik periungual dapat diterapi dengan krim propranolol 1% secara topikal. Sedangkan untuk granuloma piogenik okular, dapat diterapi dengan tetes mata timolol 0,5% dua kali sehari selama 21 hari. Kedua terapi tersebut membutuhkan monitoring ketat.[11,13-15]
Terapi Granuloma Piogenik Oral
Pada tipe granuloma piogenik oral, pilihan terapi yaitu eksisi secara bedah dengan kuretase subperiosteal yang bertujuan untuk mencegah rekurensi. Selain itu, edukasi mengenai oral hygiene dan tindakan root scaling and planning dapat membantu mencegah iritan seperti plak dan benda asing lain yang dapat meningkatkan angka rekurensi.[16]
Terapi pada Kasus Granuloma Piogenik Pasca Luka Bakar
Pada kasus granuloma piogenik yang muncul setelah luka bakar, lesi yang luas dapat diterapi dengan full thickness skin excision dan debridement. Setelah itu dapat dilakukan graft kulit yang terdiri dari lapisan dermis dan epidermis. Kasus ini sangatlah jarang, dengan mekanisme patologis yang masih belum diketahui. Perlu dilakukan konfirmasi histopatologi dan juga kultur luka untuk melihat adanya keterlibatan patogen lain pada lesi.[17]