Pendahuluan Tinea Fasialis
Tinea fasialis adalah infeksi jamur superfisial pada area kulit wajah akibat dermatofita. Dermatofita dikenal juga dengan nama jamur keratinofilik karena memiliki kemampuan untuk menginvasi jaringan yang memiliki keratin, seperti rambut, kulit, dan kuku.
Pada tinea fasialis, jamur dapat menginfeksi lapisan stratum korneum pada epidermis kulit wajah. Tinea fasialis terbatas pada area wajah di luar area jenggot. Infeksi dermatofita pada area jenggot, disebut dengan istilah tinea barbae.
Dermatofita terbanyak yang menjadi penyebab tinea fasialis adalah spesies Epidermophyton, Trichophyton dan Microsporum. Dermatofita tersebut tersebar secara global dan sering kali ditularkan dari orang ke orang, hewan peliharaan atau hewan ternak, dan barang-barang yang digunakan bersama. Penggunaan masker kain yang berkepanjangan dan bergantian dengan orang lain karena kewajiban memakai masker saat pandemi Covid-19 belakangan ini juga dilaporkan menjadi salah satu penyebab tinea fasialis atau dikenal sebagai ‘mask tinea’.[1-5]
Tinea fasialis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih banyak terjadi pada usia anak-anak. Diagnosa tinea fasialis dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta alat bantu klinis seperti pemeriksaan mikroskopis dan kultur jamur. Lesi pada tinea fasialis sering kali tidak khas dan menyebabkan misdiagnosis, sehingga pemeriksaan penunjang sederhana seperti pemeriksaan mikroskopis sangat diperlukan untuk meningkatkan akurasi diagnosis.
Penatalaksanaan tinea fasialis utamanya berupa antifungal topikal. Jika lesi terkena steroid topikal, baik karena kesalahan pengobatan akibat misdiagnosis atau penggunaan obat tak rasional oleh pasien sendiri, folikulitis fungal dapat terjadi. Jika telah terjadi folikulitis fungal, maka terapi sistemik dibutuhkan.[1-3]