Diagnosis Defisiensi Vitamin A
Diagnosis defisiensi vitamin A ditegakkan berdasarkan penemuan khas pada pemeriksaan fisik dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium. Tanda patognomonik yang dapat ditemukan pada defisiensi vitamin A adalah xerophthalmia.[1,2]
Anamnesis
Kecurigaan terhadap defisiensi vitamin A umumnya didapatkan dari anamnesis. Pasien yang berisiko mengalami defisiensi adalah pasien dengan riwayat tinggal pada daerah yang miskin, malnutrisi, alkoholisme kronis, diet, disfagia, dan gangguan mental. Keluhan yang muncul pada awal penyakit berupa diare, infeksi saluran cerna, infeksi pernapasan, mudah lelah, dan perlambatan perkembangan.
Seiring dengan perjalanan penyakit, pasien akan mengeluhkan masalah pada penglihatan yang progresif dan penurunan ketahanan terhadap infeksi yang menimbulkan peningkatan frekuensi infeksi saluran cerna, saluran napas, dan saluran kemih.[1,2,7,8]
Xerophthalmia adalah tanda patognomonik dari defisiensi vitamin A. Tanda klinis pada kondisi ini yaitu menurunnya kemampuan mata untuk menglihat. Umumnya tanda awal yang timbul adalah buta senja. Pada anak dengan dicurigai xerophthalmia, bisa menanyakan kepada orang tuanya apakah terdapat perubahan perilaku pada anak ketika gelap, misalnya anak tampak ketakutan atau lebih pasif saat gelap dibandingkan saat terang.
Anak yang tampak sehat namun datang dengan keratomalasia harus dievaluasi mengenai riwayat diare atau campak yang bisa dengan cepat menurunkan cadangan vitamin A.[1,7,8]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menemukan tanda-tanda defisiensi vitamin A. berdasarkan sistem organ, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:[2,8,9]
- Mata: bercak Bitot, rabun senja, ulserasi, xerosis kornea, keratomalacia
- Saluran cerna: gangguan pengecapan, diare, penurunan berat badan
- Kulit: gatal, kulit kering, hyperkeratosis folikular (pada ekstensor, bahu, dan pantat), keratinisasi dari membran mukosa, jaundice
- Hati: hepatomegali
Penurunan kemampuan untuk melihat dalam gelap (buta senja) adalah tanda awal xerophthalmia dan banyak ditemukan pada anak dan ibu hamil atau menyusui. Pada pemeriksaan bisa ditemukan konjungtiva yang kering dan pucat dengan sedikit berkerut (xerosis konjungtiva) atau bercak Bitot yang umum ditemukan pada daerah bulbar konjungtiva arah jam 3 dan 9. Semakin lama gambaran kornea akan semakin pucat (xerosis kornea) dan progresif menuju ulserasi kornea dan keratomalasia.[8]
Tabel 1. Grading dari Xerophtalmia.
Grade Xerophtamia | Usia Puncak (dalam tahun) | Tipe Defisiensi |
XN: buta senja | 2-6; wanita dewasa | Kronis, tidak membutakan |
X1A: xerosis konjungtiva | 3-6 | Kronis, tidak membutakan |
X1B: bercak Bitot | 3-6 | Kronis, tidak membutakan |
X2: xerosis kornea | 1-4 | Akut, bisa membutakan |
X3A: ulkus kornea <1/3 kornea | 1-4 | Akut dan berat, membutakan |
X3B: keratomalacia/ ulkus kornea >1/3 bagian | 1-4 | Akut dan berat, membutakan |
XS: jaringan parut pada kornea (scarring) | >2 | Konsekuensi dari ulserasi kornea |
XF: xerophtalmia fundus | dewasa | Kronis, tidak membutakan, jarang terjadi |
Sumber: World Health Organization, 2021.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari defisiensi vitamin A adalah gangguan penglihatan lain yang menyebabkan tanda dan gejala yang mirip, diantaranya retinitis pigmentosa, katarak, dan defisiensi Niasin.
Retinitis Pigmentosa
Retinitis pigmentosa adalah kondisi genetik bawaan yang menyebabkan kerusakan sel dalam retina, sehingga membatasi kemampuan retina dalam merespon cahaya yang masuk. Pada awal perjalanan penyakit, tanda yang terjadi adalah buta senja dan kehilangan lapangan pandang secara progresif dan membentuk tunnel vision. Gejala retinitis pigmentosa bersifat spesifik pada mata dan tidak menyebabkan gangguan sistemik pada organ lain seperti defisiensi vitamin A. Retinitis pigmentosa diketahui dengan pemeriksaan genetik dan hingga saat ini belum ada terapi spesifik untuk kondisi ini.[14,15]
Katarak
Katarak adalah kondisi opasifikasi dari lensa mata atau kapsulnya yang menghalangi jalan cahaya menuju retina. Katarak bisa ditemukan pada berbagai usia, namun lebih banyak mendominasi kelompok usia tua. Katarak tidak menyebabkan gangguan sistemik seperti defisiensi vitamin A, meskipun demikian katarak matur menyebabkan lensa opak secara keseluruhan dan akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Diagnosis katarak dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, terutama pemeriksaan oftalmologi. Terapi definitif katarak adalah dengan tindakan operasi untuk mengganti lensa.[1,16]
Defisiensi Niasin
Defisiensi dari niasin atau vitamin B3 bisa disebabkan oleh genetik, penurunan asupan makanan, atau konsumsi alkohol dalam jumlah besar dalam waktu lama. Defisiensi niasin memiliki tanda khas dermatitis, demensia, dan diare. Bercak Bitot bisa didapatkan pada defisiensi niasin, meskipun jarang terjadi dibandingkan pada defisiensi vitamin A. Defisiensi niasin dapat dipastikan melalui pemeriksaan kadar niasin, triptofan, nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) dan nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADP).[1,17]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang harus dilakukan pada pasien dengan tanda klinis xerophthalmia atau ada kecurigaan defisiensi vitamin A. Pemeriksaan baku emas dalam menentukan kadar vitamin A tubuh adalah melalui biopsi hati untuk menentukan konsentrasi retinol.
Serum Retinol
Pada pasien dengan riwayat dan tanda klinis yang kurang jelas, pemeriksaan retinol serum dilakukan untuk membantu diagnosis. Defisiensi vitamin A adalah ketika retinol serum <20 μg/dL. Angka normal retinol serum adalah 20-60 μg/dL. Namun, kelemahan pemeriksaan ini adalah kadar retinol serum bisa didapatkan normal meskipun konsentrasi total dalam tubuh sudah defisiensi. Hal ini disebabkan karena hati bekerja melepaskan cadangan retinol untuk mempertahankan kadar retinol yang bersirkulasi.[1,2,8]
Serum Retinol Binding Protein (RBP)
Pemeriksaan RBP serum lebih mudah dan lebih murah dilakukan dibandingkan dengan pemeriksaan retinol serum. Pemeriksaan ini juga memiliki angka spesifisitas dan sensitivitas tinggi. Angka referensi RBP normal adalah 30-75 μg/dL.[8,9]
Zinc Serum
Defisiensi dari zinc berperan dalam patogenesis defisiensi vitamin A dengan cara menekan sintesis RBP. Kadar zinc normal adalah 75-120 μg/dL.[9]
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah adaptometri gelap, elektroretinogram (ERG), sitologi impresi, dan biopsi hati. Pemeriksaan sitologi dilakukan untuk melihat penurunan dari jumlah sel goblet. Biopsi hati adalah pemeriksaan baku emas dalam mengevaluasi jumlah vitamin A dalam tubuh, namun terkendala biaya yang mahal sehingga tidak rutin dilakukan.[1,8]