Epidemiologi Acne Vulgaris
Epidemiologi acne vulgaris atau jerawat bervariasi di setiap negara dengan prevalensi tertinggi pada usia pubertas. Menurut studi, sekitar 35–100% remaja pernah mengalami jerawat. Namun, jerawat juga bisa terjadi pada orang dewasa.
Global
Berdasarkan Global Burden of Disease Study 2010, jerawat menempati urutan ke-8 penyakit kulit terbanyak, dengan prevalensi global untuk semua usia sekitar 9,38%. Prevalensi jerawat bervariasi di tiap negara. Jerawat paling sering terjadi pada usia pubertas. Sekitar 35–100% remaja diperkirakan pernah memiliki jerawat.[5,7]
Pada wanita, acne vulgaris dapat menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi 1 tahun sebelum menarche. Prevalensi puncak jerawat umumnya terjadi pada usia 14–19 tahun lalu dapat menurun atau menetap seiring bertambahnya usia. Studi oleh Collier et al. menemukan bahwa jerawat pada 42,5% pria dan 50,9% wanita menetap hingga usia 20-an. Pada usia 40-an, sekitar 1% pria dan 5% wanita masih memiliki jerawat.[5]
Indonesia
Data epidemiologi acne vulgaris di Indonesia belum tersedia. Data yang tersedia hanya berupa laporan dari beberapa rumah sakit. Suatu studi di rumah sakit pendidikan di Lampung pada 121 pasien berjerawat (tahun 2009–2011) melaporkan bahwa jerawat lebih banyak dialami oleh wanita (69,7%) daripada pria (30,3%), dengan persentase tertinggi (53,2%) pada kelompok usia 16–25 tahun.[8]
Mortalitas
Umumnya jerawat tidak mengakibatkan mortalitas tetapi bisa menyebabkan morbiditas berupa bekas jerawat di kulit dan gangguan psikologis, seperti citra diri buruk, depresi, dan kecemasan, yang tentunya berdampak negatif pada kualitas hidup. Suatu studi epidemiologi oleh Yentzer et al. menyatakan bahwa wanita dengan jerawat dua kali lebih banyak mengalami depresi daripada pria (10,6% vs 5,3%).[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Athieqah Asy Syahidah
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari